Makalah Tentang HIV (Human Immunodeficiency Virus)
BAB I
PENDAHULUAN
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh yang digunakan untuk melawan segala penyakit yang datang. Virus ini khususnya menyerang sel T yang berada dalam sel darah putih yang pada akhirnya menyebabkan deficiency T-helper atau limfosit T4 yang memegang peranan penting pada imunitas seluler. Sel limfosit T yang berkurang ditandai dengan berkurangnya jumlah CD4 kurang dari 200/cu mm, atau persentase CD4 di bawah 14%. Berkurangnya CD4 mengakibatkan seseorang mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak berpengaruh ketika kekebalan tubuh orang tersebut sehat. Penyakit tersebut disebut dengan infeksi oportunistik. CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia. HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Seseorang akan lebih rentan terserang penyakit jika sistem kekebalan tubuhnya rusak. Pada saat HIV menginfeksi tubuh yang kemudian menyebabkan sel limfosit T4 pada tubuh rusak akan menyebabkan tubuh mudah terkena penyakit terutama ketika jumlah CD4 akan terus berkurang karena infeksi HIV. Kumpulan beberapa gejala yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV tadi disebut dengan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Proporsi orang yang terinfeksi HIV yang terus bertambah dan dengan tidak adanya obat yang dapat melawan virus ini menyebabkan banyak penderita HIV ini yang kemudian menjadi AIDS dan pada akhirnya tidak banyak yang dapat bertahan terhadap penyakit ini, kebanyakan berakhir dengan kematian.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Angka kesakitan
Pada tahun 1999 di Afrika sekitar 33,4 juta orang hidup dengan HIV/AIDS, 6,7 juta orang di Asia Tenggara, 1,4 juta di Amerika Latin dan 665.000 orang di Amerika. Lebih dari 74.000 kasus AIDS dilaporkan oleh pusat pencegahan dan kendali penyakit atau centres for disease control and prevention (CDC) pada September 1988, dan 1.185 diantaranya adalah bayi dan anak-anak di bawah usia 13 tahun.
B. Angka Kematian
Jumlah kematian diperkirakan kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Hong Kong, kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Hungaria, kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Islandia, diperkirakan 310.000 kematian akibat AIDS di India dan di Indonesia diperkirakan 4.600 kematian akibat AIDS di Indonesia pada tahun 2001. Menurut centres for disease control and prevention (CDC) sekitar 672 anak usia berkisar antara 0-12 tahun meninggal akibat infeksi penyakit AIDS ini seperti yang dilaporkan pada September 1988.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluhan Penyakit
Pada saat awal terinfeksi virus HIV, mereka mengeluh demam, sakit kepala, kelelahan, berkeringat dingin ketika malam hari dan kesulitan dalam berpikir.
B. Gejala Penyakit
Banyak orang tidak mengalami gejala setelah mereka pertama kali terinfeksi HIV. Gejalanya menyerupai gejala flu yang berlangsung dalam beberapa hari atau minggu. Setelah terpapar virus biasanya disertai dengan diare dan berat badan menurun. Gejala ini biasanya menghilang sendiri dalam beberapa minggu. Setelah itu akan merasa dalam kondisi normal kembali dan tidak memiliki gejala. Fase asimtomatik ini sering berlangsung selama bertahun-tahun. Infeksi yang terjadi pada penderita AIDS disebut infeksi oportunistik karena mereka mengambil keuntungan dari kesempatan untuk menginfeksi host yang lemah.
Penyakit-penyakit yang terjadi di antaranya:
• Radang Paru-Paru yang disebabkan oleh Pneumocystis, yang menyebabkan mengi,
• Infeksi otak dengan toksoplasmosis yang dapat menyebabkan kesulitan berpikir atau gejala yang menyerupai stroke,
• Luas infeksi dengan bakteri yang disebut Mycobacterium avium complex (MAC) yang dapat menyebabkan demam dan penurunan berat badan,
• Infeksi jamur yang menyerang kerongkongan sehingga menyebabkan nyeri ketika menelan,
• Luas penyakit dengan jamur tertentu seperti histoplasmosis, yang dapat menyebabkan demam, batuk, anemia, dan masalah lain,
• Limfoma di otak, yang dapat menyebabkan demam dan kesulitan berpikir,
Kanker jaringan disebut sarkoma kaposi, yang menyebabkan cokelat, kemerahan, atau ungu bintik-bintik yang berkembang pada kulit atau mulut.
C. Etiologi
Penyebab AIDS adalah Human immunodeficiency virus (HIV) yang merupakan golongan virus leukemia, termasuk dalam Retrovirus, yaitu suatu virus yang mempunyai RNA yang mempunyai tropisma spesifik terhadap limfosit T-helper. Ada 2 tipe virus HIV yang sudah teridentifikasi yaitu tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2), virus ini sangat relatif terhadap serologi dan geografi suatu daerah tetapi mempunyai karakteristik epidemiologi yang sama. HIV-1 mempunyai sifat patologis yang tinggi dibandingkan HIV-2.
D. Diagnosa
Cara mendiagnosa HIV dan AIDS yaitu:
1. Uji antibodi
Infeksi HIV biasanya didiagnosis dengan tes darah untuk mendeteksi antibodi yang diserang oleh virus. Uji ini bermaksud untuk mendeteksi antibody yang telah diserang oleh HIV, dimana dalam hal ini yang menjadi indikator adalah jumlah CD4 dalam tubuh, yaitu kurang dari 200/cu mm.
2. Tes untuk HIV
Setelah uji antibodi tadi positif, tes kedua dilakukan untuk mengkonfirmasi hasilnya.
a. Ada berbagai jenis tes skrining tersedia di Amerika Serikat. Enzim immunoassay (EIA) yang digunakan pada darah adalah tes penyaringan yang paling umum. EIA lain tes dapat mendeteksi antibodi dalam cairan tubuh selain darah seperti cairan oral, urin, dan cairan vagina.
b. Rapid tes, tes skrining alternatif yang menghasilkan hasil yang cepat dalam kira-kira 20 menit. Ada yang disetujui Food and drug administration (FDA) tes yang menggunakan darah atau cairan oral. Tes ini memiliki tingkat akurasi yang mirip dengan tes EIA tradisional.
Rumah-tes HIV tersedia di banyak toko obat lokal. Darah diperoleh dengan tusukan jari dan dihapuskan pada filter strip. Darah dikirimkan dalam amplop pelindung ke laboratorium untuk diuji. Semua tes skrining positif harus dikonfirmasi dengan tindak lanjut tes darah yang disebut Western Blot untuk membuat diagnosis positif.
E. Pengobatan
Pengobatan menggunakan antiretroviral (ART) dan telah secara substansial mengurangi komplikasi terkait HIV dan kematian. Namun, tidak ada obat untuk HIV / AIDS. Terapi dimulai dan individual di bawah pengawasan dokter ahli dalam perawatan pasien terinfeksi HIV. Sebuah kombinasi dari setidaknya tiga obat dianjurkan untuk menekan virus dari replikasi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kelas-kelas yang berbeda obat termasuk:
1. Reverse transcriptase inhibitor: obat ini menghambat kemampuan virus untuk membuat salinan dari dirinya sendiri.
2. Protease inhibitor (PI): Obat-obat ini mengganggu replikasi virus pada langkah selanjutnya dalam siklus hidup, mencegah sel-sel dari memproduksi virus baru.
Kedua obat yang digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-HIV. Menghentikan HIV integrase inhibitor gen dari menjadi dimasukkan ke dalam DNA sel manusia. Ini merupakan kelas baru obat-obatan, belum lama ini disetujui untuk membantu mengobati orang-orang yang sudah kebal terhadap obat lain. Raltegravir (Isentress) adalah obat pertama dalam kelas ini disetujui oleh FDA, pada tahun 2007. Menghentikan obat antiretroviral virus replikasi virus dan menunda perkembangan AIDS. Namun, mereka juga memiliki efek samping yang dapat parah. Mereka termasuk penurunan sel darah putih, radang pankreas, keracunan hati, ruam, masalah pencernaan, peningkatan kadar kolesterol, diabetes, lemak tubuh yang abnormal distribusi, dan menyakitkan kerusakan saraf.
Wanita hamil yang HIV-positif harus mencari perawatan segera karena terapi ART mengurangi risiko penularan virus ke janin. Ada obat-obatan tertentu, Namun, yang berbahaya bagi bayi. Oleh karena itu, melihat seorang dokter untuk mendiskusikan obat anti-HIV sangat penting. Orang dengan infeksi HIV harus di bawah perawatan seorang dokter yang berpengalaman dalam mengobati infeksi. Semua orang dengan HIV harus dinasihati tentang menghindari penyebaran penyakit. Individu yang terinfeksi juga dididik tentang proses penyakit, dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
F. Pencegahan
Meskipun upaya-upaya yang signifikan, tidak ada vaksin yang efektif terhadap HIV.
Ada 2 macam pencegahan yaitu:
1. Pencegahan yang dikhususkan pada kelompok yang berperilaku beresiko, yaitu:
• Pendidikan kesehatan,
• Melakukan konseling dan test HIV secara suka rela,
• Absen dari seks. Ini jelas memiliki keterbatasan daya tarik, tapi benar-benar melindungi terhadap penularan HIV melalui rute ini,
• Berhubungan seks dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Saling monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi menghilangkan risiko penularan HIV seksual,
• Menggunakan kondom dalam situasi yang lain. Kondom menawarkan perlindungan jika digunakan dengan benar dan konsisten. Kadang-kadang, mereka bisa pecah atau bocor. Hanya kondom terbuat dari lateks harus digunakan. Hanya pelumas berbahan dasar air harus digunakan dengan kondom lateks,
• Tidak memakai jarum atau menyuntikkan obat-obatan terlarang,
• Jika Anda bekerja di bidang perawatan kesehatan, ikuti panduan nasional untuk melindungi diri terhadap jarum suntik dan paparan cairan tercemar,
• Risiko penularan HIV dari wanita hamil kepada bayinya dapat dikurangi secara signifikan, bila si ibu mengambil obat-obatan selama kehamilan, persalinan, dan melahirkan dan bayinya mengambil obat untuk enam minggu pertama kehidupan. Bahkan kursus singkat perawatan yang efektif, meski tidak optimal. Kuncinya adalah untuk mendapatkan tes HIV sedini mungkin dalam kehamilan. Dalam konsultasi dengan dokter, banyak wanita memilih untuk menghindari menyusui untuk meminimalkan risiko penularan setelah bayi lahir,
• WHO merekomendasiakan untuk melakukan terapi sejak fase asimptomatik.
2. Pencegahan pada penderita AIDS:
• Segera melapor pada institusi kesehatan lokal,
• Melakukan pengobatan khusus atau terapi,
• Penyedian pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit,
• Mengurangi penyebaran infeksi HIV/AIDS dengan cara tidak mentransfusi darah penderita AIDS pada pasien lain dirumah sakit,
• Mengurangi resiko penularan dari ibu kepada bayinya dengan cara mengurangi pemberian Azidothymidine (AZT).
G. Prognosis
HIV yang sudah berada dalam tubuh seseorang akan berkembang dalam waktu 1-3 bulan setelah menyerang antibodi. Kemungikanan besar akan mengidap AIDS dengan jangka waktu 15 tahun bahkan lebih setelah terinfeksi HIV, jika sudah menjadi penderita AIDS akan mengalami infeksi oppurtunistik akibat sistem imun yang terus menurun dan berujung pada kematian.
BAB IV
KESIMPULAN
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) kumpulan gejala penyakit yang terjadi akibat melemahya sistem imun tubuh yang disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV). Ada 2 jenis HIV yang sudah teridentifikasi yaitu HIV-1 dan HIV-2. Orang yang terkena penyakit ini biasanya mengeluhkan demam, sakit kepala, kelelahan, keringat dingin pada saat malam hari, dan kesulitan dalam berpikir. Ketika sistem imun tubuh terus melemah akibat infeksi HIV tadi maka akan terjadi infeksi oppurtunistik dalam tubuh sepertiradang paru-paru, infeksi otak, kanker, infeksi bakteri dan jamur yang meluas. Infeksi HIV biasanya didiagnosis dengan tes darah yang mendeteksi antibodi yang merupakan bagian utama yang diserang oleh HIV, jika hasilnya positif dilakukan uji kembali dengan menggunakan uji Western Blot.
Pencegahan pada HIV/AIDS ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pencegahan pada kelompok beresiko seperti tidak melakukan sex bebas, tidak menggunakan obat-obatan terlarang terutama yang menggunakan jarum suntik, tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom, dan pencegahan yang dilakukan pada penderita HIV/AIDS yaitu melaporpada institusi kesehatan lokal, melakukan pengobatan khusus, penyediaan pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit, tidak melakukan transfusi darah kepada pasien lain, mengurangi pemberian AZT. Pengobatan terhadap penyakit ini hanya bisa menekan HIV melakukan replikasi yaitu dengan memberikan anti-Retroviral, tetapi tidak menyembuhkan secara sempurna penyakit ini. HIV yang berada dalam tubuh seseorang akan berkembang dalam waktu1-3 bulan, kemudian kemungkinan akan menjadi pengidap AIDS dengan jangka waktu 15 tahun atau lebih. Penderita AIDS akan mengalami infeksi oppurtunistik yang berujung pada kematian.
PENDAHULUAN
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh yang digunakan untuk melawan segala penyakit yang datang. Virus ini khususnya menyerang sel T yang berada dalam sel darah putih yang pada akhirnya menyebabkan deficiency T-helper atau limfosit T4 yang memegang peranan penting pada imunitas seluler. Sel limfosit T yang berkurang ditandai dengan berkurangnya jumlah CD4 kurang dari 200/cu mm, atau persentase CD4 di bawah 14%. Berkurangnya CD4 mengakibatkan seseorang mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak berpengaruh ketika kekebalan tubuh orang tersebut sehat. Penyakit tersebut disebut dengan infeksi oportunistik. CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia. HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Seseorang akan lebih rentan terserang penyakit jika sistem kekebalan tubuhnya rusak. Pada saat HIV menginfeksi tubuh yang kemudian menyebabkan sel limfosit T4 pada tubuh rusak akan menyebabkan tubuh mudah terkena penyakit terutama ketika jumlah CD4 akan terus berkurang karena infeksi HIV. Kumpulan beberapa gejala yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV tadi disebut dengan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Proporsi orang yang terinfeksi HIV yang terus bertambah dan dengan tidak adanya obat yang dapat melawan virus ini menyebabkan banyak penderita HIV ini yang kemudian menjadi AIDS dan pada akhirnya tidak banyak yang dapat bertahan terhadap penyakit ini, kebanyakan berakhir dengan kematian.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Angka kesakitan
Pada tahun 1999 di Afrika sekitar 33,4 juta orang hidup dengan HIV/AIDS, 6,7 juta orang di Asia Tenggara, 1,4 juta di Amerika Latin dan 665.000 orang di Amerika. Lebih dari 74.000 kasus AIDS dilaporkan oleh pusat pencegahan dan kendali penyakit atau centres for disease control and prevention (CDC) pada September 1988, dan 1.185 diantaranya adalah bayi dan anak-anak di bawah usia 13 tahun.
B. Angka Kematian
Jumlah kematian diperkirakan kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Hong Kong, kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Hungaria, kurang dari 100 kematian akibat AIDS di Islandia, diperkirakan 310.000 kematian akibat AIDS di India dan di Indonesia diperkirakan 4.600 kematian akibat AIDS di Indonesia pada tahun 2001. Menurut centres for disease control and prevention (CDC) sekitar 672 anak usia berkisar antara 0-12 tahun meninggal akibat infeksi penyakit AIDS ini seperti yang dilaporkan pada September 1988.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluhan Penyakit
Pada saat awal terinfeksi virus HIV, mereka mengeluh demam, sakit kepala, kelelahan, berkeringat dingin ketika malam hari dan kesulitan dalam berpikir.
B. Gejala Penyakit
Banyak orang tidak mengalami gejala setelah mereka pertama kali terinfeksi HIV. Gejalanya menyerupai gejala flu yang berlangsung dalam beberapa hari atau minggu. Setelah terpapar virus biasanya disertai dengan diare dan berat badan menurun. Gejala ini biasanya menghilang sendiri dalam beberapa minggu. Setelah itu akan merasa dalam kondisi normal kembali dan tidak memiliki gejala. Fase asimtomatik ini sering berlangsung selama bertahun-tahun. Infeksi yang terjadi pada penderita AIDS disebut infeksi oportunistik karena mereka mengambil keuntungan dari kesempatan untuk menginfeksi host yang lemah.
Penyakit-penyakit yang terjadi di antaranya:
• Radang Paru-Paru yang disebabkan oleh Pneumocystis, yang menyebabkan mengi,
• Infeksi otak dengan toksoplasmosis yang dapat menyebabkan kesulitan berpikir atau gejala yang menyerupai stroke,
• Luas infeksi dengan bakteri yang disebut Mycobacterium avium complex (MAC) yang dapat menyebabkan demam dan penurunan berat badan,
• Infeksi jamur yang menyerang kerongkongan sehingga menyebabkan nyeri ketika menelan,
• Luas penyakit dengan jamur tertentu seperti histoplasmosis, yang dapat menyebabkan demam, batuk, anemia, dan masalah lain,
• Limfoma di otak, yang dapat menyebabkan demam dan kesulitan berpikir,
Kanker jaringan disebut sarkoma kaposi, yang menyebabkan cokelat, kemerahan, atau ungu bintik-bintik yang berkembang pada kulit atau mulut.
C. Etiologi
Penyebab AIDS adalah Human immunodeficiency virus (HIV) yang merupakan golongan virus leukemia, termasuk dalam Retrovirus, yaitu suatu virus yang mempunyai RNA yang mempunyai tropisma spesifik terhadap limfosit T-helper. Ada 2 tipe virus HIV yang sudah teridentifikasi yaitu tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2), virus ini sangat relatif terhadap serologi dan geografi suatu daerah tetapi mempunyai karakteristik epidemiologi yang sama. HIV-1 mempunyai sifat patologis yang tinggi dibandingkan HIV-2.
D. Diagnosa
Cara mendiagnosa HIV dan AIDS yaitu:
1. Uji antibodi
Infeksi HIV biasanya didiagnosis dengan tes darah untuk mendeteksi antibodi yang diserang oleh virus. Uji ini bermaksud untuk mendeteksi antibody yang telah diserang oleh HIV, dimana dalam hal ini yang menjadi indikator adalah jumlah CD4 dalam tubuh, yaitu kurang dari 200/cu mm.
2. Tes untuk HIV
Setelah uji antibodi tadi positif, tes kedua dilakukan untuk mengkonfirmasi hasilnya.
a. Ada berbagai jenis tes skrining tersedia di Amerika Serikat. Enzim immunoassay (EIA) yang digunakan pada darah adalah tes penyaringan yang paling umum. EIA lain tes dapat mendeteksi antibodi dalam cairan tubuh selain darah seperti cairan oral, urin, dan cairan vagina.
b. Rapid tes, tes skrining alternatif yang menghasilkan hasil yang cepat dalam kira-kira 20 menit. Ada yang disetujui Food and drug administration (FDA) tes yang menggunakan darah atau cairan oral. Tes ini memiliki tingkat akurasi yang mirip dengan tes EIA tradisional.
Rumah-tes HIV tersedia di banyak toko obat lokal. Darah diperoleh dengan tusukan jari dan dihapuskan pada filter strip. Darah dikirimkan dalam amplop pelindung ke laboratorium untuk diuji. Semua tes skrining positif harus dikonfirmasi dengan tindak lanjut tes darah yang disebut Western Blot untuk membuat diagnosis positif.
E. Pengobatan
Pengobatan menggunakan antiretroviral (ART) dan telah secara substansial mengurangi komplikasi terkait HIV dan kematian. Namun, tidak ada obat untuk HIV / AIDS. Terapi dimulai dan individual di bawah pengawasan dokter ahli dalam perawatan pasien terinfeksi HIV. Sebuah kombinasi dari setidaknya tiga obat dianjurkan untuk menekan virus dari replikasi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kelas-kelas yang berbeda obat termasuk:
1. Reverse transcriptase inhibitor: obat ini menghambat kemampuan virus untuk membuat salinan dari dirinya sendiri.
2. Protease inhibitor (PI): Obat-obat ini mengganggu replikasi virus pada langkah selanjutnya dalam siklus hidup, mencegah sel-sel dari memproduksi virus baru.
Kedua obat yang digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-HIV. Menghentikan HIV integrase inhibitor gen dari menjadi dimasukkan ke dalam DNA sel manusia. Ini merupakan kelas baru obat-obatan, belum lama ini disetujui untuk membantu mengobati orang-orang yang sudah kebal terhadap obat lain. Raltegravir (Isentress) adalah obat pertama dalam kelas ini disetujui oleh FDA, pada tahun 2007. Menghentikan obat antiretroviral virus replikasi virus dan menunda perkembangan AIDS. Namun, mereka juga memiliki efek samping yang dapat parah. Mereka termasuk penurunan sel darah putih, radang pankreas, keracunan hati, ruam, masalah pencernaan, peningkatan kadar kolesterol, diabetes, lemak tubuh yang abnormal distribusi, dan menyakitkan kerusakan saraf.
Wanita hamil yang HIV-positif harus mencari perawatan segera karena terapi ART mengurangi risiko penularan virus ke janin. Ada obat-obatan tertentu, Namun, yang berbahaya bagi bayi. Oleh karena itu, melihat seorang dokter untuk mendiskusikan obat anti-HIV sangat penting. Orang dengan infeksi HIV harus di bawah perawatan seorang dokter yang berpengalaman dalam mengobati infeksi. Semua orang dengan HIV harus dinasihati tentang menghindari penyebaran penyakit. Individu yang terinfeksi juga dididik tentang proses penyakit, dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
F. Pencegahan
Meskipun upaya-upaya yang signifikan, tidak ada vaksin yang efektif terhadap HIV.
Ada 2 macam pencegahan yaitu:
1. Pencegahan yang dikhususkan pada kelompok yang berperilaku beresiko, yaitu:
• Pendidikan kesehatan,
• Melakukan konseling dan test HIV secara suka rela,
• Absen dari seks. Ini jelas memiliki keterbatasan daya tarik, tapi benar-benar melindungi terhadap penularan HIV melalui rute ini,
• Berhubungan seks dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Saling monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi menghilangkan risiko penularan HIV seksual,
• Menggunakan kondom dalam situasi yang lain. Kondom menawarkan perlindungan jika digunakan dengan benar dan konsisten. Kadang-kadang, mereka bisa pecah atau bocor. Hanya kondom terbuat dari lateks harus digunakan. Hanya pelumas berbahan dasar air harus digunakan dengan kondom lateks,
• Tidak memakai jarum atau menyuntikkan obat-obatan terlarang,
• Jika Anda bekerja di bidang perawatan kesehatan, ikuti panduan nasional untuk melindungi diri terhadap jarum suntik dan paparan cairan tercemar,
• Risiko penularan HIV dari wanita hamil kepada bayinya dapat dikurangi secara signifikan, bila si ibu mengambil obat-obatan selama kehamilan, persalinan, dan melahirkan dan bayinya mengambil obat untuk enam minggu pertama kehidupan. Bahkan kursus singkat perawatan yang efektif, meski tidak optimal. Kuncinya adalah untuk mendapatkan tes HIV sedini mungkin dalam kehamilan. Dalam konsultasi dengan dokter, banyak wanita memilih untuk menghindari menyusui untuk meminimalkan risiko penularan setelah bayi lahir,
• WHO merekomendasiakan untuk melakukan terapi sejak fase asimptomatik.
2. Pencegahan pada penderita AIDS:
• Segera melapor pada institusi kesehatan lokal,
• Melakukan pengobatan khusus atau terapi,
• Penyedian pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit,
• Mengurangi penyebaran infeksi HIV/AIDS dengan cara tidak mentransfusi darah penderita AIDS pada pasien lain dirumah sakit,
• Mengurangi resiko penularan dari ibu kepada bayinya dengan cara mengurangi pemberian Azidothymidine (AZT).
G. Prognosis
HIV yang sudah berada dalam tubuh seseorang akan berkembang dalam waktu 1-3 bulan setelah menyerang antibodi. Kemungikanan besar akan mengidap AIDS dengan jangka waktu 15 tahun bahkan lebih setelah terinfeksi HIV, jika sudah menjadi penderita AIDS akan mengalami infeksi oppurtunistik akibat sistem imun yang terus menurun dan berujung pada kematian.
BAB IV
KESIMPULAN
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) kumpulan gejala penyakit yang terjadi akibat melemahya sistem imun tubuh yang disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV). Ada 2 jenis HIV yang sudah teridentifikasi yaitu HIV-1 dan HIV-2. Orang yang terkena penyakit ini biasanya mengeluhkan demam, sakit kepala, kelelahan, keringat dingin pada saat malam hari, dan kesulitan dalam berpikir. Ketika sistem imun tubuh terus melemah akibat infeksi HIV tadi maka akan terjadi infeksi oppurtunistik dalam tubuh sepertiradang paru-paru, infeksi otak, kanker, infeksi bakteri dan jamur yang meluas. Infeksi HIV biasanya didiagnosis dengan tes darah yang mendeteksi antibodi yang merupakan bagian utama yang diserang oleh HIV, jika hasilnya positif dilakukan uji kembali dengan menggunakan uji Western Blot.
Pencegahan pada HIV/AIDS ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pencegahan pada kelompok beresiko seperti tidak melakukan sex bebas, tidak menggunakan obat-obatan terlarang terutama yang menggunakan jarum suntik, tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom, dan pencegahan yang dilakukan pada penderita HIV/AIDS yaitu melaporpada institusi kesehatan lokal, melakukan pengobatan khusus, penyediaan pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit, tidak melakukan transfusi darah kepada pasien lain, mengurangi pemberian AZT. Pengobatan terhadap penyakit ini hanya bisa menekan HIV melakukan replikasi yaitu dengan memberikan anti-Retroviral, tetapi tidak menyembuhkan secara sempurna penyakit ini. HIV yang berada dalam tubuh seseorang akan berkembang dalam waktu1-3 bulan, kemudian kemungkinan akan menjadi pengidap AIDS dengan jangka waktu 15 tahun atau lebih. Penderita AIDS akan mengalami infeksi oppurtunistik yang berujung pada kematian.
4 komentar:
trimakasih artikel sgt bermanfaat.
dr.
http://ibnusina301.wordpress.com
saya ingin bertanya, mohon dijawab.
Sistem tubuh manakah yang diserang virus AIDS?
jawabannya ditunggu segera.!
Bagian yang di serang virus adalah sel-sel tubuh. Sel utama yang diserang HIV adalah sel Limfosit, sub jenis Limfosit T Helper yang merupakan bagian dari sel darah putih setelah terinfeksi HIV jumlah Limfosit T helper akan berkurang secara bertahap. Limfosit T Helper memegang peranan penting pada system kekebalan tubuh, jika fungsinya terganggu maka hal itu akan menyebabkan si pengidap menjadi mudah diserang penyakit infeksi dan kanker.
Nice gan artikel yang bagus. sangat membantu saya
Terimakasi atas infonya .,
kunjungan balik blog saya juga gan.
Posting Komentar