BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Demi tercapainya kualitas pembelajaran yang baik, tidak hanya bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas saja. Siswa justru akan merasa jenuh dan penasaran, terutama terkait dengan materi yang dijelaskan oleh guru tersebut. Misalnya saja masalah Hankam, khususnya keamanan dirgantara. Untuk itu semua kegiatan observasi, yaitu pengenalan dan penelitian secara langsung pada objek-objek yang berhubungan dengan materi yang disampaikan tersebut, menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.
Dengan observasi, maka siswa tidak hanya mengetahui, akan tetapi siswa juga dapat mengenal dan memahami objek secara langsung. Karya wisata merupakan salah satu kegiatan observasi yang efektif sebagai penunjang proses belajar mengajar di sekolah.
Di Indonesia terdapat banyak tersebar Museum-Museum tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, Museum Dirgantara Mandala adalah salah satunya. Berbeda dengan Museum-Museum perjuangan yang lain, di Museum ini dipamerkan berbagai jenis pesawat terbang yang pernah dimiliki Banga Indonesia, khususnya TNI AU. Selain itu di Museum yang berlokasi di Yogyakarta ini, terdapat pula diaroma-diaroma perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Museum Dirgantara Mandala merupakan satu-satunya Museum Pusat TNI AU. Pengelolaanya pun langsung ditangani oleh TNI AU itu sendiri. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan Museum ini, termasuk siswa-siswi SMA Negeri 1 Rajagaluh sendiri, hanya sebagian kecil yang mengetahuinya. Maka dengan diadakannya karya wisata ini diharapkan siswa-siswi dapat mengenal lebih dekat tentang kedirgantaraan Indonesia sehingga timbul rasa kebanggaan terhadap bangsa yang ternyata memiliki banyak peninggalan sejarah yang tidak kalah hebatnya dengan negara-negara lain.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana sejarah berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala?
b. Bagaimana perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dari masa ke masa?
c. Sebutkan koleksi-koleksi yang dipamerkan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas, sehingga pembaca dapat mengetahui secara garis besar isi dari karya tulis ini, yaitu sebagai berikut:
a. Sejarah berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala,
b. Perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala,
c. Koleksi-koleksi yang dipamerkan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional,
2. untuk melatih pembuatan karya tulis berikutnya,
3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah dan benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Indonesia,
4. Menumbuhkan rasa kebanggaan siswa terhadap kebesaran dan kejayaan bangsa Indonesia pada masa lalu.
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini, adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Yaitu metode penelitian yang langsung mengunjungi objek karya tulis, yakni Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Yogyakarta.
2. Metode Kepustakaan
Yaitu metode penelitian dengan mengumpulkan data yang berasal dari beberapa buku sumber yang dianggap relevan.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN, meliputi:
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
1.2.2 Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA
MANDALA YOGYAKARTA, yang mencakup:
2.1 Sejarah Berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
2.2 Perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
2.3 Koleksi-koleksi di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
BAB III PENUTUP, terdiri atas:
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB II
TINJAUAN UMUM MUSEUM
PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA
2.1 Sejarah Berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Yang menjadi latar belakang didirikannya Museum AURI, yaitu:
1. Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan perkembangan TNI AU serta semua pengorbanan para pejuang dan pahlawan udara dalam membina dan merintis AURI, serta mempertahankan dan menegakan kemerdekaan NKRI perlu dilestarikan.
2. Dalam rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan pendokumentasian tersebut perlu untuk direalisasikan dalam bentuk visualisasi bukti sejarah agar dapat diketahui, diterima, dihayati dan diamalkan oleh generasi muda.
Hasyrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan AURI itulah yang menjadi dasar didirikannya Museum AURI, yang kemudian dituangkan dalam Keputusan Menteri/Panglima AU No. 491 tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi Sejarah dan Museum AURI. Meskipun demikian realisasinya tidak secepat yang diharapkan. Museum AURI baru bisa diwujudkan tanggal 21 April 1967. Semula masih bersifat embrio, dan organisasinya masih dibawah pembinaan Asisten Direktorat Humas AURI. Kegiatan Museumpun masih terbatas, karena kurangnya tenaga profesional maupun biaya. Namun sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri / Panglima AURI No. 2 tahun 1967 Tentang Peningkatan Peningkatan Bidang Sejarah dan Museum AURI, maka mulailah ada titik terang.
Berkat perhatian dari pimpinan AURIV (Pangkowilu) maka pada tanggal4 April 1969 diresmikanlah Museum Pusat TNI AU Roesmin Nuryadin di Jakarta. Sementara itu, di Lembaga Pendidikan AKABRI Bagian Udara Yogyakarta sudah memiliki Museum pendidikan / karbol, sehingga mulailah adanya pemikiran yang mengarah pada pengembangan danupaya mengintegrasikan kedua Museum tersebut. Disamping itu timbul pemikiran untuk menentukan lokasi Museum, bilamana keduanya berhasil disatukan, yang kemudian mengarah ke Yogyakarta.
Adapun dasar pertimbangannya, adalah sebagai berikut:
a. Pada peristiwa 1945 – 1949 Yogyakarta memegangg peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU.
b. Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna AU calon Perwira TNI AU.
c. Semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU mengacu pada semangat Maguwo.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka KASAU mengeluarkan Surat Keputusan No. Kep/II’IV/1978 tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta, dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan dengan Museum Pendidikan menjadi Museum Pusat TNI AU dengan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan Ksatrian AKABRI bagian utara. Operasi Boyong pemindahan benda-benda koleksi Museum AURI di Jakarta ke Yogyakarta telah dimulai sejak November 1977. Langkah penyempurnaan pemindahan lebih lanjut berdasarkan Keputusan KASAU No. Skep./04/IV/1978 tanggal 17 April 1978 dilengkapi dengan pemberian nama Museum tersebut dengan nama “Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala”. Pembukaan dan peresmian Museum ini bersamaan pula dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adi Sutjipto, yang dilakukan oleh KASAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi, bertepatan dengan peringatan Hari Bakti TNI AU 19 Juli 1978.
2.2 Perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Dirgantara Mandala terus berkembang dan bertambah, terutama alut sistra udara berupa pesawat terbang, sehingga gedung Museum di Ksatrian AKABRI Pagian Udara tidak dapat menampung, serta lokasinya sukar di jangkau pengunjung, maka pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya lagi.
Pada tanggal 17 Desember 1982, KASAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai tanda dimulainya pembangunan atau rehab bangunan tersebut. Hal itu juga diperkuat dengan Surat Perintah KASAU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang Rehabilitasi Gedung tersebut untuk mempersiapkan sebagai gedung permanen Museum. Selanjutnya tanggal 29 Juli 1984 KASAU Sukardi meresmikan penggunaan gedung tersebut sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandal, yang hingga saat ini dari 4.200 m2 bangunan induk yang ada, telah digunakan seluas 3.600 m2 untuk pameran dan 600 m2 lainya untuk gudang dan mushola.
2.3 Koleksi-Koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Koleksi-koleksi di Museum Dirgantara Mandala digelar sesuai kronologi / urutan peristiwa sejarah TNI AU. Mengingat bahwa tidak semua koleksi yang mendukung bukti sejarah di pamerkan pada ruang kronologi, maka koleksi tersebut dikelompokan pada satu ruangan yakni koleksi pesawat. Sedangkan peristiwa yang memiliki bukti berupa gambar dan divisualisasikan dalam bentuk diorama yang bersifat imajiner.
2.3.1 Ruang Utama
1. Patung Empat Pahlawan Nasional Perintis TNI AU:
a. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto
b. Marsekal Muda TNI Anumerta Prof. Dr. Abdurachman Saleh
c. Marsekal Muda TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma
d. Marsekal Muda TNI Anumerta Iswahyudi
2. Beberapa Foto Mantan Pimpinan TNI Angkatan Udara:
a. Laksamana Udara Suryadi Suryadarma
(Kepala staf TRI AU tahun 1946 – 1962)
b. Laksamana Muda Udara Omar Dani
(Menteri / Panglima AU tahun 1962 -1965)
c. Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang
(Menteri Panglima AU tahun 1965 – 1966)
d. Laksamana Udara Roesmin Nurjadin
(Menteri Panglima AU tahun 1966 – 1969)
e. Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi
(KASAU tahun 1977 – 1983)
f. Marsekal TNI Sukardi
(KASAU tahun 1983 – 1986)
g. Marsekal TNI Sutria Tubagus
(KASAU tahun 1996 – 1999)
3. Lambang-lambang
a. Swa Bhuwana Paksa adalah lambang TNI AU yang artinya Sayap Tanah Air
b. Pataka Komando Operasi TNI AU
Motto : Abhibuti Antarikshe
Artinya : Keunggulan di udara adalah tujuan di udara
c. Pataka Komando Tempur Udara
Motto : Nitya Samakta Maawarti Sarwabaya
Artinya : Senantiasa siaga bertindak terhadap segala
ancaman bahaya
d. Pataka Komando Pertahanan Udara
Motto : Suraksita Nabhastala
Artinya : Udara yang dipertahankan dengan baik
e. Pataka Kodau I
Motto : Sonya Gati Gatra Ghuwana
Artinya : Tanpa menghitung untung – rugi, tanpa pamrih
dalam menjalankan tugas dan kewajiban
pembinaan wilayah
f. Pataka Kodau III
Motto : Wira Dharma Bhakti
Artinya : Dengan semangat dan jiwa kepahlawanan kita
tunaikan kewajiban kita terhadap negara
g. Pataka Kodau VI
Motto : Nityasa Prayatna Eka Mandala
Artinya : Senantiasa waspada untuk keutuhan wilayah/daerah
2.3.2 Ruang Kronologi I
1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukull 10.30 waktu Jawa Jaman Jepang atau pukul 10.00 WIB, Ir. Soekarno di dampingi Drs. Moch. Hatta atas nama Bangsa Indonesia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumahnya jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam sidangnya menetapkan UUD dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.
2. Tentara Keamanan Rakyat – Jawatan Penerbangan
Pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan berdirinya Badan Keamanan Rakyat. Di daerah-daerah yang terdapat Pangkalan Udara , berdiri pula BKR yang berkaitan dengan tugas utama mereka, yaitu BKR Udara. Tugas utama BKR Udara yaitu bersama-sama rakyat merebut dan menguasai pangkalan udara Jepang beserta pesawat dan fasilitas lainnya. Sesuai dengan perkembangan selanjutnya dengan adanya maklumat 5 Oktober 1945, BKR ditingkatkan menjadi Tentara Keamanan Rakyat, maka BKR udara pun terkenal dengan sebutan TKR-Jawatan Penerbangan. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan TKR-Jawatan Penerbangan yang menunjukan eksistensinya antara lain:
a. Penerbangan pertama di alam Indonesia Merdeka, setelah pangkalan udara Maguwo beserta pesawat dan fasilitas lainnya direbut dan dikuasai oleh BKR Yogyakarta dari tangan Jepang pada bulan Oktober 1945. Para teknisi pesawat udara putra-putra Indonesia berhasil memperbaiki dan menyiap terbangkan pesawat bersayap dua yang disebut Cureg. Pada tanggal 17 Oktober 1945 Bapak Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan Cureg dengan identitas bendera merah putih di Pangkalan Maguwo. Penerbangan ini merupakan penerbangan pertama sejak Indonesia merdeka oleh penerbang putera Indonesia yang berkualifikasi sebagai penerbang karena beliau mempunyai wing penerbang yaitu: Gatot Militaire Brivet. Itulah sebabnya peristiwa tersebut merupakan tonggak sejarah penerbangan nasional yang perlu diperingati oleh segenap unsur penerbangan.
b. Sekolah penerbangan pertama di Maguwo
Keberhasilan dalam menguasai Pangkalan Udara Maguwo dan penerbangan pertama mendorong untuk melangkah lebih maju lagi. Atas prakarsa Bapak Agustinus Adisutjipto diadakannya pertemuan beberapa tokoh penerbangan dari Yogyakarta, Malang dan Surabaya pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Hasil dari pertemuan tersebut lahirlah kesepakatan bersama untuk mulai menyelenggarakan pendidikan bagi putera-puteri Indonesia. Pada tanggal 15 November pendidikan tersebut dibuka dan diikuti oleh pemuda-pemuda Indonesia. Sarana dan prasarana serba darurat, tempat pendidikannya pun memanafatkan bangunan kecil di dekat tower/menara pangkalan udara Maguwo, bahkan tidak jarang pelajaran diberikan kepada Kadet di lapangan dekat tower tersebut. Pelajaran terbang atau latihan terbang menggunakan pesawat Cureg peninggalan Jepang. Peristiwa dimulainya pendidikan penerbangan yang pertama yaitu pada tanggal 15 November diresmikan dan diperingati sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU.
c. Latihan Terjun Payung
Disamping upaya dalam bentuk penerbangan pertama, pembukaan sekolah penerbangan pertama yang didukung oleh keberhasilan para teknisi menyiapkan dan memperbaiki pesawat juga diadakan latihan terjun payung. Pada tanggal 11 Februari 1946 di pangkalan Udara Maguwo dilakukan latihan terjun payung yang pertama oleh Amir Hamjah Legino dan Pungut. Menggunakan tiga pesawat Cureg dan payung tua peninggalan Jepang. Latihan yang pertama ini berhasil dengan baik dan mereka merupakan penerjun payung pertama di Indonesia sejak Indonesia merdeka. Adapun penerbang yang membawa ketiga penerjun itu adalah Bapak A. Amitjipto, Iswahyudi, dan Makmur Suhodo.
3. Pembentukan TNI AU
a. Partisipasi TKR Jawatan Penerbangan dan Tugas Internasional (dalam operasi POPDA)
Setelah Jepang kalah perang (PD II), sebelum tentara Sekutu tiba di Indonesia, Jepang ditugasi menjaga Status Quo atas Indonesia (Hindia Belanda)
Adapun tugas tentara Sekutu nantinya di Indonesia adalah:
1) Menerima penyerahan tentara Jepang
2) Membebaskan tawanan Perang Serikat (APWI = Alied Presoners of war and Interners)
Namun ketika tentara sekutu di Indonesia telah dihadapkan pada Indonesia yang merdeka. Dalam kaitannya dengan dua tugas tentara Sekutu tersebut di atas, pada akhir November 1945 berlangsunglah perundingan antara RI (diwakili Menteri Muda Luar Negeri H. Agus Salim) dengan pihak sekutu yang diwakili oleh Kepala Staf Alied Foree Netherlands Indies (AFNEI) Brigjen I.G.A. Launder. Sebagai kelanjutan dari perundingan ini disepakati bahwa pelucutan atau pemulangan 35.00 orang tentara Jepang dan pemulangan kurang lebih 28.000 orang tawanan perang dan interniran yang pada waktu itu masih berada di wilayah kekuasaan RI diserahkan penuh kepada TKR. Dalam pelaksanaannya dibentuklah Panitya Oeroesan Pamoelangan Djepang dan APWI disingkat POPDA kemudian operasi pemulangan tersebut disebut Operasi POPDA.
Operasi POPDA berlangsung kurang lebih 17 bulan dari bulan Desember 1945 sampai dengan Mei 1947. Khusus pemulangan atau pengangkutan yang melalui udara diputuskan sebagai PU Transit adalah PU Panasan di Solo, dengan demikian TKR Jawatan Penerbangan terlihat dalam tugas tersebut antara lain tugas pengawalan yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Pangkalan Operasi POPDA dilaksanakan disamping dengan dasar pertimbangan kemanusiaan, yang penting adalah sebagai upaya mendukung jalannya diplomasi. Dengan demikian Operasi POPDA yang memanfaatkan PU Panasan sebagai PU transit dan pengawalan dari Pasukan Pertahanan Pangkalan, menunjukan bahwa TKR Jawatan Penerbangan ikut ambil bagian/berprestasi juga dalam tugas internasional. Tugas ini pula ikut memberikan mantapnya eksistensinya TRI Angkatan Udara, disamping kegiatan-kegiatan sebelumnya.
b. Penetapan TRI AU
Kegiatan-kegiatan TKR Jawatan Penerbangan seperti tersebut di muka membuktikan adanya upaya peningkatan. Dibarengi makin meningkatnya organisasi TKR maka kegiatan tersebut sebagai sumbangan nyata menuju pembinaan kekuatan nasional di udara. Sesuai perkembangan organisasi, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menjadi Tentara Keselamatan Rakyat), kemudian pada tanggal 24 Januari 1946 menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), maka TKR Jawatan Penerbangan yang telah membangkitkan kepercayaan Pemerintah menjadi TRI AU. Akhirnya berdasarkan penetapan Pemerintah No. 6/SD/ tahun 1946 tanggal 9 April tahun 1946 dinyatakan bahwa TKR Jawatan Penerbangan menajdi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU) selanjutnya dikenal dengan sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Dalam penetapan tersebut selaku pimpinan AURI adalah sebagai berikut: Kepala Staf Koordinator Udara Suryadi Suryadarma, Wakil Kepala Staf II Koordinator Udara Sukarnen Mertodisumo dan Wakil Kepala Staf II Koordinator Muda Udara Agustinus Adi Sutjipto. Dalam perkembangan selanjutnya mulai tahun 1969 dikukuhkan sebutan TNI Angkatan Udara atau TNI AU.
4. Serangan Udara Pertama Terhadap Kota Kedudukan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak di seluruh wilayah kekuasaan RI, yang dikenal dengan Agresi I. Dalam pada itu hampir seluruh Pangkalan Udara RI menajdi sasaran, termasuk PU Maguwo yang diketahui sebagai pusat kekuatan udara RI waktu itu. Namun dmeikian serangan udara Belanda atau PU Maguwo mengalami kegagalan karena kabut tebal meliputi/menutupi PU Maguwo. Para pimpinan TNI AU telah memperhitungkan bahwa suatu saat Belanda akan melakukan serangan udaranya. Untuk itu gagasan untuk melakukan serangan udara balasan terhadap lawan telah dalam pemikiran beliau. Gagasan ini segera diwujudkan untuk mengimbangi tindakan lawan tersebut. Waktu itu Kasau Komodor S. Suryadarma bersama Perwira Operasi Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma segera merencanakan operasi udara balasan, dengan perhitungan matang para senior, akhirnya tugas mulia untuk melakukan serangan udara itu dipercayakan kepada para Kadet Penerbang.
Pada tanggal 29 Juli 1947 kurang lebih pukul 05.00 pagi tiga buah pesawat terbang TNI AU berturut-turut meninggalkan landasan PU Maguwo menuju ke sasaran. Sebuah pesawat Guntai yang dipersenjatai tiga buah senapan mesin dan 400 kg bom dengan penerbang Kadet Udara Mulyono beserta penembak udara Abdurachman melaksanakan serangan ke Semarang. Menyusul sebuah pesawat Cureng yang dibekali bom-bom bakar dengan Penerbang Kadet Sutardjo Sigit beserta penembak udara Sutardjo melakukan serangan ke kota Salatiga. Sebuah pesawat Cureng lainnya dengan persenjataan yang sama dengan penerbang Kadet Udara Suharnoko Harbani beserta penembak udara Kuput melaksanakan serangan ke kota Ambarawa.
5. Pengabdian Para Pahlawan TNI AU
Sebuah pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli 1947, pukul 01.00 siang waktu setempat meninggalkan lapangan terbang Singapura dengan membawa sumbangan obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia. Ketika mendekati PU Maguwo saat roda-roda pendarat mulai keluar, pesawat Dakota VT-CLA membuat satu kali putaran untuk persiapan mendarat, tiba-tiba muncul dua buah pesawat pemburu Kittyhawk Belanda yang melakukan tembakan dengan gencar. Dakota VT-CLA kemudian terbang ke arah selatan dalam keadaan terbakar dan jatuh ke desa Jatingarang Kelurahan Tamanan, dekat desa Ngoto Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, sebelah tenggara kota Yogyakarta.
Dari semua awak pesawat dan penumpang, hanya seorang yang selamat yaitu A.Gani Handonotjokro, korban lain yang gugur: Komodor Muda Udara Agustinus Adisudjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdurachman Saleh. Opsir Muda Udara I Adisumarno Wiryokusumo, Ex Wing Comamander Alexander Noel Constatine (Australia) dan istreinya Ex Squadron Leader Roy Huzelhurs (Inggris), Bhida Ram (India) dan Zaenal Arifin (Indonesia).
Peristiwa gugurnya para perintis dan tokoh TNI AU tersebut, mula-mula diresmikan dan diperingati sebagai Hari Berkabung. Namun jika direnungkan betapa semangat juang dan pengorbannanya, begitu pula peristiwa serangan udara yang belum pernah terjadi dalam satu hari tanggal 29 Juli 1947, betul-betul merupakan pengabdian, baktinya kepada negara dan bangsa, oleh karena itu sejak tahun 1962 ditetapkan menajdi Hari Bakti TNI AU dan tanggal 29 Juli diperingati secara tradisional dipusatkan di Lanud Adisutjipto.
Atas dasar keterbatasan pengetahuan awam akan ketetapan nama lokasi peristiwa gugurnya pahwalan udara tersebut, maka monumen yang didirikan untuk memperingati peristiwa tersebut terkenal dengan nama Monumen Ngoto atau Tugu Ngoto.
6. Semangat Tekad Bangsa Indonesia Untuk Mewujudkan Pesawat Terbang Sendiri
Ketika Suryadi Suryadarma mendapat kepercayaan untuk memimpin TKR Jawatan Penerbangan, menyandang tugas untuk membentuk kekuatan udara Nasional. Situasi dan kondisi geografi Indonesia serta dikuatkan oleh suasana perang kemerdekaan yang berkecamuk, makin disadari pentingnya sarana perhubungan udara dengan kata lain perlu akan pesawat terbang, baik untuk kepentingan kelancaran pemerintahan, perekonomian maupun pertahanan dan keamanan. Dalam jabatan lebih lanjut disimpulkan bahwa pembangunan kekuatan udara Nasional tidak cukup dengan Angkatan Udara saja, melainkan perlu adanya penerbangan sipil dan Industri Pesawat Terbang. Untuk mewujudkan pesawat terbang tersebut sejak TKR Jawatan Penerbangan ditetapkan sebagai TRI AU dibidang organisasi dibentuklah Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Maospati. Melaui bagian ini bangsa Indonesia dalam hal ini TRI AU berhasil mewujudkan pesawat buatan sendiri, yaitu pesawat layang jenis Zogling (NWG-1) selanjutnya berhasil pula diciptakan / dibuat pesawat terbang bermesin pertama yang kita kenal dengan registrasi pesawat WEL-1/RI-X
7. Replika Pesawat WEL RI-X
Type : Pesawat terbang ringan bermotor tunggal dengan tempat duduk tunggal dan sayap atas
Motor : Harley Davidson 2 dilinder model tahun 1928, 15 daya kuda
Ukuran : Panjang sayap 9,00 m, panjang badan 5,05 m, tinggi 2,40 m dan berat kosong 263 kg
Pesawat terbang bermotor, WEL-1/RI/X (Wiweko Experimental Light Plane) merupakan pesawat bermotor hasil produk pertama bangsa Indonesia, yang dirancang dan dibuat dalam waktu 5 bulan pada tahun 1948. Pembuatan dilakukan oleh Biro Rencana dan Konstruksi Markas Tertinggi AURI Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang di Magetan dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko Supono. Diabadikan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala tahun 1980. Tekad bangsa Indonesia dalam pengembangan ini merupakan titik tolak menuju industri pesawat terbang. Untuk menyatakan kebenaran hal ini maka dengan dasar desain WEL-1?RI/X terebut dibuat lagi Replikasinya pada tahun 1980 dan diterbangkan dari PU Iswahyudi – SMO – Lanud Adisutjipto kemudian dimuseumkan.
8. Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun
Ketika pemberontakan PKI / Muso meletus di Madiun pada tanggal 18 September 1948, maka TNI AU mengadakan operasi udara dalam upaya untuk mempersempit dan selanjutnya meniadakan pengaruh kekuasaan pemberontak. Operasi-operasi udara tersebut diantaranya berupa pengintaian udara, penembakan, penyebaran pamlet, pendropan makanan dan obat-obatan bagi pasukan TNI/ABRI yang setia kepada Pemerintah Pusat Republik Indonesia. Daerah kegiatan ini meliputi Madiun, Cepu, Purwodadi dan sekitarnya. Bahkan beberapa Perwira TNI/ABRI, setelah menghadiri rapat di Yogyakarta, diterjunkan dengan parasut di Trenggalek untuk bergabung dengan induk pasukan.
9. Operasi Lintas Udara
a. Sesuai dengan prinsip pengabdian Angkatan Udara, untuk meningkatkan kewaspadaan, KASAU secara positif menanggapi permohonan Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor pada bulan Juli 1947 agar AURI menerjunkan pasukan payung di Kalimantan. Langkah nyata yang dilakukan adalah pada awal Agustus 1947 di Asrama Padasan sebelah Tenggara PU Maguwo telah berkumpul pemuda-pemuda dari Kalimantan (Pasukan Cilik Riwut) sedang dilatih sebagai paratroop (pasukan payung) oleh LMU Sangkala. Pelajran hanya diberikan secara teoritis dan latihan di tanah.
Pada tanggal 16 Oktober 1947 pukul 23.50 menjelang tengah malam 14 pasukan para di bawah pimpinan Kapten Udara Hari telah siap di samping pesawat Carteran kita yaitu C-47/Skytrain dengan regristasi RI-002 Tanggal 17 Oktober 1947 pukul 01.30 malam pesawat siap, semua pasukan menerima perintah dari KASAU dan dijabat tangannya satu persatu untuk menjalankan tugas dengan selamat. Akhirnya kurang lebih pukul 02.30 pesawat bertolak dengan pilot Bob Freeberg dan Copilot Makmur Suhobo. Pada tanggal 17 Oktober 1947 pukul 07.00 pesawat telah melayang di atas lokasi yang ditentukannya yaitu selatan kota Waringin Kalimantan Tengah dan pasukan segera diterjunkan Pasukan membawa alat pemancar (Z/O) yang besar danmotor dengan bahan bakar cukup untuk 1 tahun di Kalimantan Tengah.
Tugas pasukan tersebut antara lain membuka stasiun udara untuk membuka hubungan dengan Yogyakarta, membuat droping zone sebagai persiapan penerjunan selanjutnya, membantu perjuangan rakyat dengan membentuk dan menyusun gerilyawan-gerilyawan.
Pasukan ini disergap oleh pasukan Belanda, mereka bertahan selama satu bulan, meskipun tiga diantaranya telah gugur pada awal kontak senjata dengan Belanda.
Ke-14 pasukan tersebut antara lain:
1. OMO II Amir Hamzah (Jamping Master)
2. Tjilik Riwut-Petunjuk daerah penerjunan
3. Kapten Udara Hary Hadisumantri
4. L.U.H Iskandar
5. SMU Achmad Kosasih
Sedangkan yang lainnya terdiri dari putera-putera Kalimantan yang berada di Yogyakarta. Demikian operasi penerjunan pasukan payung dilaksanakan, sekaligus merupakan suatu operasi lintas udara pertama bagi Angkatan Bersenjata RI. Dan selanjutnya tanggal 17 Oktober merupakan Hari Paskhas yang diperingati tiap tahunnya.
b. Tugas lain pesawat Dakota RI-002
RI-002 adalah regristasi pesawat C-47 Skytrain milik seorang penerbang veteran Amerika Serikat yang dicarter oleh RI untuk tugas penerobosan blokade udara Belanda dan penerobosan ke luar Negeri. Pesawat tiba di Maguwo tanggal 6 Juni 1947. Namun penerbangannya salah arah, sehingga melakukan pendaratan darurat di Cikalong, pantai selatan Tasikmalaya, karena roda-roda masuk ke dalam pasir. Untuk itu harus diatasi dengan membuat anyaman bambu sebagai landasan. Misi ke luar Negeri ini antara lain: membawa muatan bubuk kina dan panili ke Manila, membawa delegasi RI untuk menghadiri Konferensi ACAFE Baguio, Manila, membawa para pejabat dan 20 Kadet penerbang yang akan belajar ke India. Di dalam Negeri antara lain: Operasi Penerjun Pasukan Payung di Kalimantan, penerjun anggota AURI di Bukitinggi, mengangkut sejumlah pegawai pemerintah ke Jambi dan rombongan Presiden RI keliling Sumatera dalam rangka konsolidasi dan menggalakan Fonds Dakoda. Tanggal 1 Oktober 1948 dalam rangka penerbangan ke luar negeri RI-002 mendapat kecelakaan antara Tanjung Karang Bengkulu. Runtuhnya diketemukan pada tanggal 14 April 1978 di Bukit Punggur, Kecamatan Kasui, Kabupaten Kota Bumi, Propinsi Lampung.
10. Kepahlawanan Dalam Mempertahankan PU Maguwo
Agresi Militer II Belanda yang dilancarkan tanggal 19 Desember 1948, diawali dengan serangan udaranya terhadap PU Maguwo dengan menerjunkan Paratroop yang terdiri dari pasukan Baret Hijau. Serangan awal ini dimaksudkan sebagai pancangan untuk menyerang Ibukota RI yaitu Yogyakarta.
Pada saat itu Kadet Udara Kasmiran bertugas sebagai Perwira Piket, bersama seluruh pasukan yang bertugas jaga Pangkalan Udara Maguwo. Meskipun penerjunan pasukan para Belanda tersebut diawali dengan penerjunan pasukan kamuflase, namun Kadet Kasmiran telah tanggap apa yang akan terjadi atas PU Maguwo wakt itu, apalagi sesudah pasukan para yang sesungguhnya telah mulai menembak secara gencar. Kadet Udara Kasmiran berupaya semaksimal mungkin mempertahankan PU Maguwo, namun kekuatan sangat tidak seimbang, akhirnya Kadet Kasmiran gugur bersama pasukaannya kurang lebih 50 orang. Periwtiwa kepahlawanan mempertahankan PU Maguwo ini diabadikan dalam bentuk Monumen Bakti Prajurit yang diresmikan oleh KASAU Marsekal TNI Utomo pada tanggal 19 Desember 1989.
11. Pasukan Garuda Mulya
Dengan dilancarkannya Agresi Militer II Belanda 19 Desember 1948 hampir seluruh Pangkalan Udara jatuh ke tangan Belanda. Anggota Pangkalan Udara Penasan segera mengatur taktik gerilya di daerah Kecamatan Jumantoro dan Gayamdompo serta melakukan serangan terhadap kedudukan Belanda di Karangpandan, Karanganyar dan Pabrik Gula Tasikmadu. Pasukan ini terkenal sebagai Pasukan Garuda Mulya yang tergabung dalam Pasukan Panembahan Senopati 105.
12. Stasiun PHB AURI PC-2 di Playen Gunungkidul
Dalam rangka perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, Strasiun Radio AURI PC-2 di desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil menyiarkan berita-berita perjuangan menghadapi Agresi Militer II Belanda 19 Desember 1948. Berita ini antara lain Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol Soeharto atas kedudukan militer Belanda di Yogyakarta selama 6 jam. Dari stasiun radio AURI di Jawa dan Sumatera, khususnya Stasiun PDRI, bahkan diterima oleh Stasiun AURI pada Indonesi Airways di Rangoon (Birma). Melalui perwakilan RI di Birma dan India diteruskan ke Perewakilan RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Dalam rangka pelertarian nilai-nilai juang terpetik dari peranan Stasiun radio AURI PC-2 tersebut dibangunlah Monumen Radio AURI PC-2 di Banaran oleh Yayasan 19 Desember 1948 yang diprakarsai dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada tanggal 10 Juli 1984.
13. Indonesia Airways
Dalam rangka upaya memperlancar tugas perjuangan khususnya perhubungan jarak jauh dengan daerah luar Pulau Jawa sangat dibutuhkan adanya pesawat terbang. Untuk itu pada awal Juni 1948 dengan membawa pesawat model C-47 Dakota, Presiden Soekarno mengadakan keliling Sumatera untuk mendapatkan Fonds Dakota. Hasil dari perjalanan ini terkumpul sejumlah dana dari rakyat Aceh yang cukup digunakan untuk membeli pesawat Dakota C-47. Pesawat tersebut diberi nomor registrasi RI-001 dengan nama sebuah gunung di Aceh “Sulawah”. Di dalam negeri selain dipergunakan untuk mengangkut Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta ke Sumatera, mengangkut para Kadet ALRI dari Bukittinggi ke Aceh dan juga mengadakan pemotretan gunung berapi.
Pada tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001 / Seulawah mendarat di Calcuta India dalam rangka menjalani perbaikan menyeluruh/over haul. Agresi Militer Belanda II sementara hubungan dengan Tanah Air terputus dan menemukan jalan pulang.
Pada tanggal 26 Januari 1949 atas ijin Pemerintah Burma RI-001/Seulawah diterbangkan ke Rangoon Burma diserta Opsir Udara III Wiweko Soepono dengan harapan akan berhasilnya upaya penyelenggaraan penerbangan niaga. Atas bantuan Sdr. Maryumi OU III Wiweko Soepomo berhasil mendirikan satu badan hukum penerbangan niaga dengan nama Indonesia Airways, yang beroperasi di Burma. Dalam perkembangannya Indonesia Airways berhsil menambah armadanya dengan 2 pesawat Dakota beregistrasi RI-007 dan RI-009.
Adapun keuntungannya di samping dipergunakan untuk membiayai Kadet-kadet Indonesia yang belajar di India dan Philipina, juga untuk membantu perjuangan kemerdekaan RI dengan menerobos blokade udara Belanda dan mendrop senjata, amunisi dan peralatan radio, untuk perjuangan RI di Aceh.
Sebagai penghargaan kepada Pemerintah Burma, pada tanggal 31 Oktober 1950 Pesawat RI-007 diserahkan kepada Pemerintah Burma. Sedangkan momentum dimulainya Indonesia Airways beroperasi yaitu 26 Januari 1949 diresmikan sebagai hari jadi Garuda Indonesia Airways (GIA).
14. Perintis Perindustrian Pesawat Terbang di Indonesia
Pada tahun 1946 Markas Tertinggi TRI Angkatan Udara meresmikan Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Lanud Maospati (Madiun) yang dipimpin oleh Opsir Udara Wiweko Soepomo. Meskipun dengan segala keterbatasan, ditambah lagi dengan berbagai kesulitan di segala bidang dan ancaman agresi Kolonial Belanda, namun dengan jiwa semangat dan tekad para pejuang teknisi Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang yang dipelopori oleh Opsir Udara III Wiweko Soepomo dan Opsir Muda Udara I Nurtanio berhasil mewujudkan beberpa prestasi dalam merintis pembuatan pesawat terbang. Diantaranya diawali dengan pembuatan kurang lebih 6 buah pesawat Glider NWG (Nurtanio Wiweko Glider) untuk latihan para calon Kadet Penerbang, modifikasi pesawat pembom Guntai menjadi pesawat angkut, modifikasi pesawat Sakai Blenheim (mesin: Sakai Nakajima dan body: Bristol Blenheim) menjadi pesawat pemotretan dan membuat pesawat terbang jenis olah raga RI-X/WEL I (Wiweko Esperimental Lighplane).
Setelah pengakuan Kedaulatan Negara Republik Indonesia 27 Desember 1949, maka instansi yang menangani kegiatan pembuatan pesawat terbang di lingkungan TNI-AU mengalami beberapa perubahan dan peningkatan secara kronologi sebagai berikut:
a. Depo Penyelidikan Pesawat Pembuatan Pesawat Terbang (1950).
b. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (1961) dan
c. Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) (1966).
Selama tahun 1950-1976 telah dihasilkan beberapa jenis pesawat antara lain: NU-200 Si Kumbang, Belalang 85, NU-25 Kunang, Belalang-90, Girokopter Kolintang, Super Kunang-40, Kumbang-26, PXL-104, Gelatik, Kinjeng, 150 Hovercraff, , Mayang, LT-200, Nefoo Flight (VIP) dan Glinder G-012. Kemudian pada tahun 1976 Lipnur ditingkatkan dan diresmikan oleh Bapak Presiden Soekarno menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan akhirnya pada tahun 1986 diubah lagi namanya menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Dengan nama Nusantara ini diharapkan adanya prospek yang lebih luas selaras dengan tujuan dan jangkauan hasil produksi industri pesawat terbang sebagai suatu sarana perhubungan yang bertaraf internasional. Sejak 1976 IPTN telah mneghasilkan beberapa jenis pesawat terbang antara lain: NC-212 Casa, N Bell-142, NSA 33 Puma, NBO-105 Bolkow, NSA 332 Super Puma dan CN-235 Tetuka, CN-250 Gatotkaca.
15. Perintis Jawatan Kesehatan TNI AU
a. Opsir Udara I Doktor Esnawan
b. Laksamana Muda Udara Dokter Suhardi Hardjolukito
c. Laksamana Muda Udara Dokter salamun
2.3.3 Ruang Kronologi II
1. Pendidikan Kadet-kadet AURI di Dalam dan di Luar Negeri
a. Sekolah Penerbangan Lanjut di andir dan Kalijati
Dalam rangka pembinaan kekuatan udara untuk mengamankan wilayah RI dibutuhkan Sekolah Penerbangan Lanjutan (SPL) di Pangkalan Udara Andir (Bandung). Untuk pertama kalinya SLP menyelenggarakan Advance Training dengan pesawat T-6G dan AT-16 Harvard bagi penerbang-penerbang eks Sekbang Maguwo dan India. Angkatan ke I SPL Primary Training dengan pesawat T-6/AT-16. Angkatan ke III SPL adalah kelas terakhir yang di selenggarakan di Andir (Husein Sastranegara), karena tahun 1953 SPL di pindahkan ke Pangkalan Udara Kalijati yang menghasilkan empat angkatan. Atas pertimbangan historis SPL dipindahkan ke Lanud Adisutjipto tahun 1959.
b. Pengiriman Kadet-kadet ke Luar Negeri
Selain pendidikan SPL di dalam negeri, maka pada tahun 1950 dikirimkan pula 60 Kadet untuk mengikuti pendidikan penerbangan pada Taloa Academy of Aeronautics di Dakland California. Menjelang akhir tahun 1951 pendidikan telah selesai dan para Kadet kembali ke Indonesia.
2. Pembentukan Skadron TNI AU Tahun 1950
Setelah pengakuan kedaulatan AURI mulai mendapat sejumlah alut sista udara beserta sarana dan fasilitas pendukungnya berupa Pangkalan Udara beserta sarana pelayanannya, sejumlah pesawat udara, fasilitas pemeliharaan dan sebagainya. Dengan adanya tambahan sejumlah pesawat yang dimiliki maka AURI sejak awal 1950 mulai menyusun kekuatan pesawat dalam Skadron Udaranya yaitu:
a. Skadron 1 (Pembom) pesawat B-25/Mitehell di Halim Perdana Kusuma
b. Skadron 2 (Angkut) pesawat C-47/Dakota di Halim Perdana Kusuma
c. Skadron 3 (Tempur) pesawat P-51/Mustang di Halim Perdana Kusuma
d. Skadron 4 (Lantai Darat) pesawat asteur di Bogor
e. Skadron 5 (Lantai Laut) pesawat PBY-5A/Catalina di Halim Perdana Kusuma
f. Skadron 6 (Latih) pesawat L-4/Pipper Cup di Husein Sastronegara
3. Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Sebagai salah satu unsur APRIS, AU saat ini telah aktif mengambil bagian dalam gerakan-gerakan iliter (GOM), baik secara gabungan maupun tersendiri. Dalam Operasi Penumpasan DI/TII, AU mengerahkan Satuan Pertahanan Udara dengan menyiapkan Pesawat-pesawat Tempur khususnya jenis pancargas dari skadron XI.
Sedangkan operasi gabungan dilakukan dengan memberikan bantuan seperti;
a. Pengintai udara dengan Pesawat Cessna 180 dan Pembom B-25 / Mitehel.
b. Penembakan / pembom dengan menggunakan Pesawat Buru Sergap P-51 / Mustang, Pembom B-25 Mitchell dan AT-16 Harvard.
c. Pengangkutan udara dengan pesawat C-47 Dakota.
Daerah-daerah operasi adalah sebelah selatan pegunungan Tangkuban Perahu yang dijadikan markas pertahanan DI/TII Kartosuwiryo. Pangkalan Udara yang mendukung operasi tersebut adalah PAU Husein Sastranegara (Bandung), PAU Semplak (Bogor), PAU Kalijati (Subang), Cibeureum (Tasikmalaya) dan Tegal.
4. Operasi Penumpasan PRRI di Sumatera
Sebagai akibat sistem Demokrasi Liberal yang dilaksanakan Indonesia, maka timbullah anarki yang dapat di lihat dengan lahirnya dewan-dewan yang bersifat kedaerahan dan sparatisme. Puncak gerakan-gerakan ini adalah terbentuknya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tanggal 15 Februari 1958.
Untuk menyelamatkan RI dari bahaya disintegrasi bangsa pemerintah RI bertindak tegas dengan melakukan operasi-operasi gabungan TNI AL dan AU antara lain:
a. Operasi Tegas untuk pembebasan Riau Daratan
b. Operasi Sapta Marga untuk pembebasan Medan
c. Operasi Sudar di Sumatera Selatan
d. Operasi 17 Agustus untuk merebut kota Padang sebagai pusat PRRI.
Dalam operasi gabungan ini TNI AU melakukan tugas mengintai udara penyebaran pamflet, pemboman / penembakan, penerjunan pasukan, SAR, dan pengangkutan udara. Pesawat-pesawat yang digunakan ialah C-47, P-51, B-25, PBY-5A, AT-16, dan Grumman Albatros.
5. Operasi Penumpasan Permesta di Sulawesi dan Bagian Timur Lainnya di Indonesia
Pada masa pemberontakan Permesta tahun 1958 kawasan Indoensia bagian tinur terganggu ketenangannya. Pesawat-pesawat terbang pemberontak khususnya pesawat B-26 Invander yang diterbangkan oleh Allan Lawrence pope, seorang warga Amerika melakukan penembakan di berbagai tempat antara lain PAU Marotai, beberapa tempat penting milik TNI AU dan iring-iringan kapal TNI AL.
Pada tanggal 18 Mei 1958 Kapten Udara Penerbangan Ignatius Dewanto berangkat dari Pangkalan Udara Liang dengan Pesawat P-51 mengadakan pengejaran terhadap B-26 Allan. Pesawat tersebut berhasil ditemukan di atas perairan sebelah barat Pulau Ambon yang pada saat itu sedang melakukan serangan terhadap iring-iringan ALRI. Dalam pengejaran tersebut Kapten I Dewanto berhasil menembak pesawat B-25 Allan Laurence Pope dengan Roket yang mengakibatkan terbakar dan jatuh di perairan sebelah barat Pulau Ambon.
6. Tri Komando Rakyat (Trikora)
Untuk melaksanakan operasi militer dalam rangka Trikora, presiden/Pangti ABRI / Apngsar Koti Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Komando Mandala sebagai Komando gabungan pimpinan Komando Mandala;
Panglima : Mayjen Soeharto
Wapang I : Komodor Laut Subono
Wapang II : Komodor Udara L.W.J. Wattimena
Kepala Staf : Kolonel A. Tahir
Komando Mandala menyusun dan menntukan penempatan pasukan-pasukan dari AD Mandala, AL Mandala, AU Mandala sendiri menyiapkan Pangkalan Udara Morotal Letfuan dan Pattimura sebagai pangkalan depan Pangkalan Udara Kendari Gorontalo dan Kupang sebagai pangkalan belakang. Disamping itu disiagakan pula kekuatan laut sista udaraTNI AU yakni TU-16, TU-16KS, IL-28, B-25, B-26, P-51, UF-2 Albatros, PBY-54, C-47, C-13 B Hercules, PGT dan beberapa pesawat Wing Garuda.
Sebagai operasi terakhir dilaksanakan Operasi Wisnumurti untuk menghadapi penyerahan Irian Barat tenggal 1 Mei 1963.
7. Dwi Komado Rakyat (Dwikora)
Gagasan pembentkan Federasi Malaysia ditentang oleh Filipina dan Indonesia sehingga kedua negara tersebut memutuskan hubungan diplomatiknya. Konfrontasi politik memuncak dengan dicetuskannya Dwi Komando Rakyat oleh Presiden / Pangti ABRI / Pemimpin Besar Revolusi pada tanggal 3 Maret 1964.
Selanjutnya dibentuklah Komando Mandala Siaga. Kegiatan operasi udara TNI AU selain mengadakan penerbangan patroli sepanjang daerah perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia, juga pengangkutan dan droping satuan-satuan sukarelawan beserta perlengkapan-perlengkapannya ke daerah perbatasan.
Setelah itu, Pemerintah RI mulai mengambil langkah-langkah mengadakan normalisasi hubungan dengan Malaysia tanggal 27 Mei 1966 suatu misi ABRI dikirim ke Kuala Lumpur yang membawa pesan Jenderal Soeharto untuk mengadakan penghentian konfrontasi. Misi ini kemudian disusul dengan perundingan antara Menlu Indonesia Adam Malik dan Menlu malaysia Tun Abdul Razak di Bankok.
Akhirnya, tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta ditandatangani persetujuan normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia yang disebut dengan “Jakarta Accord”.
8. Operasi Non Militer TNI AU
a. Operasi Pepera di Irian Barat
Dalam KMB di Den Haag pada tanggal 25 Agustus 1949, Belanda mendesak keinginannya untuk menduduki Irian Barat. Akibatnya timbulah “Sengketa Irian Barat” antara Indonesia dan Belanda. Setelah melalui perjuangan diplomasi dan fisik yang terkenal dengan Trikora, akhirnya tercapailah keputusan Forum PBB yang melahirkan “New York Agreement” dengan “Act of Free Choice (Pepera) sebagai penyelesaiannya.
Untuk membantu kelancaran pepera, maka TNI AU membentk satuan tugas khusus yaitu Satgasud dengan Komandan Kolonel Udara Suyoto. Satgasud Pepera bertugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan semua bantuan AU dengan mengerahkan pesawat-pesawat militer TNI AU dan dari penerbangan non militer seperti Merpati Nusantara, Zamrud, Pertamina, MAF serta AMA. Kegiatan penerbangan pesawat TNI AU selama berlangsungnya Pepera sebanyak 259 sorties, 579,59 jam terbang, mengangkut 311,426 kg barang dan 1.896 penumpang termasuk 694 anggota Dewan Musyawarah Pepera.
b. Operasi Bakti
TNI AU sebagai unsur ABRI disamping sebagai kekuatan Hankam juga sebagai Kekuatan Sospol. Sebagai kekuatan Sospol TNI AU ikut serta dalam kegiatan ABRI Masuk Desa, membantu angkutan yang berupa bahan makanan, pakaian, obat-obatan, bahan bangunan dan lain-lain bagi korban akibat musibah bencana alam (banjir, gempa bumi, gunung meletus dan lain-lain), baik di dalam negeri maupun ke luar negeri (Pakistan, Australia, Banglades, Armenia dan lain-lain). Selain itu jug apesawat TNI AU dikerahkan untuk membantu angkutan Jemaah Haji, Transmigrasi, Kontingen PON dan Sea Games.
9. Operasi Penumpasan Sisa-sisa Pemberontakan G-30 S/PKI
Sisa-sisa gerakan G 30 S/PKI membentuk suat u pemerintahan bayangan di daerah Blitar Selatan. Dari daerah ini mereka melaksanakan gerakan gerilya dengan melakukan teror. Namun kegiatan yang sudah diatur dengan rapi itu akhirnya dapat ditumpas oleh kegiatan Operasi Militer ABRI.
Gerakan Operasi Penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI itu dikenal dengan Operasi Trisula, yang menunjukan operasi gabungan TNI Angkatan Udara. Kemudian berdasarkan Surat Perintah operasi Panglima Kawilhan IV No. 89/80/1968 tanggal 6 Juni 1968 segera membentuk suatu “Posh Force” yang disebut “Operasi Elang” dengan kekuatan:
a. 1 Kompi Kopasgat
b. 1 Skadron Udara dengan pesawat
- 2 pembom B-25 Mitchell
- 3 pembom P-51 Mustang
- AT-16 Horvard
2.3.4 Ruang Alutsista
1. Mitsubishi A6E5 Zero sen
Negara asal : Jepang
Jenis : Pemburu Taktis
Buatan Tahun : 1938
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1941 : Pertama kali dipergunakan Jepang dalam perang melawan Amerika di China
2. P-51 Mustang
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pemburu Taktis
Persenjataan : 6 pucuk growing helikopter 12, 7, 8 buah roket launcher, 2 buah bom
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
1965 : Operasi penumpasan G 30 S/PKI dan sisa-sisanya
3. Glider Kampret
Negara asal : Indonesia
Panjang badan : 5,45 m
Panjang sayap : 13,56 m
Tinggi : 1,31 m
Cepat jelajah : 60 km/jam
Sejarah : Dengan didirikan Sekolah Teknik Udara Perwira (Stupa) pada tahun 1951 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ir. C.W.A Oyen, maka terbentuklah kesempatan untuk merancang pembuatan pesawat-pesawat terbang. Sebagai hasil penelitian ini telah dibuat sebuah pesawat luncur jenis Grunua Baby yang diberi nama Glider Kampret. Grunua mengingatkan sebuah nama dusun di Jerman, yang sebelum Perang Dunia II didirikan sebuah pabrk pesawat peluncur yang dibuat oleh Kadet Stupa tersebut bukan berdasarkan data dari Pabrik Father Belanda di Amsterdam dengan perbaikan dan perubahan segi.
4. L-4J Piper Cub
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat Latih Dasar Pengintai
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1950-1965 : Operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat
5. BT-13 Valiant
Negara asal : Amerika Serikat
Buatan tahun : 1940
Jenis : Pesawat Latih Dasar
Pabrik : Volter Aircraft Inc.
Motor : 450 Hp P 8 WR-985-AN-1
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1951 : Pesawat Latih dasar pada sekolah penerbangan lanjutan di Lanud Husein S dan Kalijati
6. Replika Pesawat Terbang RI-X
Negara asal : Indonesia
Jenis pesawat : Pesawat O-R
Buatan tahun : 1948
Type : Pesawat terbang ringan bermotor tunggal dengan tempat duduk tunggal dan sayap 2 bagian (parabol)
Motor : Harley Davidson 2 silinder model tahun 1925. 2/15 jaya kuda
7. AT-16 Harvad
Asal negara : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat Latih Dasar
Persenjataan : 1 senapan mesin 7,7mm, 2m, 6m, bom @5 kg
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1965-1968 : Operasi penumpasan G 3 S/PKI dan sisa-sisanya
8. TS-8 Bies
Negara asal : Polandia
Jenis : Pesawat Latih
Motor : WN-3
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 196 : Kekuatan TNI AU untuk menggantikan Pesawat Latih lanjut AT-16 Harvard
9. B-25 Mitchell
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pembom ringan
Akomodasi : 6 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1950 : Kekuatan Skadron I yang berfungsi sebagai pembom, penembak, foto dan transport
1967-1969 : Operasi Saber Kilat, Operasi Trisula, Operasi sadar
10. C-47 Dakota
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Angkutan ringan
Akomodasi : 5 awak pesawat dan 27 penumpang
Sejarah
Tahun 1947-1948 : Penerobosan blokade udara Belanda dari/dan ke Sumatera, Kalimantan dan luar negeri (Singapura, Philipina, India, Pakistan dan Birma)
1976 : Operasi Seroja
11. Hiller 360 Utility Helikopter
Negara asal : Amerika Serikat
Kecepatan jelajah : 121,6 km/jam
Akomodasi : 3 orang
Sejarah
24 Desember 1950 : Penerbangan percobaan oleh Komodor Udara Wiweko Soepomo
12. Hovercraft XHV-02
Panjang : 4 m
Lebar : 1,9 m
Tinggi : 1,55 m
Kapasitas angkut : 2 orang
Sejarah : Merupakan hasil penelitian dan pengem bangan yang dilakukan bersama-sama oleh Dislitbangau dan Lipnur tahun 1969-1973
13. B-26 Invander
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pembom ringan
Akomodasi : 7 awak pesawat
Sejarah
1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
1967-1969 : Operasi Saber Kilat, Operasi Trisula
14. DH-115 Vampire
Negara asal : Inggris
Jenis : Pesawat latih Jet
Persenjataan : 4 buah Cannon 20 mm, dapat dipersenjatai pula dengan roket dan bom
Sejarah
21 Januari 1956 : Pertama kali diterbangkan di Indonesia oleh Letnan Udara 1 Leo Wattimena
20 Februari 1956 : 8 buah pesawat diresmikan menjadi kekuatan pada skadron pencargas AURI
15. UH-34 Sikorsky
Asal negara : Amerika Serikat
Jenis : Helikopter
Akomodasi : 4 awak pesawat
Sejarah
1961-1963 : Jenis pertama yang datang di Indonesia dengan registrasi H-351 sebagai hadiah Presiden Amerika Serikat untuk Presiden RI
1967 : Relokasi pesawat tersebut dari istana dimasukkan ke Skadron 7
16. Radar Darat Nysa
Negara asal : Polandia
Tahun pembuatan : 1960
a. Type : Nysa C/Tx Cabin
Kegunaan : Pengamatan dini
Kemampuan : Max jarak 400 km
b. Type : Nysa B/Tx Cabin
Kegunaan : Pengamatan ketinggian
Kemampuan : Pada jarak 300 km / ketinggian max 15 km
c. Type : Indikator
Kegunaan : Layar penampilan jarak dan ketinggian
Kemampuan : 3 unit layar penampilan
Sejarah
1961 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
17. Stearman
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Latih mula
Buatan tahun : 1944
Pabrik : Boeing
Akomodasi : 2 orang
Sejarah
1950-1951 : Digunakan oleh Kadet-kadet penerbang Indonesia dalam pendidikan penerbangan Taloa Academy of Aeronauties di Oakland California. Dalam rangka penyiapan tenaga penerbang untuk perjuangan kemerdekaan dan pengembangan TNI AU
18. Uti Mig-15
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat latih tempur
Persenjataan : 1 x Cannon 37 mm N-37 dan 2 Cannon 23 mm NR-23
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
19. Mig-17
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat tempur
Persenjataan : 3 senjata 23 mm, bom, roket 500 kg
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1961 : Kekuatan skadron II Wing ops 003
1963 : Kekuatan kohanud
20. Mig-19
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat tempur
Persenjataan : 3 cannon Hp-Call 30 mm, 2a 8 roket APC 57, 50-25 kg bom
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1961 : Kekuatan skadron 12 wing ops 03
1963 : Kekuatan kohanud
21. Mig-21
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat tempur
Persenjataan : 1 kanon kaliber 30 mm
Type : Tipe NR-30 peluru 60 butir, roket udara ke udara K-13
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1963 : Dimasukan menjadi salah satu komponen pada wing pertahanan udara 300 (Buru Sergap) kohanudnas
22. MI-04
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat Helikopter serbaguna
Akomodasi : 3 awak pesawat, 10 penumpang
Sejarah
1950-1965 : Operasi DI/TII di Sulawesi Selatan
1967 : Operasi Saber Kilat
23. Peluru Kendali KS
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Rudal udara ke darat
Sasaran : Kapal laut, gedung, pabrik, gudang amunisi
Jarak tembak : 70 km – 110 km
Tinggi tembak : 15.000 m dari permukaan laut
Pengendalian : aktif moning
Daerah kerusakan : 3 sampai dengan 8 km
Sejarah
1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
24. L-24 Dolphine
Negara asal : Chekoslowalia
Jenis : Pesawat lebih lanjut
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
1965-1983 : Kekuatan wing pendidikan I
25. F-28 Avon Sabre
Negara asal : Australia
Jenis : Buru sergap
Kecepatan max : 700 mph (1.125 km/jam)
Persenjataan : 2 Cannon Aden 30mm, 2 bom 1.000 lbs atau 24 roket atau 3 peluru kendali udara ke udara
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1973-1981 : Kekuatan skadron 14 wing 300 kohanud
26. Peluru Kendali SA-75
Negara asal : Uni Soviet
Type : Darat ke udara
Jenis : Sista Rudal Hanud jarak sedang
Jarak tembak : 36 km
Kecepatan : 1.110 km/detik
Bahan bakar : Tingkat I padat, tingkat II cair
Daya hancur : Radius 60m
Pengendalian : Radio Command Automatic System Pyro, Cartridge dengan efek dopler
27. T-33A – 10T Bird
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat Latih Lanjut Buru Sergap
Persenjataan : 6 mitraliur M3-127 mm
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah : Pesawat ini dipergunakan sebagai Pendidikan Latihan Lanjut yang merupakan peralihan ke pesawat Buru Sergap F-86 Sabre
28. LA-11 Lavocshikin
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat Buru Sergap
Persenjataan : 3 cannon NS-23
Jerak tembak : 2.550 km
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1959 : Kekuatan skadrom 3
29. Pesawat Gelatik
Negara asal : Indonesia
Penggunaan : Umum
Pabrik : Lipnur di bawah lisensi Polskie Zakladi Litrize
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah : Pesawat Glatik telah mengambil peran dalam pertanian, baik lipnur maupun TNI AU beserta instansi-instansi yang berhubungan dengan “Research dan Development”. Pesawat Glatik ditingkatkan daya gunanya sebagai pesawat “Agro Aircraft”. Pada pesawat Glatik disamping alat penyemprot automatizer type, mikronaire ultra low Voleme dengan sray time 30 menit lebih
30. LT-200
Negara asal : Indonesia
Jenis : Pesawat Latih Dasar
Mesin : Lycoming 032E-2A 15 DK
Kecepatan jelajah : 219 km/jam
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
1974 : Kekuatan TNI AU yang merupakan produkasi produksi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur)
31. Auster Mark II
Negara asal : Inggris
Jenis : Pesawat Pengintai Darat
Kecepatan Max : 202 km/jam
Awak pesawat : 1 orang
Sejarah
1950 : Kekuatan skadron 4
32. C-140 Jet Star Pancasila
Negara asal : Amerika Serikat
Lokheed Aircraft Corp.
Mesin : P dan W Jet 12A-6A 4 buah
Penumpang : 8 VIP, 10 biasa
Awak pesawat : 5 orang
Daya angkut : 1.316 kg
Sejarah
1962 : Hadiah Pemerintah Amerika Serikat kepada Presiden RI sebagai pesawat kepresidenan. Masuk kekuatan skadron 17 Halim Perdana kusuma, pernah dipergunakan dalam kunjungan ke beberapa negara antara lain Malaysia, Singapura, Philipina, Vietnam, Muangthai.
33. Caisson
Keadaan angkasa yang volume udaranya ebih rendah dibandingkan di daratan dapat membahayakan manusia yang sedang melakukan terbang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan membawa udara (oksigen) dari daratan, sehingga dapat dipergunakan untuk membantu pernafasan melalui topeng oksigen, calon penerbang mendapat pelayanan dari para medi, tes dalam suasana di angkasa tanpa menggunakan topeng oksigen, dengan caisson tes dapat diketahui beberapa jauh batas kemampuan calon penerbang. Penerbang dalam suasana kurang udara dapat melaksanakan tugasnya. Caisson diperlengkapi dengan oksigen, sehingga apabila calon penerbang berada pada batas kemampuan, maka topeng oksigen dapat sebera digunakan untuk membantu pernafasan.
34. Nakajima Ki 43 II Hayabusha (OSHAR)
Negara asal : Jepang
Jenis pesawat : Pesawat pemburu
Tahun pembuatan : 1940
Persenjataan : 3 senapan mesin 12,7 dan bom 250 kg
Awak pesawat : 1 awak pesawat
Keterangan : Ditemukan di Babo Irian Barat dan dst.
35. Guntai
Negara asal : Jepang
Buatan tahun : 1930
Jenis : Pesawat pembom tukik
Kecepatan : 400 km/jam
Persenjataan : 3 senapan mesin 303,500 kg bom
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah : Pesawat ini ditemukan di PU Babo ex Jepang dalam PD II di Irian Barat
36. Replika Dakota VT-CLA
Republik meruntuhkan pesawat Dakota VT-CLA, untuk mengenang pengorbanan para perintis TNI AU dalam meberikan motivasi semangat kepahlawanan tahap generasi penerus
2.3.5 Ruang Paskhasau
1. Sisa-sisa Operasi Trikora
Sisa-sisa Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) yang gugur dalam melaksanakan Operasi Trikora dalam rangka perebutan kembali wilayah Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Perlengkapan ini diketemukan:
a. Oleh : Penduduk setempat
b. Tanggal : 27 Mei 1992
c. Tempat :Gunung Madogma Kecamatan Pasir, Kabupaten Fak-fak Irian Barat
2. Uniform Pesukan TNI AU
Pasukan TNI AU mengalami beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan yang di awali dengan dibentuknya Pasukan Pertahan Pangkalan (PPP).
Kemudian Pasukan Gerak Tjepat (PGT dan berkembang dengan sebutan Pasgat, kemudian menjadi Pasukan Khas TNI AU (Paskhasau).
3. Meriam PSU (cannon)
Negara asal : Swedia
Bafors
Kaliber/tipe : 40 M/L 60
Tahun pembuatan : 1962
Kecepatan tembak : 2.742 m
4. Peluncur Roket
Pabrik : Hispano Suesn
Jenis : Anti tank, menghancurkan kubu-kubu pertahan serangan musuh
Daya tembak : 10 km, digunakan untuk lintas lengkung dan dakar
Kecepatan : 50 s/d 30 roket/menit
Cara membawa : ditarik dengan Jeep
5. Triple Gun
Tipe : HSS 804
Jenis : Senjata anti pesawat terbang
Sejarah : Menurut data sejarah senjata ini digunakan oleh Pasukan Gerak Tjepat (PGT) AURI dalam operasi Trikora
6. Sisa Perlengkapan Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) yang gugur ketika Operasi Trikora
Perlengkapan ini diketemukan penduduk tanggal 27 Mei 1992 di gunung Mendogma Kecamatan Pasir Kabupaten Fak-Fak Irian Jaya.
7. Wolky Tolky
Pesawat ini digunakan oleh PGT AURI dalam operasi penumpasan PRRI Semesta, untuk komunikasi antar pasukan dengan komando tahun 1958
8. Kontindo Garuda di Vietnam
Dalam rangka melaksanakan misi perdamaian dunia di Vietnam, maka sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 buah pesawat terbang C 130 B Hercules yang mengangkut kontingen Indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII dan kontingen penggantinya. Selain itu juga mengikutsertakan sejumlah perwira TNI AU dalam setiap kontingen baik yang bertugas Head Quarter (HQ) maupun Teams.
Sampai berakhirnya tugas kontingen TNI AU telah mengangkut 2.029 personil dan 139 ton barang dengan 25.735 jam terbang.
2.3.6 Ruang Diorama
1. Serangan Udara Pertama dan Penembakan VT-CLA
Inilah penggambaran dari serangan misi perdamaian dunia di Vietnam, maka sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 buah pesawat terbang C-30 B Hercules yang mengangkut kontingen indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII dan kontingen penggantinya. Selain itu juga mengikutsertakan sejumlah perwira TNI AU dalam setiap kontingen baik yang bertugas Head Quarter (HQ) maupun Team.
Sampai berakhirnya tugas kontingen TNI AU telah mengangkut 2.029 personil dan 139 ton barang dengan 25.735 jam terbang.
2. Peristiwa 19 Desember 1948
Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi pertempuran yang heroik di pangkalan udara Maguwo. Pasukan kerajaan Belanda yang terdiri dari sejumlah pesawat tempur, pasukan komando dan korp pasukan khusus menyerang, merebut dan menguasai pangkalan udara Maguwo Yogyakarta. Angkatan udara Belanda mengerahkan:
- 9 buah pesawat tempur P-40 Kitty Hawk
- 5 buah pesawat tempur P-51 Mustang
- 17 buah pesawat angkut C-47 Dakota
prajurit AURI di bawah pimpinan Kadet Kasmiran melawan pasukan Belanda. Dalam peristiwa ini seluruh pasukan pertahanan pangkalan kurang lebih 70 orang gugur.
3. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan I 15 November 1945, 21 Juli 1947
Atas prakarsa A. Adisutjipto pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta berlangsung pertemuan tokoh penerbangan dari Malang, Surabaya dan Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati untu memulai pendidikan calon-calon penerbang yang berasal dari putera-putera Indonesia.
Sekolah penerbang tersebut di buka tanggal 15 November 1945 dan diikuti oleh mereka baik yang pernah belajar terbang sebelum Perang Dunia Ke II maupun yang sama sekali belum pernah terbang. Pelajaran diberikan di bawah pohon Tulok (Cherry) di depan Menara (tower) Pangkalan Udara Maguwo. Latihan terbang menggunakan curen buatan nippon Hikoki tahun 1933.
4. Sekolah Penerbangan AURI Angakatan III di Amerika Serikat 1950-1952
Sekolah perwira penerbang angkatan ke III di selenggarakan di luar negeri dan di ikuti olleh 60 orang siswa penerbang. Pendidddikan diadakan pada tahun 1950 sampai dengan 1952 di TALOA Academy of Aeoronautics yang bertempat di Minterfield, California, Amerika Serikat.
Pengiriman siswa penerbang ke luar negeri tersebut adalah yang kedua kalinya di laakukan oleh AURI, yang pertama ialah ke India pada tahun 1947. Pada saat itu para siswa sudah berada pada tahap dasar ( “ Basic phase” ) pada tahap mana pesawat terbang yang di gunakan adalah pesawat terbang P-17 “ Stearman “.
Pesawat-pesawat yang di gunakan sekolah penerbangan Angkatan III.
a. P-17 Stearman - tahap dasar ( Basic phase )
b. Aeroncu - tahap mula ( Primary phase )
c. T-6 - tahap lanjutan ( Advoced phase )
d. C-47 Dakota digunakan untuk pelaksanaan penerbangan
Navigasi jarak jauh, yang dilakukan
menjelang akhir pendidikan.
5. Operasi Jaya Wijaya dalam Rangka Trikora 19 Desember 1961
19 Desember 1961 presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno mencanangkan operasi pembelian Irian barat yang dikenal dengan nama “Tri Komando Rakyat” kemudian tanggal 2 januari 1962 di bentuk komando pembebasan Irian Barat.
6. Ruang Diorama Palapa
Ruang Sistem Komunikasi satelit Domestik (SKSD) Palapa diresmikan oleh Bapak Menparpostel A. Tahir padatanggal 27 September 1986. diorama SKSD palapa ini terdiri dari 5 buah Vitrine berukuran 1,5 m x 3 m x 3,5 m. Sebuah Vitrine tersebut sebagai ruang antarisksa berbentuk ½ lingkaran bergaris tengah 6 meter. Diorama tersebut disusun berdasarkan urutan kronologis peristiwa-peristiwa penggunaan Satelit Palapa yang bersejarah. Setiap Vitrine merupakan Diorama dan dibuat dari bahan fiberglass yang dillukis sesuai dengan remanya. Di tenagh ruangan terletak prasasti berupa tanda peresmian dan prasasti Sumpah Mahapatih Gadjah Mada.
7. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan II India Oktober 1947- November 1950
a. Penetapan Pendidikan Dan Latihan
Mengantisipasi serbuan Belanda ke Yogyakarta AURI mengirimkan sejumlah kadet udara di luar Jawa dan Luar Negeri untuk mendidik menjadi penerbang, keberhasilan sangat ditunjang oleh keberhasilan Indonesia “AIRWWAYS” di Burma.
Pendidikan dan latihan meliputi:
Periode Yogyakarta : aerodinamic, Meteorologi, Aircraft Recognnition, Matematika baris berbaris, mengemudikan Glidder Type Zogling NW 002.
Periode Bukittinggi : Meteorologi, Morse tope latihan dengan pesawat
Periode Alla Habad
Bereilly, Lucknow : Teori untuk Al-Licence Pesawat-pesawat yang dipakai
- Piper L-4 Grasstlopper
- Stinson sentinel L-5
- de Havilland Tigermoth
- de Havilland Chiphunk
pada tahapan di India ini ke 20 kader udara mendapatkan Al Licence. Seorang kadet Soerjadi gugur bersama instrukturnya dalam latihan aerobatic dengan pesawat de Havilland Chiphunk. 4 orang kadet ditarik ke Burma masuk Indonesia Airways terbang sebagai Copilot dengan Dakota RI 001 Seulawah. RI 007 dan RI 009. Co Piloting operasi penyelundupan senajta oleh Indonesia Airways dari Rangoon ke Blang Bintang.
Periode Andir Bandung : Bulan Januari 1950 melanjutkan Advanced Training di Sekolah Penerbangan Lanjutan (SPL) di Pangkalan Udara Andir Bandung.
b. Sekolah Perwira Teknik Udara
Pada awalnya berdiri tahun 1946 di Maospati Madiun dengan nama Sekolah Teknik Oedara (STOe) di bawah pimpinan Bapak Ibrahim Bekti, sekolah ini bersifat darurat mengingat pada waktu itu masih dalam suasana menghadapi militer Belanda.
Tahun 1950 Sekolah Teknik Oedara mulai dikembangkan, hal ini terlaksana karena AURI mendapat bantuan tenaga teknik penerbangan dari missi militer Belanda diantaranya Letkol Oyens. Selanjutnya dibentklah Sekolah Perwira Teknik Udara (SPTU) berkedudukan di Pangkalan Udara Andir Bandung.
Pada tahun 1957 nama Sekolah Perwira Teknik Udara diubah menjadi Sekolah Teknik Udara Perwira, sehingga sebutan SPTU menjadi STUPA.
8. Sekolah Penerbangan Lanjutan di Pau Andir Tahun 1950-1953
Untuk pertama kali Sekolah Penerbang Lanjutan pada bulan Maret 1950 menyelenggarakan ADVANCED TAINING bagi penerbang-penerbang yang sudah ada yaitu Exs Sekbang I Maguwo dan Sekbang II India yang mendapat pendidikan sebagai penerbang sipil.
Angkatan pertama dimulai tahun 1950 dan selesai tahun 1951, bersama dengan selesainya angkatan pertama datanglah Sekbang ke III yang dididik di Amerika Serikat untuk memenuhi syarat sebagai penerbang militer. Para penerbang yang dididik di Amerika Serikat ini diberi refreshing caurse di SPL yang disebut ADVANCED REFRESHING COURSE.
2.3.7 Ruang Minat Dirgantara
1. Bedge Komando Wilayah dan Fungsional TNI AU
a. Bedge Komando Wilayah Udara I
b. Bedge Komando Wilayah Udara III
c. Bedge Komando Wilayah Udara IV
d. Bedge Komando Wilayah Udara V
e. Bedge Komando Wilayah Udara VII
f. Bedge Kohanudnas
g. Bedge Koopsau
h. Bedge Komatau
i. Bedge Kodikau
j. Bedge Paskhasau
2. Perkembangan Skadron Udara TNI Angkatan Udara.
Awal tahun 196-an di samping Skadron yang sudah ada TNI AU membangun Skadron baru yaitu:
a. Skadron Helikopter
1) Skadron 6 - MI-4 di Atang Sanjaya
2) Skadron 7 - Bell-204B di Atang Sanjaya
- Bell-47C-21J di Atang Sanjaya
3) Skadron 8,9 - MI-6 di Atang sanjaya
b. Skadron Tempur
1). Skadron 11 - Mig-17 di P.U. Kemayoran Jakarta
- Mig-15 UTI di P.U. Kemayoran
2). Skadron 12 - Mig-19 di P.U. Kemayoran Jakarta
c. Skadron Lintas Udara
1). Skadron 17 - C-140/Jet Star di Halimperdanakusuma
- II-14/Avia di Halim Perdanakusuma
- C-47/Dakota di Halim Perdanakusuma
- L-140/402 di Halim Perdanakusuma
2). Skadron 31 - C-130B/Hercules di Husein Sastranegara
3). Skadron 32 - AN-12B/Antonov di Husein Sastranegara
d. Skadron Pembom
1). Skadron 21 - IL-28 di Kemayoran Jakarta
2). Skadron 41 - TU-16 di Iswahyudi Madiun
3). Skadron 42 - TU-16 KS di Iswahyudi
e. Skadron Peluru Kendali
1). Skadron 101 Peluncur Peluru Kendali di Cibinong
2). Skadron 102 Peluncur Peluru Kendali di Tangerang
3). Skadron 103 Peluncur Peluru Kendali di Cilincing
4). Skadron 104 Peluncur Peluru Kendali di Pondok Gede, Jakarta
3. Starlite-PK-SLX
Negara asal : Indonesia
Jenis : Pesawat Olahraga
Pabrik pembuatan : Dibuat pada tahun 1986 oleh Tim Starlite Bandung Indonesia berdasarkan lisensi dari Mr. Mark Brown (Pencipta Pesawat Starlite dari USA) atas ide almarhum Marsma TNI Pribadi di bawah pimpinan Teknisi Kolonel Cpl Handoyo.
Tempat duduk : 1 (satu)
Mesin : Rotaz 447
Kecepatan jelajah : 120 mph
Riwayat singkat :
- Pesawat ini milik Almarhum Marsma TNI Purn. H. Pribadi
- Pesawat Starlite pertama kali dibuat oleh Mr. Mark Brown dari USA (sebagai pencipta) namun dalam beberapa test fligh selalu gagal, bahkan membawa korban jiwa.
Atas ide Marsekal Pertama Pribadi dengan lisensi/izin dari Mr. Mark Brown, dilakukan modifikasi oleh Tim Starlite Bandung Indonesia di bawah pimpinan teknisi Kol. Purn. Cpl. Hardoyo. Hasil modifikasi ini dengan Registrasi Starlite PF-SLX mendapat restu dan pengakuan.
4. Foto Beberapa Pejabat Indonesia dan Mancanegara yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama dari Presiden RI
No Nama Pangkat Jabatan Ket.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Suharto
Dr. SH. Nasution
J.P.M.C. Connel
Sudomo
Man Ho Ock
Jose L Racundo
Drs. Moh. Hasan
Ashadi Tjahjadi
M. Yusuf
Oetomo
Sudarmono Jenderal TNI
Jenderal TNI
General
Laksamana Laut
Jenderal
Mayor General
Jenderal Polisi
Marsekal TNI
Jenderal TNI
Marsdya TNI
Marsdya TNI Presiden RI
Ketua MPR
Chieh of Staf USAF
KSAL
KSAU Korea Selatan
Commanding General Philiphina Air
Kapolri
KSAU
Menhankam/ Pangab
KSAU
- 1969
1969
1969
1970
1972
1974
1974
1977
1981
1984
-
5. Foto-foto Latihan Bersama Antara TNI AU dengan Angkatan Udara Negara Tetangga/ sahabat
a. Elang Seberang Tahun 1979 : yaitu latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Slandia Baru di Lanud Iswahyudi Tahun 1979
b. Elang Thaenesia IV Tahun 1985 : yaitu latihan bersama antara
TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Thailand di Lanud Medan Tahun 1985
c. Elang Indopura IV Tahun 1986 : yaitu latihan bersama antara
TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Singapura di Lanud Medan Tahun 1986
d. Elang Malindo X Tahun 1986 : yaitu latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Malaysia di Lanud Medan Tahun 1986
e. Elang Thainesia V Tahun 1987 : yaitu latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Thailand di Lanud Medan Tahun 1987
6. Kontingen TNI AU dalam Pasukan Perdamaian (PBB)
Dalam rangka melaksanakan misi perdamaian dunia di Vietnam, maka sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 pesawat terbang C-130 B Hercules yang mengangkut Kontingen Indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII dan Kontingen penggantinya. Selain itu juga mengikutsertakan sejumlah perwira TNI AU dalam setiap kontingen, baik yang bertugas dalam Head Quarter (HQ) maupun Teams. Sampai berakhirnya tugas, TNI AU telah mengangkut 2.029 personil dan 139 ton barang dengan 257,35 jam terbang
2.3.8 Beberapa Koleksi Museum yang Dipajang di Luar Gedung Museum
1. PBY-5A (CATALINA)
Negara asal : Amerika
Jenis : Pesawat
Pabrik : Douglas
Motor : Piston 2 ea R-1.830-92/P & W
Kecepatan jelajah : 208 km/jam
Akomodai : 7 awak pesawat
Tahun dimulai TNI AU : 1958
Sejarah:
1945 – 1949 : Jenis Catalina ini pernah diginakan untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan RI.
1950 : Dimasukan dalam jajaran kekuatan Skadron 5, berpangkalan di Lanud Abdurachman saleh.
2. TUPOLEV TU-16 B/KS
Negara asal : USSR
Jenis : Pesawat pembom
Pabrik : Tupolev USSR
Motor : Turbo Jet 2 ea AM-3, Mikulin USSR
Kecepatan jelajah : 510 knots (945 km/jam)
Persenjataan : 7 ea kanon 23 mm, bom 9.000 kg, bom naval
Akomodasi : 7 awak pesawat
Tahun dimiliki TNI AU : 1961, 1962
Sejarah:
1961 : Dimasukan dalam jajaran kekuatan Skadron 42 TNI AU berkedudukan di Lanud Iswahyudi
3. UF 1 ALBATROS IR-0117
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat angkutan sedang
Penggunaan : Untuk SAR, amphibi
Pabrik : Grumman Aircracft USA
Motor : Piston 2 ea
R-1.820 76 A (UF-1)
R-1.820 84 B (UF-1)
Kecepatan jelajah : 205 knot (379 km/jam)
Persenjataan : Torpedo dan Roket
Akomodasi : 7 awak pesawat
Tahun dimiliki TNI AU : 1957, 1976, 1977
Sejarah:
1955 : Dima sukkan dalam jajaran kekuatan Skadron 5 Intai Laut TNI AU dan sebagai pesawat SAR, berkedudukan di Lanud Abdurachman Saleh
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan karya tulis ini, penulis mengambil kesimpulan yaitu:
- Museum adalah suatu tempat menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah agar tidak hilang dan rusak sehingga dapat dinikmati berbagai generasi, itu diharapkan mereka dapat mengetahui sejarah dan dapat menghargai hasil yang telah dicapai generasi terdahulu sehingga mereka dapat mengambil hikmah dan sejarah itu sendiri,
- Museum berfungsi menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah yang patut mendapat perhatian umum. Selain itu museum merupakan sarana yang efektif untuk mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan,
- Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala secara visual menggambarkan perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.
3.2 Saran
1. Dengan mengenal benda-benda bersejarah, tanamkanlah dalam diri kita jiwa dan semangat kepahlawanan,
2. Lestarikan dan peliharalah peninggalan-peninggalan sejarah agar tidak sampai hilang dan rusak,
3. Binalah persatan dan kesatuan bangsa agar peristiwa masa lalu tidak kembali,
4. Teruskanlah perjuangan para pahlawan dengan membangun Bangsa Indonesia lebih maju.
Demikian saran-saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
1. ..............1999. Panduan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Yogyakarta : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
2. .............. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
3. Munajat, Ade, dkk. 2003. Pengantar Sejarah Tentara Nasional Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.
4. Odih, Enjang, dan Sukadi. 2000. Sejarah Nasional dan Umum SLTP/MTs Kelas III. Jakarta : Ganesa.
5. Poesponegoro, Marwapati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Demi tercapainya kualitas pembelajaran yang baik, tidak hanya bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas saja. Siswa justru akan merasa jenuh dan penasaran, terutama terkait dengan materi yang dijelaskan oleh guru tersebut. Misalnya saja masalah Hankam, khususnya keamanan dirgantara. Untuk itu semua kegiatan observasi, yaitu pengenalan dan penelitian secara langsung pada objek-objek yang berhubungan dengan materi yang disampaikan tersebut, menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.
Dengan observasi, maka siswa tidak hanya mengetahui, akan tetapi siswa juga dapat mengenal dan memahami objek secara langsung. Karya wisata merupakan salah satu kegiatan observasi yang efektif sebagai penunjang proses belajar mengajar di sekolah.
Di Indonesia terdapat banyak tersebar Museum-Museum tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, Museum Dirgantara Mandala adalah salah satunya. Berbeda dengan Museum-Museum perjuangan yang lain, di Museum ini dipamerkan berbagai jenis pesawat terbang yang pernah dimiliki Banga Indonesia, khususnya TNI AU. Selain itu di Museum yang berlokasi di Yogyakarta ini, terdapat pula diaroma-diaroma perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Museum Dirgantara Mandala merupakan satu-satunya Museum Pusat TNI AU. Pengelolaanya pun langsung ditangani oleh TNI AU itu sendiri. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan Museum ini, termasuk siswa-siswi SMA Negeri 1 Rajagaluh sendiri, hanya sebagian kecil yang mengetahuinya. Maka dengan diadakannya karya wisata ini diharapkan siswa-siswi dapat mengenal lebih dekat tentang kedirgantaraan Indonesia sehingga timbul rasa kebanggaan terhadap bangsa yang ternyata memiliki banyak peninggalan sejarah yang tidak kalah hebatnya dengan negara-negara lain.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana sejarah berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala?
b. Bagaimana perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dari masa ke masa?
c. Sebutkan koleksi-koleksi yang dipamerkan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas, sehingga pembaca dapat mengetahui secara garis besar isi dari karya tulis ini, yaitu sebagai berikut:
a. Sejarah berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala,
b. Perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala,
c. Koleksi-koleksi yang dipamerkan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Nasional,
2. untuk melatih pembuatan karya tulis berikutnya,
3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah dan benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Indonesia,
4. Menumbuhkan rasa kebanggaan siswa terhadap kebesaran dan kejayaan bangsa Indonesia pada masa lalu.
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini, adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Yaitu metode penelitian yang langsung mengunjungi objek karya tulis, yakni Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Yogyakarta.
2. Metode Kepustakaan
Yaitu metode penelitian dengan mengumpulkan data yang berasal dari beberapa buku sumber yang dianggap relevan.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN, meliputi:
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
1.2.2 Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA
MANDALA YOGYAKARTA, yang mencakup:
2.1 Sejarah Berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
2.2 Perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
2.3 Koleksi-koleksi di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
BAB III PENUTUP, terdiri atas:
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB II
TINJAUAN UMUM MUSEUM
PUSAT TNI AU DIRGANTARA MANDALA
2.1 Sejarah Berdirinya Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Yang menjadi latar belakang didirikannya Museum AURI, yaitu:
1. Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan perkembangan TNI AU serta semua pengorbanan para pejuang dan pahlawan udara dalam membina dan merintis AURI, serta mempertahankan dan menegakan kemerdekaan NKRI perlu dilestarikan.
2. Dalam rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan pendokumentasian tersebut perlu untuk direalisasikan dalam bentuk visualisasi bukti sejarah agar dapat diketahui, diterima, dihayati dan diamalkan oleh generasi muda.
Hasyrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan AURI itulah yang menjadi dasar didirikannya Museum AURI, yang kemudian dituangkan dalam Keputusan Menteri/Panglima AU No. 491 tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi Sejarah dan Museum AURI. Meskipun demikian realisasinya tidak secepat yang diharapkan. Museum AURI baru bisa diwujudkan tanggal 21 April 1967. Semula masih bersifat embrio, dan organisasinya masih dibawah pembinaan Asisten Direktorat Humas AURI. Kegiatan Museumpun masih terbatas, karena kurangnya tenaga profesional maupun biaya. Namun sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri / Panglima AURI No. 2 tahun 1967 Tentang Peningkatan Peningkatan Bidang Sejarah dan Museum AURI, maka mulailah ada titik terang.
Berkat perhatian dari pimpinan AURIV (Pangkowilu) maka pada tanggal4 April 1969 diresmikanlah Museum Pusat TNI AU Roesmin Nuryadin di Jakarta. Sementara itu, di Lembaga Pendidikan AKABRI Bagian Udara Yogyakarta sudah memiliki Museum pendidikan / karbol, sehingga mulailah adanya pemikiran yang mengarah pada pengembangan danupaya mengintegrasikan kedua Museum tersebut. Disamping itu timbul pemikiran untuk menentukan lokasi Museum, bilamana keduanya berhasil disatukan, yang kemudian mengarah ke Yogyakarta.
Adapun dasar pertimbangannya, adalah sebagai berikut:
a. Pada peristiwa 1945 – 1949 Yogyakarta memegangg peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI AU.
b. Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna AU calon Perwira TNI AU.
c. Semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU mengacu pada semangat Maguwo.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka KASAU mengeluarkan Surat Keputusan No. Kep/II’IV/1978 tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta, dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan dengan Museum Pendidikan menjadi Museum Pusat TNI AU dengan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan Ksatrian AKABRI bagian utara. Operasi Boyong pemindahan benda-benda koleksi Museum AURI di Jakarta ke Yogyakarta telah dimulai sejak November 1977. Langkah penyempurnaan pemindahan lebih lanjut berdasarkan Keputusan KASAU No. Skep./04/IV/1978 tanggal 17 April 1978 dilengkapi dengan pemberian nama Museum tersebut dengan nama “Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala”. Pembukaan dan peresmian Museum ini bersamaan pula dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adi Sutjipto, yang dilakukan oleh KASAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi, bertepatan dengan peringatan Hari Bakti TNI AU 19 Juli 1978.
2.2 Perkembangan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Dirgantara Mandala terus berkembang dan bertambah, terutama alut sistra udara berupa pesawat terbang, sehingga gedung Museum di Ksatrian AKABRI Pagian Udara tidak dapat menampung, serta lokasinya sukar di jangkau pengunjung, maka pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya lagi.
Pada tanggal 17 Desember 1982, KASAU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai tanda dimulainya pembangunan atau rehab bangunan tersebut. Hal itu juga diperkuat dengan Surat Perintah KASAU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang Rehabilitasi Gedung tersebut untuk mempersiapkan sebagai gedung permanen Museum. Selanjutnya tanggal 29 Juli 1984 KASAU Sukardi meresmikan penggunaan gedung tersebut sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandal, yang hingga saat ini dari 4.200 m2 bangunan induk yang ada, telah digunakan seluas 3.600 m2 untuk pameran dan 600 m2 lainya untuk gudang dan mushola.
2.3 Koleksi-Koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Koleksi-koleksi di Museum Dirgantara Mandala digelar sesuai kronologi / urutan peristiwa sejarah TNI AU. Mengingat bahwa tidak semua koleksi yang mendukung bukti sejarah di pamerkan pada ruang kronologi, maka koleksi tersebut dikelompokan pada satu ruangan yakni koleksi pesawat. Sedangkan peristiwa yang memiliki bukti berupa gambar dan divisualisasikan dalam bentuk diorama yang bersifat imajiner.
2.3.1 Ruang Utama
1. Patung Empat Pahlawan Nasional Perintis TNI AU:
a. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto
b. Marsekal Muda TNI Anumerta Prof. Dr. Abdurachman Saleh
c. Marsekal Muda TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma
d. Marsekal Muda TNI Anumerta Iswahyudi
2. Beberapa Foto Mantan Pimpinan TNI Angkatan Udara:
a. Laksamana Udara Suryadi Suryadarma
(Kepala staf TRI AU tahun 1946 – 1962)
b. Laksamana Muda Udara Omar Dani
(Menteri / Panglima AU tahun 1962 -1965)
c. Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang
(Menteri Panglima AU tahun 1965 – 1966)
d. Laksamana Udara Roesmin Nurjadin
(Menteri Panglima AU tahun 1966 – 1969)
e. Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi
(KASAU tahun 1977 – 1983)
f. Marsekal TNI Sukardi
(KASAU tahun 1983 – 1986)
g. Marsekal TNI Sutria Tubagus
(KASAU tahun 1996 – 1999)
3. Lambang-lambang
a. Swa Bhuwana Paksa adalah lambang TNI AU yang artinya Sayap Tanah Air
b. Pataka Komando Operasi TNI AU
Motto : Abhibuti Antarikshe
Artinya : Keunggulan di udara adalah tujuan di udara
c. Pataka Komando Tempur Udara
Motto : Nitya Samakta Maawarti Sarwabaya
Artinya : Senantiasa siaga bertindak terhadap segala
ancaman bahaya
d. Pataka Komando Pertahanan Udara
Motto : Suraksita Nabhastala
Artinya : Udara yang dipertahankan dengan baik
e. Pataka Kodau I
Motto : Sonya Gati Gatra Ghuwana
Artinya : Tanpa menghitung untung – rugi, tanpa pamrih
dalam menjalankan tugas dan kewajiban
pembinaan wilayah
f. Pataka Kodau III
Motto : Wira Dharma Bhakti
Artinya : Dengan semangat dan jiwa kepahlawanan kita
tunaikan kewajiban kita terhadap negara
g. Pataka Kodau VI
Motto : Nityasa Prayatna Eka Mandala
Artinya : Senantiasa waspada untuk keutuhan wilayah/daerah
2.3.2 Ruang Kronologi I
1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukull 10.30 waktu Jawa Jaman Jepang atau pukul 10.00 WIB, Ir. Soekarno di dampingi Drs. Moch. Hatta atas nama Bangsa Indonesia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumahnya jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam sidangnya menetapkan UUD dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.
2. Tentara Keamanan Rakyat – Jawatan Penerbangan
Pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan berdirinya Badan Keamanan Rakyat. Di daerah-daerah yang terdapat Pangkalan Udara , berdiri pula BKR yang berkaitan dengan tugas utama mereka, yaitu BKR Udara. Tugas utama BKR Udara yaitu bersama-sama rakyat merebut dan menguasai pangkalan udara Jepang beserta pesawat dan fasilitas lainnya. Sesuai dengan perkembangan selanjutnya dengan adanya maklumat 5 Oktober 1945, BKR ditingkatkan menjadi Tentara Keamanan Rakyat, maka BKR udara pun terkenal dengan sebutan TKR-Jawatan Penerbangan. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan TKR-Jawatan Penerbangan yang menunjukan eksistensinya antara lain:
a. Penerbangan pertama di alam Indonesia Merdeka, setelah pangkalan udara Maguwo beserta pesawat dan fasilitas lainnya direbut dan dikuasai oleh BKR Yogyakarta dari tangan Jepang pada bulan Oktober 1945. Para teknisi pesawat udara putra-putra Indonesia berhasil memperbaiki dan menyiap terbangkan pesawat bersayap dua yang disebut Cureg. Pada tanggal 17 Oktober 1945 Bapak Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan Cureg dengan identitas bendera merah putih di Pangkalan Maguwo. Penerbangan ini merupakan penerbangan pertama sejak Indonesia merdeka oleh penerbang putera Indonesia yang berkualifikasi sebagai penerbang karena beliau mempunyai wing penerbang yaitu: Gatot Militaire Brivet. Itulah sebabnya peristiwa tersebut merupakan tonggak sejarah penerbangan nasional yang perlu diperingati oleh segenap unsur penerbangan.
b. Sekolah penerbangan pertama di Maguwo
Keberhasilan dalam menguasai Pangkalan Udara Maguwo dan penerbangan pertama mendorong untuk melangkah lebih maju lagi. Atas prakarsa Bapak Agustinus Adisutjipto diadakannya pertemuan beberapa tokoh penerbangan dari Yogyakarta, Malang dan Surabaya pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Hasil dari pertemuan tersebut lahirlah kesepakatan bersama untuk mulai menyelenggarakan pendidikan bagi putera-puteri Indonesia. Pada tanggal 15 November pendidikan tersebut dibuka dan diikuti oleh pemuda-pemuda Indonesia. Sarana dan prasarana serba darurat, tempat pendidikannya pun memanafatkan bangunan kecil di dekat tower/menara pangkalan udara Maguwo, bahkan tidak jarang pelajaran diberikan kepada Kadet di lapangan dekat tower tersebut. Pelajaran terbang atau latihan terbang menggunakan pesawat Cureg peninggalan Jepang. Peristiwa dimulainya pendidikan penerbangan yang pertama yaitu pada tanggal 15 November diresmikan dan diperingati sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU.
c. Latihan Terjun Payung
Disamping upaya dalam bentuk penerbangan pertama, pembukaan sekolah penerbangan pertama yang didukung oleh keberhasilan para teknisi menyiapkan dan memperbaiki pesawat juga diadakan latihan terjun payung. Pada tanggal 11 Februari 1946 di pangkalan Udara Maguwo dilakukan latihan terjun payung yang pertama oleh Amir Hamjah Legino dan Pungut. Menggunakan tiga pesawat Cureg dan payung tua peninggalan Jepang. Latihan yang pertama ini berhasil dengan baik dan mereka merupakan penerjun payung pertama di Indonesia sejak Indonesia merdeka. Adapun penerbang yang membawa ketiga penerjun itu adalah Bapak A. Amitjipto, Iswahyudi, dan Makmur Suhodo.
3. Pembentukan TNI AU
a. Partisipasi TKR Jawatan Penerbangan dan Tugas Internasional (dalam operasi POPDA)
Setelah Jepang kalah perang (PD II), sebelum tentara Sekutu tiba di Indonesia, Jepang ditugasi menjaga Status Quo atas Indonesia (Hindia Belanda)
Adapun tugas tentara Sekutu nantinya di Indonesia adalah:
1) Menerima penyerahan tentara Jepang
2) Membebaskan tawanan Perang Serikat (APWI = Alied Presoners of war and Interners)
Namun ketika tentara sekutu di Indonesia telah dihadapkan pada Indonesia yang merdeka. Dalam kaitannya dengan dua tugas tentara Sekutu tersebut di atas, pada akhir November 1945 berlangsunglah perundingan antara RI (diwakili Menteri Muda Luar Negeri H. Agus Salim) dengan pihak sekutu yang diwakili oleh Kepala Staf Alied Foree Netherlands Indies (AFNEI) Brigjen I.G.A. Launder. Sebagai kelanjutan dari perundingan ini disepakati bahwa pelucutan atau pemulangan 35.00 orang tentara Jepang dan pemulangan kurang lebih 28.000 orang tawanan perang dan interniran yang pada waktu itu masih berada di wilayah kekuasaan RI diserahkan penuh kepada TKR. Dalam pelaksanaannya dibentuklah Panitya Oeroesan Pamoelangan Djepang dan APWI disingkat POPDA kemudian operasi pemulangan tersebut disebut Operasi POPDA.
Operasi POPDA berlangsung kurang lebih 17 bulan dari bulan Desember 1945 sampai dengan Mei 1947. Khusus pemulangan atau pengangkutan yang melalui udara diputuskan sebagai PU Transit adalah PU Panasan di Solo, dengan demikian TKR Jawatan Penerbangan terlihat dalam tugas tersebut antara lain tugas pengawalan yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Pangkalan Operasi POPDA dilaksanakan disamping dengan dasar pertimbangan kemanusiaan, yang penting adalah sebagai upaya mendukung jalannya diplomasi. Dengan demikian Operasi POPDA yang memanfaatkan PU Panasan sebagai PU transit dan pengawalan dari Pasukan Pertahanan Pangkalan, menunjukan bahwa TKR Jawatan Penerbangan ikut ambil bagian/berprestasi juga dalam tugas internasional. Tugas ini pula ikut memberikan mantapnya eksistensinya TRI Angkatan Udara, disamping kegiatan-kegiatan sebelumnya.
b. Penetapan TRI AU
Kegiatan-kegiatan TKR Jawatan Penerbangan seperti tersebut di muka membuktikan adanya upaya peningkatan. Dibarengi makin meningkatnya organisasi TKR maka kegiatan tersebut sebagai sumbangan nyata menuju pembinaan kekuatan nasional di udara. Sesuai perkembangan organisasi, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menjadi Tentara Keselamatan Rakyat), kemudian pada tanggal 24 Januari 1946 menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), maka TKR Jawatan Penerbangan yang telah membangkitkan kepercayaan Pemerintah menjadi TRI AU. Akhirnya berdasarkan penetapan Pemerintah No. 6/SD/ tahun 1946 tanggal 9 April tahun 1946 dinyatakan bahwa TKR Jawatan Penerbangan menajdi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU) selanjutnya dikenal dengan sebutan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Dalam penetapan tersebut selaku pimpinan AURI adalah sebagai berikut: Kepala Staf Koordinator Udara Suryadi Suryadarma, Wakil Kepala Staf II Koordinator Udara Sukarnen Mertodisumo dan Wakil Kepala Staf II Koordinator Muda Udara Agustinus Adi Sutjipto. Dalam perkembangan selanjutnya mulai tahun 1969 dikukuhkan sebutan TNI Angkatan Udara atau TNI AU.
4. Serangan Udara Pertama Terhadap Kota Kedudukan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak di seluruh wilayah kekuasaan RI, yang dikenal dengan Agresi I. Dalam pada itu hampir seluruh Pangkalan Udara RI menajdi sasaran, termasuk PU Maguwo yang diketahui sebagai pusat kekuatan udara RI waktu itu. Namun dmeikian serangan udara Belanda atau PU Maguwo mengalami kegagalan karena kabut tebal meliputi/menutupi PU Maguwo. Para pimpinan TNI AU telah memperhitungkan bahwa suatu saat Belanda akan melakukan serangan udaranya. Untuk itu gagasan untuk melakukan serangan udara balasan terhadap lawan telah dalam pemikiran beliau. Gagasan ini segera diwujudkan untuk mengimbangi tindakan lawan tersebut. Waktu itu Kasau Komodor S. Suryadarma bersama Perwira Operasi Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma segera merencanakan operasi udara balasan, dengan perhitungan matang para senior, akhirnya tugas mulia untuk melakukan serangan udara itu dipercayakan kepada para Kadet Penerbang.
Pada tanggal 29 Juli 1947 kurang lebih pukul 05.00 pagi tiga buah pesawat terbang TNI AU berturut-turut meninggalkan landasan PU Maguwo menuju ke sasaran. Sebuah pesawat Guntai yang dipersenjatai tiga buah senapan mesin dan 400 kg bom dengan penerbang Kadet Udara Mulyono beserta penembak udara Abdurachman melaksanakan serangan ke Semarang. Menyusul sebuah pesawat Cureng yang dibekali bom-bom bakar dengan Penerbang Kadet Sutardjo Sigit beserta penembak udara Sutardjo melakukan serangan ke kota Salatiga. Sebuah pesawat Cureng lainnya dengan persenjataan yang sama dengan penerbang Kadet Udara Suharnoko Harbani beserta penembak udara Kuput melaksanakan serangan ke kota Ambarawa.
5. Pengabdian Para Pahlawan TNI AU
Sebuah pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli 1947, pukul 01.00 siang waktu setempat meninggalkan lapangan terbang Singapura dengan membawa sumbangan obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia. Ketika mendekati PU Maguwo saat roda-roda pendarat mulai keluar, pesawat Dakota VT-CLA membuat satu kali putaran untuk persiapan mendarat, tiba-tiba muncul dua buah pesawat pemburu Kittyhawk Belanda yang melakukan tembakan dengan gencar. Dakota VT-CLA kemudian terbang ke arah selatan dalam keadaan terbakar dan jatuh ke desa Jatingarang Kelurahan Tamanan, dekat desa Ngoto Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, sebelah tenggara kota Yogyakarta.
Dari semua awak pesawat dan penumpang, hanya seorang yang selamat yaitu A.Gani Handonotjokro, korban lain yang gugur: Komodor Muda Udara Agustinus Adisudjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdurachman Saleh. Opsir Muda Udara I Adisumarno Wiryokusumo, Ex Wing Comamander Alexander Noel Constatine (Australia) dan istreinya Ex Squadron Leader Roy Huzelhurs (Inggris), Bhida Ram (India) dan Zaenal Arifin (Indonesia).
Peristiwa gugurnya para perintis dan tokoh TNI AU tersebut, mula-mula diresmikan dan diperingati sebagai Hari Berkabung. Namun jika direnungkan betapa semangat juang dan pengorbannanya, begitu pula peristiwa serangan udara yang belum pernah terjadi dalam satu hari tanggal 29 Juli 1947, betul-betul merupakan pengabdian, baktinya kepada negara dan bangsa, oleh karena itu sejak tahun 1962 ditetapkan menajdi Hari Bakti TNI AU dan tanggal 29 Juli diperingati secara tradisional dipusatkan di Lanud Adisutjipto.
Atas dasar keterbatasan pengetahuan awam akan ketetapan nama lokasi peristiwa gugurnya pahwalan udara tersebut, maka monumen yang didirikan untuk memperingati peristiwa tersebut terkenal dengan nama Monumen Ngoto atau Tugu Ngoto.
6. Semangat Tekad Bangsa Indonesia Untuk Mewujudkan Pesawat Terbang Sendiri
Ketika Suryadi Suryadarma mendapat kepercayaan untuk memimpin TKR Jawatan Penerbangan, menyandang tugas untuk membentuk kekuatan udara Nasional. Situasi dan kondisi geografi Indonesia serta dikuatkan oleh suasana perang kemerdekaan yang berkecamuk, makin disadari pentingnya sarana perhubungan udara dengan kata lain perlu akan pesawat terbang, baik untuk kepentingan kelancaran pemerintahan, perekonomian maupun pertahanan dan keamanan. Dalam jabatan lebih lanjut disimpulkan bahwa pembangunan kekuatan udara Nasional tidak cukup dengan Angkatan Udara saja, melainkan perlu adanya penerbangan sipil dan Industri Pesawat Terbang. Untuk mewujudkan pesawat terbang tersebut sejak TKR Jawatan Penerbangan ditetapkan sebagai TRI AU dibidang organisasi dibentuklah Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Maospati. Melaui bagian ini bangsa Indonesia dalam hal ini TRI AU berhasil mewujudkan pesawat buatan sendiri, yaitu pesawat layang jenis Zogling (NWG-1) selanjutnya berhasil pula diciptakan / dibuat pesawat terbang bermesin pertama yang kita kenal dengan registrasi pesawat WEL-1/RI-X
7. Replika Pesawat WEL RI-X
Type : Pesawat terbang ringan bermotor tunggal dengan tempat duduk tunggal dan sayap atas
Motor : Harley Davidson 2 dilinder model tahun 1928, 15 daya kuda
Ukuran : Panjang sayap 9,00 m, panjang badan 5,05 m, tinggi 2,40 m dan berat kosong 263 kg
Pesawat terbang bermotor, WEL-1/RI/X (Wiweko Experimental Light Plane) merupakan pesawat bermotor hasil produk pertama bangsa Indonesia, yang dirancang dan dibuat dalam waktu 5 bulan pada tahun 1948. Pembuatan dilakukan oleh Biro Rencana dan Konstruksi Markas Tertinggi AURI Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang di Magetan dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko Supono. Diabadikan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala tahun 1980. Tekad bangsa Indonesia dalam pengembangan ini merupakan titik tolak menuju industri pesawat terbang. Untuk menyatakan kebenaran hal ini maka dengan dasar desain WEL-1?RI/X terebut dibuat lagi Replikasinya pada tahun 1980 dan diterbangkan dari PU Iswahyudi – SMO – Lanud Adisutjipto kemudian dimuseumkan.
8. Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun
Ketika pemberontakan PKI / Muso meletus di Madiun pada tanggal 18 September 1948, maka TNI AU mengadakan operasi udara dalam upaya untuk mempersempit dan selanjutnya meniadakan pengaruh kekuasaan pemberontak. Operasi-operasi udara tersebut diantaranya berupa pengintaian udara, penembakan, penyebaran pamlet, pendropan makanan dan obat-obatan bagi pasukan TNI/ABRI yang setia kepada Pemerintah Pusat Republik Indonesia. Daerah kegiatan ini meliputi Madiun, Cepu, Purwodadi dan sekitarnya. Bahkan beberapa Perwira TNI/ABRI, setelah menghadiri rapat di Yogyakarta, diterjunkan dengan parasut di Trenggalek untuk bergabung dengan induk pasukan.
9. Operasi Lintas Udara
a. Sesuai dengan prinsip pengabdian Angkatan Udara, untuk meningkatkan kewaspadaan, KASAU secara positif menanggapi permohonan Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor pada bulan Juli 1947 agar AURI menerjunkan pasukan payung di Kalimantan. Langkah nyata yang dilakukan adalah pada awal Agustus 1947 di Asrama Padasan sebelah Tenggara PU Maguwo telah berkumpul pemuda-pemuda dari Kalimantan (Pasukan Cilik Riwut) sedang dilatih sebagai paratroop (pasukan payung) oleh LMU Sangkala. Pelajran hanya diberikan secara teoritis dan latihan di tanah.
Pada tanggal 16 Oktober 1947 pukul 23.50 menjelang tengah malam 14 pasukan para di bawah pimpinan Kapten Udara Hari telah siap di samping pesawat Carteran kita yaitu C-47/Skytrain dengan regristasi RI-002 Tanggal 17 Oktober 1947 pukul 01.30 malam pesawat siap, semua pasukan menerima perintah dari KASAU dan dijabat tangannya satu persatu untuk menjalankan tugas dengan selamat. Akhirnya kurang lebih pukul 02.30 pesawat bertolak dengan pilot Bob Freeberg dan Copilot Makmur Suhobo. Pada tanggal 17 Oktober 1947 pukul 07.00 pesawat telah melayang di atas lokasi yang ditentukannya yaitu selatan kota Waringin Kalimantan Tengah dan pasukan segera diterjunkan Pasukan membawa alat pemancar (Z/O) yang besar danmotor dengan bahan bakar cukup untuk 1 tahun di Kalimantan Tengah.
Tugas pasukan tersebut antara lain membuka stasiun udara untuk membuka hubungan dengan Yogyakarta, membuat droping zone sebagai persiapan penerjunan selanjutnya, membantu perjuangan rakyat dengan membentuk dan menyusun gerilyawan-gerilyawan.
Pasukan ini disergap oleh pasukan Belanda, mereka bertahan selama satu bulan, meskipun tiga diantaranya telah gugur pada awal kontak senjata dengan Belanda.
Ke-14 pasukan tersebut antara lain:
1. OMO II Amir Hamzah (Jamping Master)
2. Tjilik Riwut-Petunjuk daerah penerjunan
3. Kapten Udara Hary Hadisumantri
4. L.U.H Iskandar
5. SMU Achmad Kosasih
Sedangkan yang lainnya terdiri dari putera-putera Kalimantan yang berada di Yogyakarta. Demikian operasi penerjunan pasukan payung dilaksanakan, sekaligus merupakan suatu operasi lintas udara pertama bagi Angkatan Bersenjata RI. Dan selanjutnya tanggal 17 Oktober merupakan Hari Paskhas yang diperingati tiap tahunnya.
b. Tugas lain pesawat Dakota RI-002
RI-002 adalah regristasi pesawat C-47 Skytrain milik seorang penerbang veteran Amerika Serikat yang dicarter oleh RI untuk tugas penerobosan blokade udara Belanda dan penerobosan ke luar Negeri. Pesawat tiba di Maguwo tanggal 6 Juni 1947. Namun penerbangannya salah arah, sehingga melakukan pendaratan darurat di Cikalong, pantai selatan Tasikmalaya, karena roda-roda masuk ke dalam pasir. Untuk itu harus diatasi dengan membuat anyaman bambu sebagai landasan. Misi ke luar Negeri ini antara lain: membawa muatan bubuk kina dan panili ke Manila, membawa delegasi RI untuk menghadiri Konferensi ACAFE Baguio, Manila, membawa para pejabat dan 20 Kadet penerbang yang akan belajar ke India. Di dalam Negeri antara lain: Operasi Penerjun Pasukan Payung di Kalimantan, penerjun anggota AURI di Bukitinggi, mengangkut sejumlah pegawai pemerintah ke Jambi dan rombongan Presiden RI keliling Sumatera dalam rangka konsolidasi dan menggalakan Fonds Dakoda. Tanggal 1 Oktober 1948 dalam rangka penerbangan ke luar negeri RI-002 mendapat kecelakaan antara Tanjung Karang Bengkulu. Runtuhnya diketemukan pada tanggal 14 April 1978 di Bukit Punggur, Kecamatan Kasui, Kabupaten Kota Bumi, Propinsi Lampung.
10. Kepahlawanan Dalam Mempertahankan PU Maguwo
Agresi Militer II Belanda yang dilancarkan tanggal 19 Desember 1948, diawali dengan serangan udaranya terhadap PU Maguwo dengan menerjunkan Paratroop yang terdiri dari pasukan Baret Hijau. Serangan awal ini dimaksudkan sebagai pancangan untuk menyerang Ibukota RI yaitu Yogyakarta.
Pada saat itu Kadet Udara Kasmiran bertugas sebagai Perwira Piket, bersama seluruh pasukan yang bertugas jaga Pangkalan Udara Maguwo. Meskipun penerjunan pasukan para Belanda tersebut diawali dengan penerjunan pasukan kamuflase, namun Kadet Kasmiran telah tanggap apa yang akan terjadi atas PU Maguwo wakt itu, apalagi sesudah pasukan para yang sesungguhnya telah mulai menembak secara gencar. Kadet Udara Kasmiran berupaya semaksimal mungkin mempertahankan PU Maguwo, namun kekuatan sangat tidak seimbang, akhirnya Kadet Kasmiran gugur bersama pasukaannya kurang lebih 50 orang. Periwtiwa kepahlawanan mempertahankan PU Maguwo ini diabadikan dalam bentuk Monumen Bakti Prajurit yang diresmikan oleh KASAU Marsekal TNI Utomo pada tanggal 19 Desember 1989.
11. Pasukan Garuda Mulya
Dengan dilancarkannya Agresi Militer II Belanda 19 Desember 1948 hampir seluruh Pangkalan Udara jatuh ke tangan Belanda. Anggota Pangkalan Udara Penasan segera mengatur taktik gerilya di daerah Kecamatan Jumantoro dan Gayamdompo serta melakukan serangan terhadap kedudukan Belanda di Karangpandan, Karanganyar dan Pabrik Gula Tasikmadu. Pasukan ini terkenal sebagai Pasukan Garuda Mulya yang tergabung dalam Pasukan Panembahan Senopati 105.
12. Stasiun PHB AURI PC-2 di Playen Gunungkidul
Dalam rangka perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, Strasiun Radio AURI PC-2 di desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil menyiarkan berita-berita perjuangan menghadapi Agresi Militer II Belanda 19 Desember 1948. Berita ini antara lain Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol Soeharto atas kedudukan militer Belanda di Yogyakarta selama 6 jam. Dari stasiun radio AURI di Jawa dan Sumatera, khususnya Stasiun PDRI, bahkan diterima oleh Stasiun AURI pada Indonesi Airways di Rangoon (Birma). Melalui perwakilan RI di Birma dan India diteruskan ke Perewakilan RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Dalam rangka pelertarian nilai-nilai juang terpetik dari peranan Stasiun radio AURI PC-2 tersebut dibangunlah Monumen Radio AURI PC-2 di Banaran oleh Yayasan 19 Desember 1948 yang diprakarsai dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada tanggal 10 Juli 1984.
13. Indonesia Airways
Dalam rangka upaya memperlancar tugas perjuangan khususnya perhubungan jarak jauh dengan daerah luar Pulau Jawa sangat dibutuhkan adanya pesawat terbang. Untuk itu pada awal Juni 1948 dengan membawa pesawat model C-47 Dakota, Presiden Soekarno mengadakan keliling Sumatera untuk mendapatkan Fonds Dakota. Hasil dari perjalanan ini terkumpul sejumlah dana dari rakyat Aceh yang cukup digunakan untuk membeli pesawat Dakota C-47. Pesawat tersebut diberi nomor registrasi RI-001 dengan nama sebuah gunung di Aceh “Sulawah”. Di dalam negeri selain dipergunakan untuk mengangkut Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta ke Sumatera, mengangkut para Kadet ALRI dari Bukittinggi ke Aceh dan juga mengadakan pemotretan gunung berapi.
Pada tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001 / Seulawah mendarat di Calcuta India dalam rangka menjalani perbaikan menyeluruh/over haul. Agresi Militer Belanda II sementara hubungan dengan Tanah Air terputus dan menemukan jalan pulang.
Pada tanggal 26 Januari 1949 atas ijin Pemerintah Burma RI-001/Seulawah diterbangkan ke Rangoon Burma diserta Opsir Udara III Wiweko Soepono dengan harapan akan berhasilnya upaya penyelenggaraan penerbangan niaga. Atas bantuan Sdr. Maryumi OU III Wiweko Soepomo berhasil mendirikan satu badan hukum penerbangan niaga dengan nama Indonesia Airways, yang beroperasi di Burma. Dalam perkembangannya Indonesia Airways berhsil menambah armadanya dengan 2 pesawat Dakota beregistrasi RI-007 dan RI-009.
Adapun keuntungannya di samping dipergunakan untuk membiayai Kadet-kadet Indonesia yang belajar di India dan Philipina, juga untuk membantu perjuangan kemerdekaan RI dengan menerobos blokade udara Belanda dan mendrop senjata, amunisi dan peralatan radio, untuk perjuangan RI di Aceh.
Sebagai penghargaan kepada Pemerintah Burma, pada tanggal 31 Oktober 1950 Pesawat RI-007 diserahkan kepada Pemerintah Burma. Sedangkan momentum dimulainya Indonesia Airways beroperasi yaitu 26 Januari 1949 diresmikan sebagai hari jadi Garuda Indonesia Airways (GIA).
14. Perintis Perindustrian Pesawat Terbang di Indonesia
Pada tahun 1946 Markas Tertinggi TRI Angkatan Udara meresmikan Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Lanud Maospati (Madiun) yang dipimpin oleh Opsir Udara Wiweko Soepomo. Meskipun dengan segala keterbatasan, ditambah lagi dengan berbagai kesulitan di segala bidang dan ancaman agresi Kolonial Belanda, namun dengan jiwa semangat dan tekad para pejuang teknisi Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang yang dipelopori oleh Opsir Udara III Wiweko Soepomo dan Opsir Muda Udara I Nurtanio berhasil mewujudkan beberpa prestasi dalam merintis pembuatan pesawat terbang. Diantaranya diawali dengan pembuatan kurang lebih 6 buah pesawat Glider NWG (Nurtanio Wiweko Glider) untuk latihan para calon Kadet Penerbang, modifikasi pesawat pembom Guntai menjadi pesawat angkut, modifikasi pesawat Sakai Blenheim (mesin: Sakai Nakajima dan body: Bristol Blenheim) menjadi pesawat pemotretan dan membuat pesawat terbang jenis olah raga RI-X/WEL I (Wiweko Esperimental Lighplane).
Setelah pengakuan Kedaulatan Negara Republik Indonesia 27 Desember 1949, maka instansi yang menangani kegiatan pembuatan pesawat terbang di lingkungan TNI-AU mengalami beberapa perubahan dan peningkatan secara kronologi sebagai berikut:
a. Depo Penyelidikan Pesawat Pembuatan Pesawat Terbang (1950).
b. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (1961) dan
c. Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) (1966).
Selama tahun 1950-1976 telah dihasilkan beberapa jenis pesawat antara lain: NU-200 Si Kumbang, Belalang 85, NU-25 Kunang, Belalang-90, Girokopter Kolintang, Super Kunang-40, Kumbang-26, PXL-104, Gelatik, Kinjeng, 150 Hovercraff, , Mayang, LT-200, Nefoo Flight (VIP) dan Glinder G-012. Kemudian pada tahun 1976 Lipnur ditingkatkan dan diresmikan oleh Bapak Presiden Soekarno menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan akhirnya pada tahun 1986 diubah lagi namanya menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Dengan nama Nusantara ini diharapkan adanya prospek yang lebih luas selaras dengan tujuan dan jangkauan hasil produksi industri pesawat terbang sebagai suatu sarana perhubungan yang bertaraf internasional. Sejak 1976 IPTN telah mneghasilkan beberapa jenis pesawat terbang antara lain: NC-212 Casa, N Bell-142, NSA 33 Puma, NBO-105 Bolkow, NSA 332 Super Puma dan CN-235 Tetuka, CN-250 Gatotkaca.
15. Perintis Jawatan Kesehatan TNI AU
a. Opsir Udara I Doktor Esnawan
b. Laksamana Muda Udara Dokter Suhardi Hardjolukito
c. Laksamana Muda Udara Dokter salamun
2.3.3 Ruang Kronologi II
1. Pendidikan Kadet-kadet AURI di Dalam dan di Luar Negeri
a. Sekolah Penerbangan Lanjut di andir dan Kalijati
Dalam rangka pembinaan kekuatan udara untuk mengamankan wilayah RI dibutuhkan Sekolah Penerbangan Lanjutan (SPL) di Pangkalan Udara Andir (Bandung). Untuk pertama kalinya SLP menyelenggarakan Advance Training dengan pesawat T-6G dan AT-16 Harvard bagi penerbang-penerbang eks Sekbang Maguwo dan India. Angkatan ke I SPL Primary Training dengan pesawat T-6/AT-16. Angkatan ke III SPL adalah kelas terakhir yang di selenggarakan di Andir (Husein Sastranegara), karena tahun 1953 SPL di pindahkan ke Pangkalan Udara Kalijati yang menghasilkan empat angkatan. Atas pertimbangan historis SPL dipindahkan ke Lanud Adisutjipto tahun 1959.
b. Pengiriman Kadet-kadet ke Luar Negeri
Selain pendidikan SPL di dalam negeri, maka pada tahun 1950 dikirimkan pula 60 Kadet untuk mengikuti pendidikan penerbangan pada Taloa Academy of Aeronautics di Dakland California. Menjelang akhir tahun 1951 pendidikan telah selesai dan para Kadet kembali ke Indonesia.
2. Pembentukan Skadron TNI AU Tahun 1950
Setelah pengakuan kedaulatan AURI mulai mendapat sejumlah alut sista udara beserta sarana dan fasilitas pendukungnya berupa Pangkalan Udara beserta sarana pelayanannya, sejumlah pesawat udara, fasilitas pemeliharaan dan sebagainya. Dengan adanya tambahan sejumlah pesawat yang dimiliki maka AURI sejak awal 1950 mulai menyusun kekuatan pesawat dalam Skadron Udaranya yaitu:
a. Skadron 1 (Pembom) pesawat B-25/Mitehell di Halim Perdana Kusuma
b. Skadron 2 (Angkut) pesawat C-47/Dakota di Halim Perdana Kusuma
c. Skadron 3 (Tempur) pesawat P-51/Mustang di Halim Perdana Kusuma
d. Skadron 4 (Lantai Darat) pesawat asteur di Bogor
e. Skadron 5 (Lantai Laut) pesawat PBY-5A/Catalina di Halim Perdana Kusuma
f. Skadron 6 (Latih) pesawat L-4/Pipper Cup di Husein Sastronegara
3. Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Sebagai salah satu unsur APRIS, AU saat ini telah aktif mengambil bagian dalam gerakan-gerakan iliter (GOM), baik secara gabungan maupun tersendiri. Dalam Operasi Penumpasan DI/TII, AU mengerahkan Satuan Pertahanan Udara dengan menyiapkan Pesawat-pesawat Tempur khususnya jenis pancargas dari skadron XI.
Sedangkan operasi gabungan dilakukan dengan memberikan bantuan seperti;
a. Pengintai udara dengan Pesawat Cessna 180 dan Pembom B-25 / Mitehel.
b. Penembakan / pembom dengan menggunakan Pesawat Buru Sergap P-51 / Mustang, Pembom B-25 Mitchell dan AT-16 Harvard.
c. Pengangkutan udara dengan pesawat C-47 Dakota.
Daerah-daerah operasi adalah sebelah selatan pegunungan Tangkuban Perahu yang dijadikan markas pertahanan DI/TII Kartosuwiryo. Pangkalan Udara yang mendukung operasi tersebut adalah PAU Husein Sastranegara (Bandung), PAU Semplak (Bogor), PAU Kalijati (Subang), Cibeureum (Tasikmalaya) dan Tegal.
4. Operasi Penumpasan PRRI di Sumatera
Sebagai akibat sistem Demokrasi Liberal yang dilaksanakan Indonesia, maka timbullah anarki yang dapat di lihat dengan lahirnya dewan-dewan yang bersifat kedaerahan dan sparatisme. Puncak gerakan-gerakan ini adalah terbentuknya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tanggal 15 Februari 1958.
Untuk menyelamatkan RI dari bahaya disintegrasi bangsa pemerintah RI bertindak tegas dengan melakukan operasi-operasi gabungan TNI AL dan AU antara lain:
a. Operasi Tegas untuk pembebasan Riau Daratan
b. Operasi Sapta Marga untuk pembebasan Medan
c. Operasi Sudar di Sumatera Selatan
d. Operasi 17 Agustus untuk merebut kota Padang sebagai pusat PRRI.
Dalam operasi gabungan ini TNI AU melakukan tugas mengintai udara penyebaran pamflet, pemboman / penembakan, penerjunan pasukan, SAR, dan pengangkutan udara. Pesawat-pesawat yang digunakan ialah C-47, P-51, B-25, PBY-5A, AT-16, dan Grumman Albatros.
5. Operasi Penumpasan Permesta di Sulawesi dan Bagian Timur Lainnya di Indonesia
Pada masa pemberontakan Permesta tahun 1958 kawasan Indoensia bagian tinur terganggu ketenangannya. Pesawat-pesawat terbang pemberontak khususnya pesawat B-26 Invander yang diterbangkan oleh Allan Lawrence pope, seorang warga Amerika melakukan penembakan di berbagai tempat antara lain PAU Marotai, beberapa tempat penting milik TNI AU dan iring-iringan kapal TNI AL.
Pada tanggal 18 Mei 1958 Kapten Udara Penerbangan Ignatius Dewanto berangkat dari Pangkalan Udara Liang dengan Pesawat P-51 mengadakan pengejaran terhadap B-26 Allan. Pesawat tersebut berhasil ditemukan di atas perairan sebelah barat Pulau Ambon yang pada saat itu sedang melakukan serangan terhadap iring-iringan ALRI. Dalam pengejaran tersebut Kapten I Dewanto berhasil menembak pesawat B-25 Allan Laurence Pope dengan Roket yang mengakibatkan terbakar dan jatuh di perairan sebelah barat Pulau Ambon.
6. Tri Komando Rakyat (Trikora)
Untuk melaksanakan operasi militer dalam rangka Trikora, presiden/Pangti ABRI / Apngsar Koti Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Komando Mandala sebagai Komando gabungan pimpinan Komando Mandala;
Panglima : Mayjen Soeharto
Wapang I : Komodor Laut Subono
Wapang II : Komodor Udara L.W.J. Wattimena
Kepala Staf : Kolonel A. Tahir
Komando Mandala menyusun dan menntukan penempatan pasukan-pasukan dari AD Mandala, AL Mandala, AU Mandala sendiri menyiapkan Pangkalan Udara Morotal Letfuan dan Pattimura sebagai pangkalan depan Pangkalan Udara Kendari Gorontalo dan Kupang sebagai pangkalan belakang. Disamping itu disiagakan pula kekuatan laut sista udaraTNI AU yakni TU-16, TU-16KS, IL-28, B-25, B-26, P-51, UF-2 Albatros, PBY-54, C-47, C-13 B Hercules, PGT dan beberapa pesawat Wing Garuda.
Sebagai operasi terakhir dilaksanakan Operasi Wisnumurti untuk menghadapi penyerahan Irian Barat tenggal 1 Mei 1963.
7. Dwi Komado Rakyat (Dwikora)
Gagasan pembentkan Federasi Malaysia ditentang oleh Filipina dan Indonesia sehingga kedua negara tersebut memutuskan hubungan diplomatiknya. Konfrontasi politik memuncak dengan dicetuskannya Dwi Komando Rakyat oleh Presiden / Pangti ABRI / Pemimpin Besar Revolusi pada tanggal 3 Maret 1964.
Selanjutnya dibentuklah Komando Mandala Siaga. Kegiatan operasi udara TNI AU selain mengadakan penerbangan patroli sepanjang daerah perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia, juga pengangkutan dan droping satuan-satuan sukarelawan beserta perlengkapan-perlengkapannya ke daerah perbatasan.
Setelah itu, Pemerintah RI mulai mengambil langkah-langkah mengadakan normalisasi hubungan dengan Malaysia tanggal 27 Mei 1966 suatu misi ABRI dikirim ke Kuala Lumpur yang membawa pesan Jenderal Soeharto untuk mengadakan penghentian konfrontasi. Misi ini kemudian disusul dengan perundingan antara Menlu Indonesia Adam Malik dan Menlu malaysia Tun Abdul Razak di Bankok.
Akhirnya, tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta ditandatangani persetujuan normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia yang disebut dengan “Jakarta Accord”.
8. Operasi Non Militer TNI AU
a. Operasi Pepera di Irian Barat
Dalam KMB di Den Haag pada tanggal 25 Agustus 1949, Belanda mendesak keinginannya untuk menduduki Irian Barat. Akibatnya timbulah “Sengketa Irian Barat” antara Indonesia dan Belanda. Setelah melalui perjuangan diplomasi dan fisik yang terkenal dengan Trikora, akhirnya tercapailah keputusan Forum PBB yang melahirkan “New York Agreement” dengan “Act of Free Choice (Pepera) sebagai penyelesaiannya.
Untuk membantu kelancaran pepera, maka TNI AU membentk satuan tugas khusus yaitu Satgasud dengan Komandan Kolonel Udara Suyoto. Satgasud Pepera bertugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan semua bantuan AU dengan mengerahkan pesawat-pesawat militer TNI AU dan dari penerbangan non militer seperti Merpati Nusantara, Zamrud, Pertamina, MAF serta AMA. Kegiatan penerbangan pesawat TNI AU selama berlangsungnya Pepera sebanyak 259 sorties, 579,59 jam terbang, mengangkut 311,426 kg barang dan 1.896 penumpang termasuk 694 anggota Dewan Musyawarah Pepera.
b. Operasi Bakti
TNI AU sebagai unsur ABRI disamping sebagai kekuatan Hankam juga sebagai Kekuatan Sospol. Sebagai kekuatan Sospol TNI AU ikut serta dalam kegiatan ABRI Masuk Desa, membantu angkutan yang berupa bahan makanan, pakaian, obat-obatan, bahan bangunan dan lain-lain bagi korban akibat musibah bencana alam (banjir, gempa bumi, gunung meletus dan lain-lain), baik di dalam negeri maupun ke luar negeri (Pakistan, Australia, Banglades, Armenia dan lain-lain). Selain itu jug apesawat TNI AU dikerahkan untuk membantu angkutan Jemaah Haji, Transmigrasi, Kontingen PON dan Sea Games.
9. Operasi Penumpasan Sisa-sisa Pemberontakan G-30 S/PKI
Sisa-sisa gerakan G 30 S/PKI membentuk suat u pemerintahan bayangan di daerah Blitar Selatan. Dari daerah ini mereka melaksanakan gerakan gerilya dengan melakukan teror. Namun kegiatan yang sudah diatur dengan rapi itu akhirnya dapat ditumpas oleh kegiatan Operasi Militer ABRI.
Gerakan Operasi Penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI itu dikenal dengan Operasi Trisula, yang menunjukan operasi gabungan TNI Angkatan Udara. Kemudian berdasarkan Surat Perintah operasi Panglima Kawilhan IV No. 89/80/1968 tanggal 6 Juni 1968 segera membentuk suatu “Posh Force” yang disebut “Operasi Elang” dengan kekuatan:
a. 1 Kompi Kopasgat
b. 1 Skadron Udara dengan pesawat
- 2 pembom B-25 Mitchell
- 3 pembom P-51 Mustang
- AT-16 Horvard
2.3.4 Ruang Alutsista
1. Mitsubishi A6E5 Zero sen
Negara asal : Jepang
Jenis : Pemburu Taktis
Buatan Tahun : 1938
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1941 : Pertama kali dipergunakan Jepang dalam perang melawan Amerika di China
2. P-51 Mustang
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pemburu Taktis
Persenjataan : 6 pucuk growing helikopter 12, 7, 8 buah roket launcher, 2 buah bom
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
1965 : Operasi penumpasan G 30 S/PKI dan sisa-sisanya
3. Glider Kampret
Negara asal : Indonesia
Panjang badan : 5,45 m
Panjang sayap : 13,56 m
Tinggi : 1,31 m
Cepat jelajah : 60 km/jam
Sejarah : Dengan didirikan Sekolah Teknik Udara Perwira (Stupa) pada tahun 1951 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ir. C.W.A Oyen, maka terbentuklah kesempatan untuk merancang pembuatan pesawat-pesawat terbang. Sebagai hasil penelitian ini telah dibuat sebuah pesawat luncur jenis Grunua Baby yang diberi nama Glider Kampret. Grunua mengingatkan sebuah nama dusun di Jerman, yang sebelum Perang Dunia II didirikan sebuah pabrk pesawat peluncur yang dibuat oleh Kadet Stupa tersebut bukan berdasarkan data dari Pabrik Father Belanda di Amsterdam dengan perbaikan dan perubahan segi.
4. L-4J Piper Cub
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat Latih Dasar Pengintai
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1950-1965 : Operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat
5. BT-13 Valiant
Negara asal : Amerika Serikat
Buatan tahun : 1940
Jenis : Pesawat Latih Dasar
Pabrik : Volter Aircraft Inc.
Motor : 450 Hp P 8 WR-985-AN-1
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1951 : Pesawat Latih dasar pada sekolah penerbangan lanjutan di Lanud Husein S dan Kalijati
6. Replika Pesawat Terbang RI-X
Negara asal : Indonesia
Jenis pesawat : Pesawat O-R
Buatan tahun : 1948
Type : Pesawat terbang ringan bermotor tunggal dengan tempat duduk tunggal dan sayap 2 bagian (parabol)
Motor : Harley Davidson 2 silinder model tahun 1925. 2/15 jaya kuda
7. AT-16 Harvad
Asal negara : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat Latih Dasar
Persenjataan : 1 senapan mesin 7,7mm, 2m, 6m, bom @5 kg
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1965-1968 : Operasi penumpasan G 3 S/PKI dan sisa-sisanya
8. TS-8 Bies
Negara asal : Polandia
Jenis : Pesawat Latih
Motor : WN-3
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
Tahun 196 : Kekuatan TNI AU untuk menggantikan Pesawat Latih lanjut AT-16 Harvard
9. B-25 Mitchell
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pembom ringan
Akomodasi : 6 awak pesawat
Sejarah
Tahun 1950 : Kekuatan Skadron I yang berfungsi sebagai pembom, penembak, foto dan transport
1967-1969 : Operasi Saber Kilat, Operasi Trisula, Operasi sadar
10. C-47 Dakota
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Angkutan ringan
Akomodasi : 5 awak pesawat dan 27 penumpang
Sejarah
Tahun 1947-1948 : Penerobosan blokade udara Belanda dari/dan ke Sumatera, Kalimantan dan luar negeri (Singapura, Philipina, India, Pakistan dan Birma)
1976 : Operasi Seroja
11. Hiller 360 Utility Helikopter
Negara asal : Amerika Serikat
Kecepatan jelajah : 121,6 km/jam
Akomodasi : 3 orang
Sejarah
24 Desember 1950 : Penerbangan percobaan oleh Komodor Udara Wiweko Soepomo
12. Hovercraft XHV-02
Panjang : 4 m
Lebar : 1,9 m
Tinggi : 1,55 m
Kapasitas angkut : 2 orang
Sejarah : Merupakan hasil penelitian dan pengem bangan yang dilakukan bersama-sama oleh Dislitbangau dan Lipnur tahun 1969-1973
13. B-26 Invander
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pembom ringan
Akomodasi : 7 awak pesawat
Sejarah
1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
1967-1969 : Operasi Saber Kilat, Operasi Trisula
14. DH-115 Vampire
Negara asal : Inggris
Jenis : Pesawat latih Jet
Persenjataan : 4 buah Cannon 20 mm, dapat dipersenjatai pula dengan roket dan bom
Sejarah
21 Januari 1956 : Pertama kali diterbangkan di Indonesia oleh Letnan Udara 1 Leo Wattimena
20 Februari 1956 : 8 buah pesawat diresmikan menjadi kekuatan pada skadron pencargas AURI
15. UH-34 Sikorsky
Asal negara : Amerika Serikat
Jenis : Helikopter
Akomodasi : 4 awak pesawat
Sejarah
1961-1963 : Jenis pertama yang datang di Indonesia dengan registrasi H-351 sebagai hadiah Presiden Amerika Serikat untuk Presiden RI
1967 : Relokasi pesawat tersebut dari istana dimasukkan ke Skadron 7
16. Radar Darat Nysa
Negara asal : Polandia
Tahun pembuatan : 1960
a. Type : Nysa C/Tx Cabin
Kegunaan : Pengamatan dini
Kemampuan : Max jarak 400 km
b. Type : Nysa B/Tx Cabin
Kegunaan : Pengamatan ketinggian
Kemampuan : Pada jarak 300 km / ketinggian max 15 km
c. Type : Indikator
Kegunaan : Layar penampilan jarak dan ketinggian
Kemampuan : 3 unit layar penampilan
Sejarah
1961 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
17. Stearman
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Latih mula
Buatan tahun : 1944
Pabrik : Boeing
Akomodasi : 2 orang
Sejarah
1950-1951 : Digunakan oleh Kadet-kadet penerbang Indonesia dalam pendidikan penerbangan Taloa Academy of Aeronauties di Oakland California. Dalam rangka penyiapan tenaga penerbang untuk perjuangan kemerdekaan dan pengembangan TNI AU
18. Uti Mig-15
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat latih tempur
Persenjataan : 1 x Cannon 37 mm N-37 dan 2 Cannon 23 mm NR-23
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
19. Mig-17
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat tempur
Persenjataan : 3 senjata 23 mm, bom, roket 500 kg
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1961 : Kekuatan skadron II Wing ops 003
1963 : Kekuatan kohanud
20. Mig-19
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat tempur
Persenjataan : 3 cannon Hp-Call 30 mm, 2a 8 roket APC 57, 50-25 kg bom
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1961 : Kekuatan skadron 12 wing ops 03
1963 : Kekuatan kohanud
21. Mig-21
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat tempur
Persenjataan : 1 kanon kaliber 30 mm
Type : Tipe NR-30 peluru 60 butir, roket udara ke udara K-13
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1963 : Dimasukan menjadi salah satu komponen pada wing pertahanan udara 300 (Buru Sergap) kohanudnas
22. MI-04
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat Helikopter serbaguna
Akomodasi : 3 awak pesawat, 10 penumpang
Sejarah
1950-1965 : Operasi DI/TII di Sulawesi Selatan
1967 : Operasi Saber Kilat
23. Peluru Kendali KS
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Rudal udara ke darat
Sasaran : Kapal laut, gedung, pabrik, gudang amunisi
Jarak tembak : 70 km – 110 km
Tinggi tembak : 15.000 m dari permukaan laut
Pengendalian : aktif moning
Daerah kerusakan : 3 sampai dengan 8 km
Sejarah
1962-1963 : Operasi Trikora
1964 : Operasi Dwikora
24. L-24 Dolphine
Negara asal : Chekoslowalia
Jenis : Pesawat lebih lanjut
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
1965-1983 : Kekuatan wing pendidikan I
25. F-28 Avon Sabre
Negara asal : Australia
Jenis : Buru sergap
Kecepatan max : 700 mph (1.125 km/jam)
Persenjataan : 2 Cannon Aden 30mm, 2 bom 1.000 lbs atau 24 roket atau 3 peluru kendali udara ke udara
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1973-1981 : Kekuatan skadron 14 wing 300 kohanud
26. Peluru Kendali SA-75
Negara asal : Uni Soviet
Type : Darat ke udara
Jenis : Sista Rudal Hanud jarak sedang
Jarak tembak : 36 km
Kecepatan : 1.110 km/detik
Bahan bakar : Tingkat I padat, tingkat II cair
Daya hancur : Radius 60m
Pengendalian : Radio Command Automatic System Pyro, Cartridge dengan efek dopler
27. T-33A – 10T Bird
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat Latih Lanjut Buru Sergap
Persenjataan : 6 mitraliur M3-127 mm
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah : Pesawat ini dipergunakan sebagai Pendidikan Latihan Lanjut yang merupakan peralihan ke pesawat Buru Sergap F-86 Sabre
28. LA-11 Lavocshikin
Negara asal : Uni Soviet
Jenis : Pesawat Buru Sergap
Persenjataan : 3 cannon NS-23
Jerak tembak : 2.550 km
Akomodasi : 1 awak pesawat
Sejarah
1959 : Kekuatan skadrom 3
29. Pesawat Gelatik
Negara asal : Indonesia
Penggunaan : Umum
Pabrik : Lipnur di bawah lisensi Polskie Zakladi Litrize
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah : Pesawat Glatik telah mengambil peran dalam pertanian, baik lipnur maupun TNI AU beserta instansi-instansi yang berhubungan dengan “Research dan Development”. Pesawat Glatik ditingkatkan daya gunanya sebagai pesawat “Agro Aircraft”. Pada pesawat Glatik disamping alat penyemprot automatizer type, mikronaire ultra low Voleme dengan sray time 30 menit lebih
30. LT-200
Negara asal : Indonesia
Jenis : Pesawat Latih Dasar
Mesin : Lycoming 032E-2A 15 DK
Kecepatan jelajah : 219 km/jam
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah
1974 : Kekuatan TNI AU yang merupakan produkasi produksi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur)
31. Auster Mark II
Negara asal : Inggris
Jenis : Pesawat Pengintai Darat
Kecepatan Max : 202 km/jam
Awak pesawat : 1 orang
Sejarah
1950 : Kekuatan skadron 4
32. C-140 Jet Star Pancasila
Negara asal : Amerika Serikat
Lokheed Aircraft Corp.
Mesin : P dan W Jet 12A-6A 4 buah
Penumpang : 8 VIP, 10 biasa
Awak pesawat : 5 orang
Daya angkut : 1.316 kg
Sejarah
1962 : Hadiah Pemerintah Amerika Serikat kepada Presiden RI sebagai pesawat kepresidenan. Masuk kekuatan skadron 17 Halim Perdana kusuma, pernah dipergunakan dalam kunjungan ke beberapa negara antara lain Malaysia, Singapura, Philipina, Vietnam, Muangthai.
33. Caisson
Keadaan angkasa yang volume udaranya ebih rendah dibandingkan di daratan dapat membahayakan manusia yang sedang melakukan terbang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan membawa udara (oksigen) dari daratan, sehingga dapat dipergunakan untuk membantu pernafasan melalui topeng oksigen, calon penerbang mendapat pelayanan dari para medi, tes dalam suasana di angkasa tanpa menggunakan topeng oksigen, dengan caisson tes dapat diketahui beberapa jauh batas kemampuan calon penerbang. Penerbang dalam suasana kurang udara dapat melaksanakan tugasnya. Caisson diperlengkapi dengan oksigen, sehingga apabila calon penerbang berada pada batas kemampuan, maka topeng oksigen dapat sebera digunakan untuk membantu pernafasan.
34. Nakajima Ki 43 II Hayabusha (OSHAR)
Negara asal : Jepang
Jenis pesawat : Pesawat pemburu
Tahun pembuatan : 1940
Persenjataan : 3 senapan mesin 12,7 dan bom 250 kg
Awak pesawat : 1 awak pesawat
Keterangan : Ditemukan di Babo Irian Barat dan dst.
35. Guntai
Negara asal : Jepang
Buatan tahun : 1930
Jenis : Pesawat pembom tukik
Kecepatan : 400 km/jam
Persenjataan : 3 senapan mesin 303,500 kg bom
Akomodasi : 2 awak pesawat
Sejarah : Pesawat ini ditemukan di PU Babo ex Jepang dalam PD II di Irian Barat
36. Replika Dakota VT-CLA
Republik meruntuhkan pesawat Dakota VT-CLA, untuk mengenang pengorbanan para perintis TNI AU dalam meberikan motivasi semangat kepahlawanan tahap generasi penerus
2.3.5 Ruang Paskhasau
1. Sisa-sisa Operasi Trikora
Sisa-sisa Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) yang gugur dalam melaksanakan Operasi Trikora dalam rangka perebutan kembali wilayah Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Perlengkapan ini diketemukan:
a. Oleh : Penduduk setempat
b. Tanggal : 27 Mei 1992
c. Tempat :Gunung Madogma Kecamatan Pasir, Kabupaten Fak-fak Irian Barat
2. Uniform Pesukan TNI AU
Pasukan TNI AU mengalami beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan yang di awali dengan dibentuknya Pasukan Pertahan Pangkalan (PPP).
Kemudian Pasukan Gerak Tjepat (PGT dan berkembang dengan sebutan Pasgat, kemudian menjadi Pasukan Khas TNI AU (Paskhasau).
3. Meriam PSU (cannon)
Negara asal : Swedia
Bafors
Kaliber/tipe : 40 M/L 60
Tahun pembuatan : 1962
Kecepatan tembak : 2.742 m
4. Peluncur Roket
Pabrik : Hispano Suesn
Jenis : Anti tank, menghancurkan kubu-kubu pertahan serangan musuh
Daya tembak : 10 km, digunakan untuk lintas lengkung dan dakar
Kecepatan : 50 s/d 30 roket/menit
Cara membawa : ditarik dengan Jeep
5. Triple Gun
Tipe : HSS 804
Jenis : Senjata anti pesawat terbang
Sejarah : Menurut data sejarah senjata ini digunakan oleh Pasukan Gerak Tjepat (PGT) AURI dalam operasi Trikora
6. Sisa Perlengkapan Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) yang gugur ketika Operasi Trikora
Perlengkapan ini diketemukan penduduk tanggal 27 Mei 1992 di gunung Mendogma Kecamatan Pasir Kabupaten Fak-Fak Irian Jaya.
7. Wolky Tolky
Pesawat ini digunakan oleh PGT AURI dalam operasi penumpasan PRRI Semesta, untuk komunikasi antar pasukan dengan komando tahun 1958
8. Kontindo Garuda di Vietnam
Dalam rangka melaksanakan misi perdamaian dunia di Vietnam, maka sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 buah pesawat terbang C 130 B Hercules yang mengangkut kontingen Indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII dan kontingen penggantinya. Selain itu juga mengikutsertakan sejumlah perwira TNI AU dalam setiap kontingen baik yang bertugas Head Quarter (HQ) maupun Teams.
Sampai berakhirnya tugas kontingen TNI AU telah mengangkut 2.029 personil dan 139 ton barang dengan 25.735 jam terbang.
2.3.6 Ruang Diorama
1. Serangan Udara Pertama dan Penembakan VT-CLA
Inilah penggambaran dari serangan misi perdamaian dunia di Vietnam, maka sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 buah pesawat terbang C-30 B Hercules yang mengangkut kontingen indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII dan kontingen penggantinya. Selain itu juga mengikutsertakan sejumlah perwira TNI AU dalam setiap kontingen baik yang bertugas Head Quarter (HQ) maupun Team.
Sampai berakhirnya tugas kontingen TNI AU telah mengangkut 2.029 personil dan 139 ton barang dengan 25.735 jam terbang.
2. Peristiwa 19 Desember 1948
Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi pertempuran yang heroik di pangkalan udara Maguwo. Pasukan kerajaan Belanda yang terdiri dari sejumlah pesawat tempur, pasukan komando dan korp pasukan khusus menyerang, merebut dan menguasai pangkalan udara Maguwo Yogyakarta. Angkatan udara Belanda mengerahkan:
- 9 buah pesawat tempur P-40 Kitty Hawk
- 5 buah pesawat tempur P-51 Mustang
- 17 buah pesawat angkut C-47 Dakota
prajurit AURI di bawah pimpinan Kadet Kasmiran melawan pasukan Belanda. Dalam peristiwa ini seluruh pasukan pertahanan pangkalan kurang lebih 70 orang gugur.
3. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan I 15 November 1945, 21 Juli 1947
Atas prakarsa A. Adisutjipto pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta berlangsung pertemuan tokoh penerbangan dari Malang, Surabaya dan Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati untu memulai pendidikan calon-calon penerbang yang berasal dari putera-putera Indonesia.
Sekolah penerbang tersebut di buka tanggal 15 November 1945 dan diikuti oleh mereka baik yang pernah belajar terbang sebelum Perang Dunia Ke II maupun yang sama sekali belum pernah terbang. Pelajaran diberikan di bawah pohon Tulok (Cherry) di depan Menara (tower) Pangkalan Udara Maguwo. Latihan terbang menggunakan curen buatan nippon Hikoki tahun 1933.
4. Sekolah Penerbangan AURI Angakatan III di Amerika Serikat 1950-1952
Sekolah perwira penerbang angkatan ke III di selenggarakan di luar negeri dan di ikuti olleh 60 orang siswa penerbang. Pendidddikan diadakan pada tahun 1950 sampai dengan 1952 di TALOA Academy of Aeoronautics yang bertempat di Minterfield, California, Amerika Serikat.
Pengiriman siswa penerbang ke luar negeri tersebut adalah yang kedua kalinya di laakukan oleh AURI, yang pertama ialah ke India pada tahun 1947. Pada saat itu para siswa sudah berada pada tahap dasar ( “ Basic phase” ) pada tahap mana pesawat terbang yang di gunakan adalah pesawat terbang P-17 “ Stearman “.
Pesawat-pesawat yang di gunakan sekolah penerbangan Angkatan III.
a. P-17 Stearman - tahap dasar ( Basic phase )
b. Aeroncu - tahap mula ( Primary phase )
c. T-6 - tahap lanjutan ( Advoced phase )
d. C-47 Dakota digunakan untuk pelaksanaan penerbangan
Navigasi jarak jauh, yang dilakukan
menjelang akhir pendidikan.
5. Operasi Jaya Wijaya dalam Rangka Trikora 19 Desember 1961
19 Desember 1961 presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno mencanangkan operasi pembelian Irian barat yang dikenal dengan nama “Tri Komando Rakyat” kemudian tanggal 2 januari 1962 di bentuk komando pembebasan Irian Barat.
6. Ruang Diorama Palapa
Ruang Sistem Komunikasi satelit Domestik (SKSD) Palapa diresmikan oleh Bapak Menparpostel A. Tahir padatanggal 27 September 1986. diorama SKSD palapa ini terdiri dari 5 buah Vitrine berukuran 1,5 m x 3 m x 3,5 m. Sebuah Vitrine tersebut sebagai ruang antarisksa berbentuk ½ lingkaran bergaris tengah 6 meter. Diorama tersebut disusun berdasarkan urutan kronologis peristiwa-peristiwa penggunaan Satelit Palapa yang bersejarah. Setiap Vitrine merupakan Diorama dan dibuat dari bahan fiberglass yang dillukis sesuai dengan remanya. Di tenagh ruangan terletak prasasti berupa tanda peresmian dan prasasti Sumpah Mahapatih Gadjah Mada.
7. Sekolah Penerbangan AURI Angkatan II India Oktober 1947- November 1950
a. Penetapan Pendidikan Dan Latihan
Mengantisipasi serbuan Belanda ke Yogyakarta AURI mengirimkan sejumlah kadet udara di luar Jawa dan Luar Negeri untuk mendidik menjadi penerbang, keberhasilan sangat ditunjang oleh keberhasilan Indonesia “AIRWWAYS” di Burma.
Pendidikan dan latihan meliputi:
Periode Yogyakarta : aerodinamic, Meteorologi, Aircraft Recognnition, Matematika baris berbaris, mengemudikan Glidder Type Zogling NW 002.
Periode Bukittinggi : Meteorologi, Morse tope latihan dengan pesawat
Periode Alla Habad
Bereilly, Lucknow : Teori untuk Al-Licence Pesawat-pesawat yang dipakai
- Piper L-4 Grasstlopper
- Stinson sentinel L-5
- de Havilland Tigermoth
- de Havilland Chiphunk
pada tahapan di India ini ke 20 kader udara mendapatkan Al Licence. Seorang kadet Soerjadi gugur bersama instrukturnya dalam latihan aerobatic dengan pesawat de Havilland Chiphunk. 4 orang kadet ditarik ke Burma masuk Indonesia Airways terbang sebagai Copilot dengan Dakota RI 001 Seulawah. RI 007 dan RI 009. Co Piloting operasi penyelundupan senajta oleh Indonesia Airways dari Rangoon ke Blang Bintang.
Periode Andir Bandung : Bulan Januari 1950 melanjutkan Advanced Training di Sekolah Penerbangan Lanjutan (SPL) di Pangkalan Udara Andir Bandung.
b. Sekolah Perwira Teknik Udara
Pada awalnya berdiri tahun 1946 di Maospati Madiun dengan nama Sekolah Teknik Oedara (STOe) di bawah pimpinan Bapak Ibrahim Bekti, sekolah ini bersifat darurat mengingat pada waktu itu masih dalam suasana menghadapi militer Belanda.
Tahun 1950 Sekolah Teknik Oedara mulai dikembangkan, hal ini terlaksana karena AURI mendapat bantuan tenaga teknik penerbangan dari missi militer Belanda diantaranya Letkol Oyens. Selanjutnya dibentklah Sekolah Perwira Teknik Udara (SPTU) berkedudukan di Pangkalan Udara Andir Bandung.
Pada tahun 1957 nama Sekolah Perwira Teknik Udara diubah menjadi Sekolah Teknik Udara Perwira, sehingga sebutan SPTU menjadi STUPA.
8. Sekolah Penerbangan Lanjutan di Pau Andir Tahun 1950-1953
Untuk pertama kali Sekolah Penerbang Lanjutan pada bulan Maret 1950 menyelenggarakan ADVANCED TAINING bagi penerbang-penerbang yang sudah ada yaitu Exs Sekbang I Maguwo dan Sekbang II India yang mendapat pendidikan sebagai penerbang sipil.
Angkatan pertama dimulai tahun 1950 dan selesai tahun 1951, bersama dengan selesainya angkatan pertama datanglah Sekbang ke III yang dididik di Amerika Serikat untuk memenuhi syarat sebagai penerbang militer. Para penerbang yang dididik di Amerika Serikat ini diberi refreshing caurse di SPL yang disebut ADVANCED REFRESHING COURSE.
2.3.7 Ruang Minat Dirgantara
1. Bedge Komando Wilayah dan Fungsional TNI AU
a. Bedge Komando Wilayah Udara I
b. Bedge Komando Wilayah Udara III
c. Bedge Komando Wilayah Udara IV
d. Bedge Komando Wilayah Udara V
e. Bedge Komando Wilayah Udara VII
f. Bedge Kohanudnas
g. Bedge Koopsau
h. Bedge Komatau
i. Bedge Kodikau
j. Bedge Paskhasau
2. Perkembangan Skadron Udara TNI Angkatan Udara.
Awal tahun 196-an di samping Skadron yang sudah ada TNI AU membangun Skadron baru yaitu:
a. Skadron Helikopter
1) Skadron 6 - MI-4 di Atang Sanjaya
2) Skadron 7 - Bell-204B di Atang Sanjaya
- Bell-47C-21J di Atang Sanjaya
3) Skadron 8,9 - MI-6 di Atang sanjaya
b. Skadron Tempur
1). Skadron 11 - Mig-17 di P.U. Kemayoran Jakarta
- Mig-15 UTI di P.U. Kemayoran
2). Skadron 12 - Mig-19 di P.U. Kemayoran Jakarta
c. Skadron Lintas Udara
1). Skadron 17 - C-140/Jet Star di Halimperdanakusuma
- II-14/Avia di Halim Perdanakusuma
- C-47/Dakota di Halim Perdanakusuma
- L-140/402 di Halim Perdanakusuma
2). Skadron 31 - C-130B/Hercules di Husein Sastranegara
3). Skadron 32 - AN-12B/Antonov di Husein Sastranegara
d. Skadron Pembom
1). Skadron 21 - IL-28 di Kemayoran Jakarta
2). Skadron 41 - TU-16 di Iswahyudi Madiun
3). Skadron 42 - TU-16 KS di Iswahyudi
e. Skadron Peluru Kendali
1). Skadron 101 Peluncur Peluru Kendali di Cibinong
2). Skadron 102 Peluncur Peluru Kendali di Tangerang
3). Skadron 103 Peluncur Peluru Kendali di Cilincing
4). Skadron 104 Peluncur Peluru Kendali di Pondok Gede, Jakarta
3. Starlite-PK-SLX
Negara asal : Indonesia
Jenis : Pesawat Olahraga
Pabrik pembuatan : Dibuat pada tahun 1986 oleh Tim Starlite Bandung Indonesia berdasarkan lisensi dari Mr. Mark Brown (Pencipta Pesawat Starlite dari USA) atas ide almarhum Marsma TNI Pribadi di bawah pimpinan Teknisi Kolonel Cpl Handoyo.
Tempat duduk : 1 (satu)
Mesin : Rotaz 447
Kecepatan jelajah : 120 mph
Riwayat singkat :
- Pesawat ini milik Almarhum Marsma TNI Purn. H. Pribadi
- Pesawat Starlite pertama kali dibuat oleh Mr. Mark Brown dari USA (sebagai pencipta) namun dalam beberapa test fligh selalu gagal, bahkan membawa korban jiwa.
Atas ide Marsekal Pertama Pribadi dengan lisensi/izin dari Mr. Mark Brown, dilakukan modifikasi oleh Tim Starlite Bandung Indonesia di bawah pimpinan teknisi Kol. Purn. Cpl. Hardoyo. Hasil modifikasi ini dengan Registrasi Starlite PF-SLX mendapat restu dan pengakuan.
4. Foto Beberapa Pejabat Indonesia dan Mancanegara yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama dari Presiden RI
No Nama Pangkat Jabatan Ket.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Suharto
Dr. SH. Nasution
J.P.M.C. Connel
Sudomo
Man Ho Ock
Jose L Racundo
Drs. Moh. Hasan
Ashadi Tjahjadi
M. Yusuf
Oetomo
Sudarmono Jenderal TNI
Jenderal TNI
General
Laksamana Laut
Jenderal
Mayor General
Jenderal Polisi
Marsekal TNI
Jenderal TNI
Marsdya TNI
Marsdya TNI Presiden RI
Ketua MPR
Chieh of Staf USAF
KSAL
KSAU Korea Selatan
Commanding General Philiphina Air
Kapolri
KSAU
Menhankam/ Pangab
KSAU
- 1969
1969
1969
1970
1972
1974
1974
1977
1981
1984
-
5. Foto-foto Latihan Bersama Antara TNI AU dengan Angkatan Udara Negara Tetangga/ sahabat
a. Elang Seberang Tahun 1979 : yaitu latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Slandia Baru di Lanud Iswahyudi Tahun 1979
b. Elang Thaenesia IV Tahun 1985 : yaitu latihan bersama antara
TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Thailand di Lanud Medan Tahun 1985
c. Elang Indopura IV Tahun 1986 : yaitu latihan bersama antara
TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Singapura di Lanud Medan Tahun 1986
d. Elang Malindo X Tahun 1986 : yaitu latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Malaysia di Lanud Medan Tahun 1986
e. Elang Thainesia V Tahun 1987 : yaitu latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Angkatan Udara Thailand di Lanud Medan Tahun 1987
6. Kontingen TNI AU dalam Pasukan Perdamaian (PBB)
Dalam rangka melaksanakan misi perdamaian dunia di Vietnam, maka sejak 28 Januari 1973 TNI AU mengerahkan 9 pesawat terbang C-130 B Hercules yang mengangkut Kontingen Indonesia Garuda IV, Garuda V, Garuda VII dan Kontingen penggantinya. Selain itu juga mengikutsertakan sejumlah perwira TNI AU dalam setiap kontingen, baik yang bertugas dalam Head Quarter (HQ) maupun Teams. Sampai berakhirnya tugas, TNI AU telah mengangkut 2.029 personil dan 139 ton barang dengan 257,35 jam terbang
2.3.8 Beberapa Koleksi Museum yang Dipajang di Luar Gedung Museum
1. PBY-5A (CATALINA)
Negara asal : Amerika
Jenis : Pesawat
Pabrik : Douglas
Motor : Piston 2 ea R-1.830-92/P & W
Kecepatan jelajah : 208 km/jam
Akomodai : 7 awak pesawat
Tahun dimulai TNI AU : 1958
Sejarah:
1945 – 1949 : Jenis Catalina ini pernah diginakan untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan RI.
1950 : Dimasukan dalam jajaran kekuatan Skadron 5, berpangkalan di Lanud Abdurachman saleh.
2. TUPOLEV TU-16 B/KS
Negara asal : USSR
Jenis : Pesawat pembom
Pabrik : Tupolev USSR
Motor : Turbo Jet 2 ea AM-3, Mikulin USSR
Kecepatan jelajah : 510 knots (945 km/jam)
Persenjataan : 7 ea kanon 23 mm, bom 9.000 kg, bom naval
Akomodasi : 7 awak pesawat
Tahun dimiliki TNI AU : 1961, 1962
Sejarah:
1961 : Dimasukan dalam jajaran kekuatan Skadron 42 TNI AU berkedudukan di Lanud Iswahyudi
3. UF 1 ALBATROS IR-0117
Negara asal : Amerika Serikat
Jenis : Pesawat angkutan sedang
Penggunaan : Untuk SAR, amphibi
Pabrik : Grumman Aircracft USA
Motor : Piston 2 ea
R-1.820 76 A (UF-1)
R-1.820 84 B (UF-1)
Kecepatan jelajah : 205 knot (379 km/jam)
Persenjataan : Torpedo dan Roket
Akomodasi : 7 awak pesawat
Tahun dimiliki TNI AU : 1957, 1976, 1977
Sejarah:
1955 : Dima sukkan dalam jajaran kekuatan Skadron 5 Intai Laut TNI AU dan sebagai pesawat SAR, berkedudukan di Lanud Abdurachman Saleh
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan karya tulis ini, penulis mengambil kesimpulan yaitu:
- Museum adalah suatu tempat menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah agar tidak hilang dan rusak sehingga dapat dinikmati berbagai generasi, itu diharapkan mereka dapat mengetahui sejarah dan dapat menghargai hasil yang telah dicapai generasi terdahulu sehingga mereka dapat mengambil hikmah dan sejarah itu sendiri,
- Museum berfungsi menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah yang patut mendapat perhatian umum. Selain itu museum merupakan sarana yang efektif untuk mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan,
- Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala secara visual menggambarkan perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.
3.2 Saran
1. Dengan mengenal benda-benda bersejarah, tanamkanlah dalam diri kita jiwa dan semangat kepahlawanan,
2. Lestarikan dan peliharalah peninggalan-peninggalan sejarah agar tidak sampai hilang dan rusak,
3. Binalah persatan dan kesatuan bangsa agar peristiwa masa lalu tidak kembali,
4. Teruskanlah perjuangan para pahlawan dengan membangun Bangsa Indonesia lebih maju.
Demikian saran-saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
1. ..............1999. Panduan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Yogyakarta : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
2. .............. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
3. Munajat, Ade, dkk. 2003. Pengantar Sejarah Tentara Nasional Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.
4. Odih, Enjang, dan Sukadi. 2000. Sejarah Nasional dan Umum SLTP/MTs Kelas III. Jakarta : Ganesa.
5. Poesponegoro, Marwapati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka.
0 komentar:
Posting Komentar