Makalah Gembira Loka

MAKALAH GEMBIRA LOKA

STUDI LAPANGAN KE YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011



MENGUNGKAP KEBERADAAN KEBUN BINATANG
GEMBIRA LOKA


Laporan Studi Lapangan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Studi Di SMA Negeri 1 Mangunjaya

Disusun oleh:
1. Ayu Wahyuni
2. Eneng Danih
3. Ida Parwati
4. Maya Ismayani
5. Reno Nugroho
6. Wahyu Ismawan

Kelas XI IPA 2

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIAMIS
SMA NEGERI 1 MANGUNJAYA
2011

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Studi Lapangan Ini Telah Disetujui dan Disyahkan Oleh Tim Pembimbing Penulisan Laporan Hasil Studi Lapangan SMA Negeri 1 Mangunjaya.
Hari : .........................................
Tanggal: .........................................

Wali Kelas,


DESI APRIANI NUGRAHA, S.Si.
NIP. Guru Pembimbing,


IRFA RAZAK, S.Pd.
NIP.198510112009011004

Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Mangunjaya,

Drs. EMAN HERMAWAN, M.Pd.
NIP. 196004081986031022
ABSTRAK
Studi lapangan merupakan kegiatan yang sangat positif bagi siswa, semua bertujuan untuk mengenal lebih jauh dari obyek yang dikunjunginya.
Seperti yang sudah dilaksanakan oleh SMAN 1 Mangunjaya mengunjunngi kebun binatang Gembira Loka yang letaknya di provinsi D.I. Yogyakarta. Kebun binatang ini didirikan semenjak Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan tujuan sebagai taman bermain dan rekreasi keluarga, dalam perjalannya kebun binatang tersebut mengalami hambatan-hambatan terutama pada zaman penjajahan Belanda.
Dewasa ini kebun binatang Gembira Loka pun masih mengalami kendala-kendala baik dari segi fluralisme flora maupun fauna, penyebab dari itu semua karena kurang pedulinya Pemda DIY terhadap keberadaan kebun binatang tersebut.
Dalam pengelolaannya pun kurang maksimal sehingga terkesan bahwa kebun binatang Gembira Loka itu kurang perawatan, dan mengakibatkan kurang responnya pengunjung kebun binatang tersebut. Keberadaan flora dan fauna yang menjadi pusat dari tujuan kunjungan kalau diamati secara seksama dapat kita simpulkan belum memenuhi syarat standarisasi kebun binatang secara internasional.
Sisi menarik dari kebun binatang Gembira Loka adalah letaknya yang strategis untuk akses ke lokasi tersebut, letaknya yang berada di dalam wilayah 3 kabupaten, ini dapat memudahkan dalam segi pembangunannya.
Dengan demikian kalau pengelolaan kebun binatang dapat maksimal maka akan mendulang pendapatan asli daerah dan melengkapi obyek wisata yang ada di Pemda Provinsi DIY yang pada akhirnya dapat dirasakan oleh penduduk setempat pada khususnya, umumnya penduduk daerah Provinsi DIY.
Dalam sistem manajemen marketing yang menjadi ujung tombak maju mundurnya sebuah perusahaan, ini diperlukan penanganan yang sangat serius mengingat persaingan antar negara dalam menarik wisatawan dari luar.
Dilihat dari kepentingan nasional bahwa anggaran negara diambil dari berbagai aspek, tidak berlebihan kiranya kalau pemerintah pusat pun mengalokasikan dana untuk keberadaan kebun binatang tersebut agar dapat mengembangkan daya tariknya sehingga diharapkan nantinya dapat menjadi perusahaan yang mandiri yang dapat menyumbangkan pendapatannya untuk kepentingan pembangunan nasional.
Akhirnya harapan kami dengan tersusunnya makalah ini dapat menjadi acuan kepada para pengambil kebijakan untuk sebagai bahan pemikiran yang pada akhirnya dapat mensejahterakan rakyat Yogyakarta khususnya dan umumnya rakyat Negara Republik Indonesia.



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil studi lapangan ini. Tujuan penyusunan laporan ini adalah salah satu tugas di SMA Negeri 1 Mangunjaya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat terwujud karena adanya bantuan bimbingan serta dorongan semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Eman Hermawan, M.Pd. sebagai kepala SMA Negeri 1 Mangunjaya.
2. Ibu Desi Apriani Nugraha, S.Si. sebagai wali kelas XI IPA 2.
3. Bapak Irfa Razak S.Pd. sebagai guru pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan karya tulis ini.
4. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Mangunjaya.
5. Kedua orang tua kami yang telah memberikan doa, pengorbanan dan dorongan selama studi lapangan.
6. Biro PGR yang sudah mendampingi kami selama proses studi lapangan.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, semoga Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga terwujudnya laporan ini.
Mangunjaya, 23 April 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Studi Lapangan
D. Manfaat Studi Lapangan
E. Metode Pengumpulan Data
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
G. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Lapangan
B. Pembahasan Hasil Studi Lapangan
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Flora
B. Fauna
BIOGRAFI PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan studi lapangan merupakan salah satu kegiatan sekolah yang menjadi acuan kreativitas siswa didalam mengembangkan bakatnya untuk menjadi manusia indonesia yang berwawasan luas baik dari segi pemahaman lingkungan maupun pemahaman manajemen industri wisata.
Pada dasarnya sebuah studi mengharapkan penambahan pembendaharaan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu sangatlah positif studi tour yang di laksanakan oleh SMA 1 Mangunjaya dengan obyek wisata DIY yang salah satunya adalah kebun binatang Gembira Loka. Dengan harapan setelah mengunjungi tempat tersebut akan menambah wawasan baik dari segi ilmu pengetahuan maupun wawasan kebangsaaan.
Pengharapan tersebut tidaklah berlebihan karena siswa nantinya akan menghadapi test oleh para pembimbing, sampai sejauh mana siswa dapat menerangkan obyek wisata yang dikunjunginya.
B. Rumusan Masalah
Dalam karya tulis ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan objek wisata yang dikunjungi, yaitu Gembira Loka, masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang melatar belakangi didirikannya kebun binatang Gembira Loka?
2. Apa saja species yang terdapat di kebun binatang Gembira Loka?
3. Bagaimana sistem pemeliharaan dan penanggulangan masalah-masalah yang ada di kebun binatang Gembira Loka?
4. Bagaimana manajemen pengelolaan kebun binatang secara administratif dan secara penangkaran binatang-binatang yang dianggap sudah agak punah?
Pembatas Masalah
1. Sejarah berdirinya gembira loka serta tujuan umum.
2. Spesies flora dan fauna yang dikaji sesuai observasi.
3. Cara pemeliharaan dan sistem penanggulangan masalah yang ada di gembira loka.
4. Sistem manajemen pengelolaan dan penangkaran kebun binatang Gembira Loka.
C. Tujuan Studi Lapangan
Adapun tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang didirikannya kebun binatang Gembira Loka.
2. Untuk mengetahui spesies yang terdapat di kebun binatang Gembira Loka.
3. Untuk mengetahui sistem pemeliharaan dan penanggulangan masalah-masalah yang ada di kebun binatang Gembira Loka.
4. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan kebun binatang secara administratif dan secara penangkaran binatang-binatang yang dianggap sudah agak punah.
D. Manfaat Studi Lapangan
1. Menambah pengetahuan mengenai masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran Pkn, Sejarah, Geografi, Biologi, B.Indonesia, Seni Budaya, melalui pengamatan, penelitian dan komunikasi.
2. Memperluas cakrawala, mengenai lingkungan hidup yang menambah rasa cinta terhadap tanah air, meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kreasi seni.
3. Menambah pengetahuan dalam rangka penelitian, riset serta teknik menyusun.
4. Mempererat rasa kekeluargaan khususnya di lingkungan keluarga besar SMAN 1 Mangunjaya.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Untuk mengumpulkan data-data atau informasi-informasi yang dibutuhkan kami melakukan pengamatan secara langsung ke objek-objek wisata yang dikunjungi dan mendengarkan informasi-informasi secara langsung dari narasumber.
2. Metode sistematik
Untuk mengumpulkan data-data atau informasi-informasi yang dibutuhkan secara bertahap, kami menbaca buku-buku yang ada kaitannya dengan objek wisata yang kami kunjungi.
3. Metode interview
Dengan cara bertanya langsung kepada pemandu wisata yang kami kunjungi.
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari : Senin
Tanggal : 28 Februari 2011
Waktu : Pukul 15:00 – 16:00 WIB
Tempat : Kebun Raya Gembira Loka

G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Studi Lapangan
D. Manfaat Studi Lapangan
E. Metode Pengumpulan Data
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
G. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAAN
A. Hasil Studi Lapangan
B. Pembahasan Hasil Studi Lapangan
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Flora
B. Fauna
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Lapangan
Hasil kajian dan pengamatan sekaligus penilaian lapangan, kami mengamati beberapa hal yang menjadi penilaian positif karena adanya penangkaran dan perlindungan terhadap binatang-binatang yang selama ini selalu diburu untuk kepentingan pribadi.
Beberapa hal yang harus dibenahi dari keberadaan dari kebun binatang tersebut antara lain adalah:
1. Kebersihan yang masih kurang layak untuk keberadaan kebun binatang secara nasional.
2. Binatang-binatang tidak terurus yang mengakibatkan tidak nyamannya pengunjung.
3. Jauhnya terminal bis dengan lokasi kebun binatang yang mengakibatkan kurang nyamannya para pengunjung.
B. Pembahasan Hasil Studi Lapangan
1. Latar Belakang Pendirian Gembira Loka
Proses berdirinya Gembira Loka memakan waktu relatif lama, yaitu sekitar 20 tahun. Gagasan tersebut baru dapat terealisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan mempercayakan perencanaan pembangunan Kebon Rojo kepada seorang ahli bangunan dari Belanda yang bernama ir. Karsten.
Ternyata, rencana pembangunan Kebon Rojo kembali harus tertunda akibat meletusnya Perang Dunia II yang melibatkan Belanda, sehingga berimbas pula kepada Indonesia sebagai jajahannya. Karena situasi yang tidak memungkinkan ketika itu, tertundanya rencana pembangunan Kebon Rojo tersebut berlanjut sampai dengan penjajahan Jepang di Indonesia berakhir. Baru pada tahun 1953 rencana pembanguan Kebon Rojo dapat terwujud yang ditandai dengan berdirinya yayasan “Gembira Loka Yogyakarta” melalui akte notaris rm. Wiranto Nomor 11 tanggal 10 September 1953. Maka sejak itulah rintisan berdirinya Gembira Loka Yogyakarta dimulai. Pengerjaan tanah Gembira Loka yang berlokasi di sisi barat Sungai Winongo atau masuk wilayah kampung Warungboto, pertama kali dilakukan tahun 1955. Selang empat tahun kemudian, Kgpaa Paku Alam VIII selaku ketua yayasan Gembira Loka Yogyakarta menunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pengembangan dan pembangunannya. Kgpaa Paku Alam VIII sengaja menunjuk Tirtowinoto karena dinilai memiliki minat besar untuk membantu perkembangan Gembira Loka dengan mencurahkan tenaga, pikiran dan dana dari kantung pribadi yang tidak sedikit.
Berkat ketekunan Tirtowinoto pula, Gembira Loka akhirnya mengalami kemajuan dan perkembangan pesat, terutama pada era 70 hingga 80-an. Bahkan, satwa yang dikoleksi juga semakin lengkap, sehingga pengunjung Gembira Loka sempat mencapai puncaknya pada tahun 1978 dengan datangnya satwa baru kuda nil, yaitu mencapai lebih dari 1,5 juta orang. Namun, setelah itu pengunjung Gembira Loka cenderung kian menurun, antara lain akibat krisis moneter tahun 1998. Celakanya, di tengah upaya pengelola Gembira Loka untuk menarik kembali minat pengunjungnya, tahun 2006 gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah DIY dan sekitarnya. Gembira Loka pun tidak luput dari hantaman gempa bumi yang meluluhlantakkan dan diperparah dengan lahar dingin yang membanjiri Sungai Gajah Wong sehingga sebagian besar sarana dan prasarana yang dimiliki, termasuk beberapa fasilitas pendukung lainnya rusak berat. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman, kini yayasan Gembira Loka terus berbenah. Akte berdirinya yayasan pun kemudian diperbaharui dan disempurnakan melalui notaris Tabitha Sri Jeany, S.H., mkn Nomor 19 tanggal 18 Mei tahun 2007. Bahkan yayasan Gembira Loka sekarang menggandeng PT Buana Alam Tirta untuk pengelolaan dan pengembangan gembira loka.
Kebun Binatang Gembira Loka adalah kebun binatang yang berada di Yogyakarta. Loka artinya tempat, Gembira ya gembira. Hampir setengah abad yang lalu Sri Sultan Hamengku Buwono IX mewujudkan keinginan pendahulunya untuk mengembangkan ‘Bonraja’ tempat memelihara satwa kelangenan raja menjadi suatu kebon binatang publik. Maka didirikanlah Gembira Loka diatas lahan seluas 20 ha yang separuhnya berupa hutan lindung. Disitu terdapat lebih dari 100 spesies satwa diantaranya 61 spesies flora.
Tujuan utama dari Gembira Loka sendiri merupakan suatu wadah atau tempat dimana dikumpulkan berbagai jenis tumbuhan dan hewan, dipelihara dan diperagakan untuk umum dalam rangka pegadaan sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat dalam memelihara keseimbangan kelestarian lingkungan hidup. Situasi dan kondisi Lembaga Konservasi Gembira Loka menempati area seluas 19,88 hektar. Terletak sekitar 4 km sebelah timur pusat kota Yogyakarta, terbelah oleh Sungai Gajah Wong. Area kebun raya di sebelah timur sungai terletak di wilayah kecamatan Kota Gede dan area kebun binatang terletak di bagian barat sungai termasuk wilayah kecamatan Umbulharjo.
Pada awalnya dimulai dari beberapa hewan macan tutul yang berhasil ditangkap penduduk setempat karena mengganggu desa dan sebagian berasal dari lereng Merapi yang hutannya terbakar akibat awan panas. Kebun binatang Gembira Loka kini memiliki koleksi binatang yang cukup lengkap. Setiap tahunnya ada tambahan penghuni. Sudah beberapa kali binatang gajah melahirkan anaknya, juga binatang langka Komodo telah menetaskan telurnya. Di Gembira Loka orang dapat bersuka ria dengan santai menggunakan perahu boad yang disediakan di telaga tersebut. Disamping dapat menikmati bermacam-macam jenis pohon yang tumbuh melengkapi keberadaan kebun raya.
Dengan kondisi lahan yang berkontur ditambah dengan dua danau buatan, maka menjadikan Gembira Loka sebagai taman rekreasi yang menarik.
2. Spesies Flora dan Fauna yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka
Beberapa spesies flora dan fauna yang ada di kebun binatang Gembira Loka menurut pengamatan kami adalah:
a. Spesies flora
Beberapa spesies flora yang dapat kita amati dan kenali adalah:
1) Pohon Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon jati dapat di daerah dengan curah hujan 1500 – 2000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 Celcious baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4,5 – 7 dan tidak dibanjiri oleh air. Jati memiliki daun berbentuk elips dan lebar dan dapat mecapai 30 – 60 cm saat dewasa.
2) Pohon Beringin
Beringin (Ficus benjamina) merupakan pohon besar. Diameter batang bisa mencapai 2 meter lebih, tinggi bisa mencapai 25 meter, batang tegak dan bulat, perukaan kasar, coklat kehitaman, keluar akar menggantung dari batang, daun tunggal berbentuk lonjong hijau, panjang 3 – 6 cm, buah berbentuk bulat dan kecil.
3) Pohon Damar
Pohon damar (Agathis dammara) adalah sejenis pohon tumbuhan runjung (Gymnospermae) yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Pohon Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina. Di pulau Jawa tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah pohon damar ini diolah untuk dijadikan kopal.
4) Pohon Mangga
Mangga atau mempelam adalah sejenis buah demikian pula nama pohonnya. Pohon mangga termasuk ke dalam marga mangifera, yang terdiri dari 35 – 40 anggota, dan suku anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah mangifera indica. Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 meter. Pohon mangga bisa mencapai tinggi 10 – 40 meter.
5) Pohon Nangka
Nangka adalah sejenis pohon, sekaligus buahnya. Pohon nangka termasuk ke dalam suku moraceae, nama ilimiahnya adalah artocarpus heterophiyllus, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Jackfruit.
6) Pohon Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan ternak raksasa berdaun besar memanjang dari suku musaceae. Pohon ini menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama (pisang). Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang berwarna kuning ketika matang. Meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pisang merupakan sumber energi karbohidrat dan mineral terutama kalium.
7) Dan beberapa spesies flora yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, sebagaimana menurut data informasi yang kami dapatkan dari pusat informasi ada sekitar 65 flora.
b. Spesies fauna
Beberapa spesies fauna yang dapat kita amati dan kenali adalah:
1) Ular
Ular adalah reptil yang tidak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal yang sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup.
2) Buaya
ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku crocodylidae. Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa, dan lahan basah lainnya. Namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil, dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus. Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tidak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex.Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air.
3) Gajah
Gajah (elephant) adalah mamalia darat terbesar yang masih hidup, serta famili dari ordo pachyderm dan satu-satunya famili yang tersisa dari ordo proboscidea. Terdapat dua species gajah di dunia yaitu gajah asia (elephas maximus) dan gajah afrika (loxodonta aricana).
4) Kadal
Kadal adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk kelompok reptil. Secara luas, pengertian kadal juga mencakup kelompok cicak, toke, bunglon, cicak terbang, biawak, iguana, dan lain-lain. Sedangkan secara sempit istilah kadal dalam bahasa Indonesia biasanya merujuk terbatas pada kelompok kadal yang umumnya bertubuh kecil, bersisik licin, berkilau, dan hidup di atas tanah. Jadi secara umum kadal ini mancakup jenis-jenis yang bertubuh kecil seperti kadal pasir (lygosoma), sampai ke biawak komodo (faranuskomodoensis) yang bisa mencapai panjang lebih dari 3 meter.
5) Zebra
Zebra adalah binatang dari famili kuda yang tubuhnya berbelang-belang hitam dan putih. Penyebaran habitat di Afrika Selatan, Afrika Barat dan Afrika Timur. Ada tiga jenis zebra yaitu: zebra gunung (Equus Zebra), zebra dataran (Equus Quagga) dan zebra primitif (Equus Grevyi). Belang-belang pada tubuh zebra disebabkan oleh Raihan Prhdana dapat membantu sistem pertahanan zebra terhadap predator. Belang zebra dapat membingngungkan predator. Zebra memiliki “warna disruptif” seperti beberapa katak pohon dan ular belang. Zebra yang paling besar adalah zebra Grevi. Tinggi bahunya sampai kira-kira 1,5 meter. Jenis ini hidup di Afrika bagian timur. Jenis paling kecil adalah zebra gunung yang tingginya 1,2 meter. Zebra ini hidup di pegunungan dan dataran pantai di sebelah barat daya Afrika. Salah satu perlindungan yang dimiliki oleh zebra terhadap hewan-hewan ganas ini adalah kulitnya yang bergaris-garis, yang merupakan penyamaran sehingga ia sukar dilihat.
6) Monyet
Monyet di dunia sekitar ada 264 jenis. Monyet berbeda dengan kera, monyet berekor lebih kecil. Monyet adalah hewan yang paling mudah untuk berinteraksi dengan manusia. Monyet sedikit lebih galak, apabila ia tak mengenal lawan interaksinya tak jarang ia akan menyerang dan mencakar. Monyet terbesar adalah mandrill. Banyak sekali ordo yang menyerupai monyet ini, diantaranya orang hutan dan kera, walaupun satu jenis sama-sama berkelas primata, tetapi mereka mempunyai perbedaan antara lain:
• Monyet dan orang hutan
Orang hutan sejenis dengan monyet. Masih dalam kelompok golongan primata. Hanya saja orang hutan memiliki tekstur tubuh lebih sempurna dibanding monyet. Orang hutan mempunyai tubuh yang mirip dengan manusia, karena mempunyai indra yang sama seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba. Orang hutan juga memiliki telapak tangan dan jari-jari yang mirip dengan manusia, otaknya juga besar dan dapat menggenggam layaknya manusia. Orang hutan adalah salah satu jenis primata yang pemalu. Tetapi sisi baiknya, orang hutan tidak seperti monyet, orang hutan terlihat lebih bersahabat dan mempunyai hati dalam bergaul. Orang hutan dan monyet ditemukan di wilayah hutan tropis Asia Tenggara yaitu pulau Kalimantan dan Sumatra.
• Monyet dan kera
Secara sekilas pandang monyet dan kera memang terlihat sama, akan tetapi kera berbeda dengan monyet. Dalam bentuk tubuh, kera dan monyet sama-sama berwajah kecil, tetapi dalam segi tubuh, postur tubuh kera sedikit lebih besar. Saat ini kera terancam mengalami kepunahan karena hilangnya habitat mereka akibat penggundulan hutan tidak terkendali.
7) Rusa
Rusa, sambar, atau menjangan (Bahasa Inggrisnya deer) adalah hewan mamalia pemamah biak (ruminan) yang termasuk familia Cervidae. Salah satu ciri khas rusa adalah adanya antler (tanduk rusa), dan bukan tanduk, yang merupakan pertumbuhan tulang yang berkembang setiap tahun, (biasanya pada musim panas) terutama pada rusa jantan (walaupun ada beberapa pengecualian). Ada sekitar 34 spesies rusa di seluruh dunia yang terbagi menjadi dua kelompok besar: kelompok rusa dunia lama yang termasuk subfamilia Muntiacinae dan Cervinae; serta kelompok rusa dunia baru, Hydropotinae dan Odocoilinae.
8) Beberapa macam burung
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta yang lebih tiggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis diantaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas aves.
 Evolusi dan morfologi
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabat terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Ratusan jenis burung dapat ditemukan hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuatuntuk menyobek daging (elang), mengerkah biji buah yang keras (burung manyar), runcing untuk menombak ikan (burung kormoran), pipih untuk menyaring lumpur (bebek), lebar untuk menangkap serangga terbang (burung kacamata biasa). Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
 Kebiasaan
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip dengan telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
9) Beberapa macam ikan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam, lebih dari 27.000 jenis ikan di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha), 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam barbagai bahasa daerah disebut iwak, atau jukut.jenis ikan ditinjau dari ukurannya juga bervariasi, mulai dari paus, hiu, yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira1/4 inci).
Berikut adalah beberapa jenis ikan berdasarkan tempat hidupnya:
• Ikan laut
Barakuda, hiu, tengiri, ikan kerapu, ikan kakap, ikan pipis, tongkol, terubuk, dan lain-lain.
• Ikan air payau
Bandeng (bentuk tubuhnya agak panjang).
• Ikan air tawar
Arwana, belut, betok, gurami, ikan mas, gabus, mujair, lele, tawes, nilem, molah, jelawat, semah, patin, bawal, sepat siam, betutu, sidat, sepat, dan lain-lain.
Adapun hewan-hewan berikut bukanlah termasuk jenis ikan secara harfiah. Mereka sebenarnya mamalia tetapi memiliki predikat ikan karena hidupnya di air: lumba-lumba dan ikan paus.
10) Katak
Katak adalah jenis amfibi yang lebih sering menghabiskan hidupnya di air. Katak berbentuk pendek, gembal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat, dan tak berekor (anura). Katak umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Katak mengawali hidupnya sebagai telur yang disimpan induknya di air, di sarang busa atau tempat-tempat basah lainnya.
11) Kuda nil
Kuda nil memiliki tubuh yang besar dan berat, serta kulit kelabu gelap. Kuda nil juga memiliki gading besar yang biasa digunakan untuk mempertahankan diri dari predator. Kuda nil tinggal di Afrika. Kuda nil tinggal di dekat air tawar, seperti danau dan sungai. Kuda nil adalah hewan herbivora. Kuda nil tidur di lumpur dan air, namun di malam hari kuda nil keluar untuk makan rumput. Kuda nil lebih banyak menyebabkan kematian pada manusia, mungkin karena kuda nil tersebut sangat sensitif pada para predator.
12) Tapir
Tapir adalah jenis hewan herbivora yaitu pemakan daun-daun muda dan tumbuhan-tumbuhan bawah di hutan hujan primer pada vegetasi yang padat. Penyebaran populasi tapir yaitu Asia Tenggara, sebelah selatan myanmar, sepanjang batas menuju selatan-barat Thailan, Semenanjung Malaya dan Sumatra. Dari ciri-ciri morfologinya tapir adalah hewan yang unik. Tinggi tapir mencapai kurang lebih 100 cm, panjang badan mencapai 250 cm dan berat mencapai 260 – 375 kg. Umur tapir hidup di alam bebas dengan kondisi alam atau habitat yang baik bisa mencapai 30 tahun. Tapir memiliki ciri khas yaitu bentuk hidungnya yang memanjang mirip belalai pada gajah.
13) Unta
Hewan yang satu ini memiliki keunikan tersendiri, biasanya banyak dijumpai di gurun pasir. Hewan ini diciptakan khusus untuk kondisi iklim kering, dan struktur tubuhnya tidak akan terpengaruh oleh kondisi alam paling keras sekalipun. Tubuhnya memiliki beberapa keistimewaan, yang memungkinkan unta bertahan hidup berhari-hari tanpa air dan makanan, dan mampu mengangkut beban ratusan kilogram selama berhari-hari. Punuk unta, yang berupa gundukan lemak, menyediakan sari makanan bagi hewan ini secara berkala ketika ia mengalami kesulitan makanan dan kelaparan. Bulu tebal yang menyekat panas, tidak tertembus pada tubuh unta mencegah matahari padang pasir yang terik mencapi kulitnya. Bulu ini juga menghangatkan unta dalam kondisi cuaca yang membekukan.
14) Harimau
Harimau atau macan tergolong dalam kerajaan hewan dalam filum kordata (mempunyai saraf tulang belakang), sub-filum vertebrata (bertulang belakang), kelas mamalia (berdarah panas, berbulu dengan kelenjar susu), pemakan daging karnivora), keluarga felidae (kucing), genus panthera, spesies tigris (harimau). Harimau dikenal sebagai kucing terbesar, harimau pada dasarnya mirip dengan singa ukurannya, walaupun sedikit lebih berat. Pada umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 – 320 kg dan betina berbobot 120 – 180 kg. Panjang harimau jantan antara 2,6 – 3,3 meter, sedangkan harimau betina antara 2,3 – 2,75 meter. Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan kepadatan lorengnya berbeda- beda subspesies satu dengan yang lain. Semua harimau memiliki lebih 100 loreng.
15) Jerapah
Jerapah (Giraffa Camelopardalis) adalah mamalia berkuku genap endemik afrika dan merupakan spesies hewan tertinggi yang hidup di darat. Jerapah jantan dapat mencapai tinggi 4,8 – 5,5 meter dan memiliki berat yang dapat mencapai 1.360 kilogram. Jerapah betina biasanya sedikit lebih pendek dan lebih ringan.
16) Dan beberapa binatang yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, sebagaimaana diinformasikan melalui pusat informasi bahwa kebun binatang tersebut dihuni oleh lebih dari 100 spesies.
3. Sistem Pemeliharan dan Penanggulangan Masalah
a. Sistem pemeliharaan
Sistem pemeliharaan yang diterapkan disesuaikan dengan manajement yang sudah diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kebun binatang Gembira Loka, diantaranya yaitu:
1. Penangkaran.
2. Pemberian makan diatur sesuai dengan kebutuhan hewan tersebut.
3. Penambahan penghuni.
4. Pemusanahan hewan apabila diperlukan (apabila hewan tersebut mengalami penyakit yang menular dan dapat mengakibatkan kemusnahan pada spesies hewan lainnya).
b. Sistem penanggulangan masalah
Penanggulangan masalah yang diterapkan dalam manajement kebun binatang Gembira Loka adalah:
1. Mengamati
Yang dimaksud mengamati adalah apabila terjadi hal-hal yang akan merugikan baik secra moril maupun materil maka sebelum memutusakn untuk memusnahkan diamati yerlebih dahulun dampak positif dan negatifnya permasalahan tersebut.
2. Menganalisa
Setelah mengamati secra seksama dan teliti baru menganalisa untuk mengganti atau memmpertahankan spesies yang ada dan selanjutnya dilaporkan pada badan pengawas kebun binatang tersebut.
3. Memvonis
Vonis dijatuhkan apabila sudah mendapat kesepakatan dari badan pengawas dan pemerintah daerah dengan melihat anggaran yang akan diipergunakan untuk mengganti spesies yang akan dimusnahkan.
4. Manejement Pengelolaan Kebun Binatang Secara Administratif dan Secara Penangkaran Binatang-binatang yang Dianggap Sudah Agak Punah
a. Pengelolaan kebun binatang secara administratif
Sistem pengelolaan secara administratif adalah:
1. Menempatkan petugas pada pengelolaan data baik flora dan fauna secara teliti.
2. Mencatat seluruh penghuni kebun binatang dari mulai kedatangan/kelahiran ataupun penanaman sampai pada kematian penghuni tersebut.
3. Memberikan kenyamanan kepada penghuni dengan cara mengetahui kebutuhan-kebutuhan penghunin kebun binatang dan semuanya tercatat dengan rapi dalam buku induk kebun binatang.
b. Sistem pengelolaan secara penangkaran
Penangkaran diutamakan bagi binatang-binatag yang dianggap spesiesnya sudah langka agar binatang tersebut dapat eksis dalam komunitasnya. Sedangkan untuk spesies flora diupayakan untuk pembibitan lebih diperbanyak dengan tujuan agar tidak punah.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Bertitik tolak dari latar belakang, dasar pemikiran dan observasi yang terjadi di kebun raya Gembira Loka serta kondisi nyata saat ini bahwa kebun binatang tersebut harus banyak perbaikan-perbaikan dari berbagai aspek. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa tujuan utama berdirinya kebun binatang Gembira Loka itu di utamakan untuk taman rekreasi keluarga dan perlindungan terhadap binatang-binatang yang ada, tapi hal tersebut sekarang ini sudah kurang diperhatikan..
Dengan demikian sebagai generasi penerus bangsa sudah barang tentu sangat prihatin melihat situasi dan kondisi kebun binatang tersebut saat ini.
B. SARAN
Kami berharap kepada PEMDA DIY agar kiranya dapat memberikan perhatian lebih terhadap kebun binatang Gembira Loka, mengingat kebun binatang tersebut merupakan aset PEMDA Provinsi DIY.
Mengingat bahwa kebun binatang Gembira Loka adalah aset daerah maka diharuskan adanya management baru yang dapat membawa kedalam pebaikan, baik dalam sistem pengelolaan flora dan fauna maupun sistem marketing yang akan mendongkrak pendapatan asli daerah dan pada akhirnya seluruh masyarakat DIY dapat merasakan dampak dari banyaknya pengunjung yang datang ke kebun binatang Gembira Loka.
Dan untuk mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat maka kami menyarankan agar pembaca bisa melakukan observasi langsung ke lokasi kebun binatang Gembira Loka.  
LAMPIRAN- LmpirN ( berupa gambar-gambar kegiatan studi)


DAFTAR PUSTAKA
• Sumber Buku
SMAN 1 Mangunjaya. 2011. Buku Panduan Studi Lapangan SMAN 1 Mangunjaya ke Jawa Tengan dan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010 / 2011. Mangunjaya: SMAN 1 Mangunjaya.
Tirtodiprojo, KMT.A, dkk. 2008. Panduan Satwa Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Yogyakarta: Rejeki Yogyakarta.
• Sumber Lain
http://www.faktaunik.co.cc/2011/01/fakta-unik-mengenai-buaya.html
http://www.gomong.com-Mata-hati-kita

» Read More...

Makalah Tentang Dinamika Islam dan Budaya Jawa dalam Menghadapi Modernisasi

I.         PENDAHULUAN
Islam dalam realitas konkrit ternyata berkembang dengan deret ukur perkembangan modernitas bahkan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Bagaimanapun tidak bisa dipungkiri, cepat atau lambat budaya modernitas akan menyusup ke segala wilayah kehidupan, bahkan juga menyentuh terhadap pemikiran keislaman. Modernitas sebagai penawar alternatif, harus dipahami sebagai kelanjutan wajar dan logis bagi perkembangan sejarah kehidupan manusia. Islam dan tantangan modernitas adalah tidak lepas dari upaya melihat kembali akar sejarah awal Islam yang menyertai kehidupan kaum Muslim sedunia, termasuk Indonesia dan khususnya di wilayah Jawa.
Ketika Islam masuk di Jawa, masyarakatnya sudah mempunyai kebudayaan yang amat kuat. Kita patut bersyukur bahwa sejak dahulu budaya Jawa tumbuh sebagai budaya yang memiliki sansibilitas dan fleksibilitas yang tinggi terhadap perubahan-perubahan di sekitarnya.[1] Nilai-nilai serta pemikiran-pemikiran yang terkandung di dalamnya pun tak pernah lekang oleh waktu, menjadikannya sebagai budaya yang kokoh menghadapi perubahan zaman. Namun, tentu itu semua tak lantas kita terbebas dari kewajiban kita dalam menjaga kelonggaran dalam budaya jawa.  

II.      RUMUSAN MASALAH
Pada pembahasan makalah kali ini, kami akan mencoba menjelaskan mengenai Dinamika Islam dan Budaya Jawa dalam menghadapi modernitas, dengan batasan masalah sebagai berikut :
A.       Islam dan Modernitas
B.       Kebudayaan Jawa dan  Globalisasi
C.       Modernisasi dalam Nilai Budaya Jawa Islam

III.   PEMBAHASAN
A.       Islam dan Modernitas
Dari istilah “modern”, kemudian lahirlah istilah-istilah lain, seperti: “modernisme”, “modernitas”, dan “modernisasi”.[2] Pada prinsipnya Islam secara tautologis tidak mengenal label-label apapun, seperti adanya penyebutan Islam tradisional, Islam modern dan bahkan Islam liberal. Islam sejatinya ya Islam yang bisa dipahami secara rasional dan berlaku di tempat mana pun. Namun, ketika Islam bersentuhan dengan pemahaman umat yang begitu beragam, lalu muncul label-label Islam yang sesungguhnya berakar pada bagaimana melihat Islam itu sendiri. Persoalannya adalah bagaimana memahami Islam itu berkecakupan luas, agar tidak terjebak pada pelabelan Islam yang cenderung ada kesan pengkotakan itu.
Islam dan modernitas sesungguhnya memiliki jalinan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Kendati Islam dan modernitas merupakan dua hal yang berbeda, tetapi dalam perjalanannya satu sama lain tidak dipahami secara terpisah. “Modernisasi” dipahami sebagai suatu pendekatan untuk memahami Islam agar bersentuhan dengan penemuan mutakhir manusia dibidang ilmu pengetahuan sebagai akibat “modernitas”. Islam dan modernitas dalam tingkat pemahaman menjadi sesuatu yang integral dan tidak untuk dipertentangkan, melainkan satu sama lain untuk saling melengkapi. Yang dimaksud Islam memiliki cakupan rahmatan lil ‘alamin, adalah bahwa Islam harus bisa ditampilkan dalam konteks zaman mana pun, dan dapat menyelamatkan siapa saja. Apabila Islam jika tidak disandingkan dengan gejala modernitas, maka akan mengalami krisis, dan bahkan kejemuan seiring dengan munculnya tantangan dunia modern yang tak dapat dibendung. Krisis ini begitu sangat dirasakan, karena Islam mengemban tugas untuk selalu memberikan jawaban secara tuntas.
Dalam hal ini, Islam tidak bisa didefinisikan sekadar dalam batas-batas formal. Lebih dari itu, Islam harus dipahami sebagai ajaran yang memiliki prinsip nilai-nilai universal yang membutuhkan realisasi dalam realitas konkrit. Pemahaman ini semakin meneguhkan keyakinan bahwa Islam bagaimanapun tidak bisa lepas dari gejala-gejala modernitas. Sebab, jika Islam dipisahkan dari persinggungan dengan kondisi riil yang berkembang di suatu konteks sosial, tentu sangat mustahil dan bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi dalam dunia sejarah.[3]Maka jalan satu-satunya agar Islam tidak selalu tertinggal adalah menampilkan corak penafsiran baru. Pertama, penafsiran Islam yang non-literal, substansial, kontekstual, dan sesuai dengan peradaban Islam yang sedang berkembang. Kedua, model penafsiran yang memisahkan unsur-unsur yang merupakan hasil kreasi budaya setempat, dan unsur-unsur yang merupakan nilai-nilai fundamental atau prinsip-prinsip abadi. Ketiga, umat Islam hendaknya tidak memandang dirinya sebagai “masyarakat” atau “umat” yang terpisah dari golongan lain.[4]
Namun demikian, modernisasi dengan segenap gejala-gejala barunya tidak hanya dilihat segi positifnya saja. Lebih dari itu, gejala modernitas harus dibaca secara kritis agar tidak terjebak pada budaya “kebarat-baratan”, dan pengabaian pada nilai dasar dan moralitas keislaman. Semangat moral dan kemashlahatan yang menjadi ruh ajaran Islam selalu dijadikan acuan dalam menghadapi tuntutan modernitas yang kian hari semakin menunjukkan dinamikanya.

B.       Kebudayaan Jawa dan Globalisasi
Masyarakat Jawa telah memiliki kebudayaan jauh sebelum Islam datang, dan  mengandung nilai yang bersumber pada kepercayaan animisme, dinamisme dan lain-lain. Karkono Kamajaya memberikan batasan tentang kebudayaan Jawa, yaitu perwujudan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide, maupun semangat untuk mencapai kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan lahir batin. Menurutnya, kebudayaan Jawa telah ada sejak zaman prasejarah. Dengan datangnya agama Hindu dan Islam, maka kebudayaan Jawa kemudian menyerap unsur budaya-budaya tersebut sehingga menyatulah unsur pra Hindu, Hindu-Jawa, dan Islam dalam budaya Jawa tersebut.[5]
Sedikit demi sedikit budaya Jawa yang begitu mengakar kuat sejak zaman dahulu kala hingga kini, tak dapat ditampik akan terkena juga dampak globalisasi. Era globalisasi telah membawa manusia pada kemajuan peradaban. Berbagai bentuk perubahan sosial yang menyertai era globalisasi tersebut, pada gilirannya, mempengaruhi cara pandang manusia terhadap kehidupan dan semesta. Pada era global, nilai, norma, dan cara hidup berganti begitu cepat menjadi tatanan baru yang semakin menjauhkan manusia dari kepastian moral dan nilai luhur yang telah dipegang teguh sebelumnya. Ada kecenderungan globalisasi di bidang budaya yang hendak mengikis jati diri budaya bangsa, dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang berasal dari suatu peradaban tertentu, yaitu peradaban Barat. Fenomena seperti inilah terkadang dianggap sebagai tantangan terberat yang mengancam identitas suatu bangsa, khususnya kaum muslimin.[6] Sikap masyarakat yang mulai menganggap remeh dan kuno terhadap budaya Jawa saat ini berdampak terhadap keterpurukan terhadap budaya tersebut. Keengganan tersebut dipicu perasaan masyarakat yang merasa bahwa budaya Jawa memiliki pola hidup dan sikap yang kurang tepat untuk dijunjung di era globalisasi saat ini. Ketidak pedulian inilah yang melatar belakangi semakin pudarnya kebudayaan Jawa. Mengalirnya arus budaya Barat di tengah masyarakat merupakan salah satu penyebab makin berkurangnya antusias masyarakat terhadap perkembangan budaya Jawa yang menjunjung nilai-nilai luhur. Selain itu, penanaman dan pemahaman yang minim menjadi penghambat berkembangnya budaya Jawa.
Dengan semakin memudarnya budaya Jawa mengakibatkan penanaman moral dan budi pekerti dalam masyarakat di era globalisasi cenderung terpuruk. Kurang adanya sikap menghargai baik sesame, orang tua maupun masyarakat. Keengganan tersebut juga menjadikan semakin banyaknya tindakan criminal yang terus marak diperbincangkan karena pengaruh budaya Barat yang semakin mengganas. Dari hal-hal yang kecil hingga besar, semisal cara berpakaian,cara menyapa seseorang maupun cara pergaulan dalam keluarga dan masyarakat cenderung kurang adanya sopan santun.
Penyebab memudarnya budaya Jawa di era globalisasi adalah :
a. Merebaknya budaya Barat di tengah masyarakat
b Berubahnya sikap dan pola masyarakat terhadap budaya Jawa
c. Kurangnya penanaman dan pemahaman budaya Jawa sejak dini.
Kepada masyarakat Indonesia terutama etnis Jawa hendaklah menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari budaya Jawa. Menghidupkan kembali budaya Jawa sesuai kepribadian bangsa Indonesia. [7]
Hal ini menegaskan yakni, sekalipun ilmu itu berasal dari orang yang tidak seagama dengan kita, dan berada jauh di ujung dunia kita tidak boleh membeda-bedakannya. Karena manusia yang memproduksi dan memakai hasil budaya itu adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan masyarakat lain, maka terbuka kemungkinan nilai-nilai budaya dari orang lainyang dijumpainya dan dipandang cocok.[8]
Berkaitan dengan sifat budaya yang terbuka menerima unsur-unsur lainnya, menurut Frans Magnis Suseno, bahwasanya budaya Jawa memiliki ciri khas yang lentur dan terbuka. Walaupun suatu saat terpengaruh unsur budaya lain, tetapi kebudayaan Jawa masih dapat mempertahakan keasliannya.[9]Kebudayaan jawa di tengah arus globalisasi, terutama masyarakat jawa yang masih menjunjung kebudayaan jawa tidak bisa tidak terbawa arus gelombang modifikasi budaya-budaya dari etnik-etnik yang ada d Indonesia dan bahkan belahan bumi manasaja. Masyarakat pengusung budaya jawa haruslah dapat secara kreatif memaknai perubahan zaman yang semakin hari menunjukkan geliatnya, sehingga penetrasi budaya-budaya dari luar etnik, tidak sampai mengarus nilai-nilai kejawaan itu sendiri. Jika tidak ingin kebudayaan jawa tergeser oleh perubahan-perubahan yang tidak sesuai dengan budaya timur, kita haruslah tetap bertahan pada nilai-nilai luhur yang di kandungnya sembari mengadaptasi budaya-budaya yang ada di sekitarnya, baik dalam ranah konsep maupun prilaku sehari-hari. Sebab, sesungguhnya nilai nilai filosofis budaya jawa jika di tafsirkan secara kreatif merupakan nilai-nilai yang universal.
Cara kita menanggulangi arus globalisasi tersebut salah satunya adalah dengan mengintropeksi diri. Oleh karena itu, perlunya di tingkatkan tameng diri agar tidak terbawa kearah kebobrokan, yaitu dengan kita menggunakan filsafat jawa. Sehingga jangan sampai orang jawa kehilangan kepribadiannya.
Adapun potensi falasafah jawa yang dapat digunakan sebagai tameng diri adalah sebagai berikut :[10]
1.        Ajining diri saka lathi, ajining seliro soko busana artinya nilai diri seseorang terletak pada gerakan lidahnya, nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya. Harga diri seseorang terletak pada ucapannya.
2.        Aja dhumuko, aja gumun, aja kagetan, artinya jangan sok, jangan mudah terkagum kagum, jangan mudah terkejut.
3.        Aja dhumeh, tepo seliro, ngerti kuwalat artinya jangan merasa hebat, tergantung rasa, tahu karma. Dimanapun kita berada, jangan merasa hebat, berbuat semaunya.
4.        Sugih tanpa bandha, digdoyo tanpa aji, ngalurung tanpa bala, menang tanpa ngasarake artinya kaya tanpa harta, sakit tanpa azimat, menyerang tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan.

C.       Modernisasi dalam Nilai Budaya Jawa
Daerah kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari Pulau Jawa meskipun demikian ada juga daerah-daerah yang bercirikan kejawen, sebelim terjadi perubahan status wilayah daerah itu meliputi : Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun dan Kediri. Daerah di luar daerah tersebut dinamakan pesisir dan ujung timur.
  Dua daerah bekas jajahan Kerajaan Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, yaitu Yogyakarta dan Surakarta yang merupakan pusat dari Kebudayaan Jawa.
 Masalah pembangunan dan modernisasi, yaitu suatu kelemahan  dari mental     rakyat pedesaan di Jawa yang menjadi penghambat besar dalam hal pembangunan adalah sikapnya yang pasif terhadap hidup. Kesukaan orang Jawa pada ilmu kebatinan, sikap nerima, ketabahan yang ulet dalam hal nerima tetapi lemah dalam hal berkarya.
  Adanya unsur-unsur kebudayaan dalam proses kebudayaan yaitu kebudayaan yang mudah berubah dan sukar berubah. Sistem nilai budaya keyakinan, keagamaan yang dianggap keramat, beberapa adapt yang telah mapan dan tersebar luas di masyarakat, merupakan bagian inti kebudayaan yang sulit diubah, seperti keyakinan agama, adapt istiadat maupun sistem nilai budaya. Ada pula kebudayaan yang mudah berubah seperti alat-alat atau benda-benda hasil seni budaya mudah untuk berubah.
  Nilai budaya Jawa Islam yang sulit berubah di masa modern ini adalah yang terkait dengan keyakinan keagamaan dan adapt istiadat, seperti kehidupan spiritual di era modern ini tampak mengalami peningkatan termasuk dalam kalangan masyarakat Jawa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar orang mulai merasakan dampak atau pengaruh negative dari budaya modern yang menonjolkan logika dan materi, tetapi kurang dalam nilai spiritual.[11]
Nilai spiritual itu terlihat pada acara selametan dan wetonan dengan membuat bubur abang putih. Ketenangan batin mereka terusik jika tidak melakukan selametan, apalagi yang berkaitan dengan siklus kehidupan. Kehidupan spiritual di era modern ini secara umum memang tampak mengalami peningkatan, termasuk di kalangan masyarakat jawa. Hal ini di sebabkan karena sebagian besar orang mulai merasa pengaruh negatif dari budaya modern yang hanya menonjolkan logika dan materi, tetapi kering akan nilai spiritual. Mereka cenderung mengutamakan hal yang bersifat materi dan rasional., tetapi melupakan nilai sosial dan batiniah. Sejalan dengan hal itu, maka banyak orang merindukan ketenangan batin dan larilah mereka ke ajaran agama dan kehidupan spiritual termasuk spiritualitas jawa islam, yang mulai banyak dilirik kembali oleh masyrakat modern. Kehidupan spiritual di butuhkan pula oleh manusia modern di saat terjadi persaingan ketat yang menuntut profosionalisme dan kualitas tinggi di berbagai bidang. Hal ini menyebabkan banya orang yang stres, dan mereka mencari ketenangan batin, di antaranya dengan kembai pada tradisi spiritual jawa islam. Tidak mengherankan jika di era moderen ini upacara yang sejak dulu telah mengakar di masyarakat, yang bersifat religius magis banyak dilakukan lagi, seperi ruwatan untuk membuang sial.
Adapun adat istiadat Jawa yang telah mengalami pergeseran nilai dan dipandang tidak magis lagi, tetapi sekedar bernilai seni, misalnya rangkaian acara dalam pernikahan, seperti tarub, siraman, midoduren, kacar-kucur, dan sebagainya. Dengan sifat budaya yang lentur, diharapkan nilai-nilai budaya Jawa Islam yang luhur masih dapat bertahan sewaktu harus berhadapan dengan unsur budaya modern yang global. [12]

IV. KESIMPULAN
Kebudayaan jawa yang mendapat gelar adi luhung, sangat berpengaruh di seluruh pelosok nusantara bahkan di kawasan regional asia tenggara, kebudayaan jawa menempati posisi yang sangat vital. Penyebab orang jawa di berbagi benua pasti membawa tradisi dan adat istiadatnya. Oleh karena itu, kebudayaan jawa secara aktif menyesuaikan diri dengan arus globalisasi. Perkembangan iptek yang semakin ngerisi dan cenderung kejam dan terkesan tidak manusiawi dalam era globalisasi ini, kian mendesak budaya tradisi. Akibatnya kearifan sosial dan nilai-nilai luhur budaya di tinggalkan, dan jati diri bangsa menjadi memudar.
Manusia jawa memiliki budaya dan identitas secara jelas, dan identitas budaya itu sebagai cirri khas yang di mulai sejak jaman kerajaan. Akan tetapi, di zaman sekarang identitas tersebut telah banyak berubah seiring dengan adanya pengaruh budaya luhur, sehingga budaya jawa mengalami erosi. Maka muncullah istilah ”wong jawa ilang jawane” aritinya banyak orang jawa yang kehilangan identitas primernya seperti : filsafah ungguh unguh (saling menghormati), tradisi budaya, penggunaan bahasa, dsb. Oleh karena itu kita harus eling lan waspada sesuai dengan falsafah jawa. Dunia berkembang kita ikut berkembang tapi tidak meninggalkan kepribadian diri (harga diri).

V. PENUTUP
Demikianlah pemaparan makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan (materi) maupun dari segi sistematika penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Amin.




DAFTAR PUSTAKA

Amin, M.Darori. 2000.Islam dan Kebudayaan Jawa.Yogyakarta:Gama Media
Kamajaya, Karkono. 1995. Kebudayaan Jawa : Perpaduannya dengan Islam. Yogyakarta:IKAPI
Zaqzuq, Mahmud Hamdi. 2004. Reposisi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta:Pustaka Pesantren
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Jawa di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1972
http://sadewalima.blogspot.com/2010/01/modernisasi.html
http://muhzaini.blogspot.com/2010/05/islam-dan-tantangan-modernitas-oleh.html
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-modernisasi.html
http://islamdanbudayajawa.google.com

» Read More...

Makalah Tentang Kebudayaan Suku Bali

1.    IDENTIFIKASI

Suku bangsa Bali merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaannya. Sedangkan kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama.
Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu diberbagai daerah di Bali dalam zaman Majapahit dahulu, menyebabkan adanya dua bentuk masyarakat di Bali ialah masyarakat Bali-Aga dan Bali Majapahit (wong Majapahit). Masyarakat Bali-Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri.
Bahasa Bali termasuk keluarga bahasa-bahasa Indonesia. Dilihat dari sudut perbendaharaan kata-kata dan strukturnya, maka bahasa Bali tak jauh berbeda dari bahasa-bahasa Indonesia lainnya. Peninggalan-peninggalan prasasti di zaman Bali-Hindu menunjukkan adanya suatu Bahasa Bali kuno yang agak berbeda dengan Bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali kuno itu, disamping mengandung banyak kata-kata sansekerta, Bahasa Bali mengenal pula apa yang disebut “perbendaharaan kata-kata hormat”. Bali didapati juga sejumlah hasil-hasil kesusastraan Jawa kuno (kawi) baik dalam bentuk puisi maupun prosa-prosa.

2.    BENTUK DESA
Desa di Bali adalah terutama didasarkan atas kesatuan tempat sebagian dari tanah diwilayahnya adalah milik para warga desa sebagai individu, tetapi sebagian lagi adalah tanah yang ada dibawah hak ulayat.
Disamping kesatuan wilayah, maka sebuah desa merupakan kesatuan keagamaan yang ditentukan oleh suatu Komplek kuil desa yang disebut Kayangan tiga ialah Pura Puseh, Pura Bale-Agung, dan Pura Dalem.

3.    MATA PENCAHARIAN HIDUP
Mata pencaharian pokok dari orang Bali adalah bertani, dapat dikatakan 70% dari mereka berpenghidupan bercocok tanam, dan hanya 30% hidup dari peternakan, berdagang, menjadi buruh, pegawai atau lainnya.
Subak mempunyai pengurus yang dikepalai oleh Klian Subak, anggota, serta bagian-bagian bawahan yang mengatur pengairan serta penanaman pada wilayah sawah tertentu. Disamping itu Subak mempunyai juga upacara-upacara serta tempat pemujaan sendiri.

4.    SISTEM KEKERABATAN
Perkawinan merupakan sutu saat yang amat penting dalam kehidupan orang Bali, karena dengan itu barulah ia dianggap sebagai warga penuh dari masyarakat.
Menurut anggapan adat yang lama dipengaruhi oleh sistem klen-klen (dadia) dan sistem kasta-kasta (wangsa), maka perkawinan itu sedapat mungkin dilakukan diantara warga se-klen.
Bentuk perkawinan yang dianggap pantang adalah perkawinan bertukar antara saudara perempuan dengan saudara laki-laki isteri (Makedengan ngad), karena perkawinan yang demikian itu dianggap mendatangkan bencana (panes).
Pada umumnya, seorang pemuda Bali itu dapat memperoleh isteri dengan dua cara yaitu, dengan cara meminang (memadik, ngidih) kepada keluarga seorang gadis, atau dengan cara melarikan seorang gadis (mrangkat, ngrorod).
Sesudah perkawinan. Suami-isteri baru biasanya menetap secara vertikal di Kompleks Perumahan (uma) dari orang tua si suami, walaupun tidak sedikit juga suami-isteri baru yang menetap secara nelokal dan mencari atau membangun rumah baru. Sebaliknya, ada pula suatu adat perkawinan dimana suami-isteri baru itu menentang secara uxorilokal di Komleks Perumahan dari keluarga si isteri (nyeburin).

5.    SISTEM KEMASYARAKATAN
Disamping kelompok-kelompok kerabat patrilinear yang meningkat orang Bali berdasarkan atas prinsip keturunan, ada pula bentuk kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah, ialah desa.
Banjar dikepalai oleh seorang kepala yang disebut Klian Banjar (Kliang). Ia dipilih untuk suatu masa jabatan yang tertentu oleh warga Banjar.
Klen kecil dan klen besar, tiap-tiap keluarga batih maupun keluarga luas, dalam sebuah desa di Bali harus memelihara hubungan dengan kelompok kekerabatannya yang lebih luas, ialah klen (tunggal dadia). Struktur dari tunggal dadia ini berbeda-beda di berbagai tempat di Bali.
Disamping itu ada lagi Kelompok Kerabat yang lebih besar yang melengkapi beberapa Kerabat tunggal dadia (sanggah) yang memuja kuil leluhur yang sama disebut kuil (pura) paibon atau panti.
Dalam kehidupan Kemasyarakatan desa di Bali ada organisasi-organisasi yang bergerak dalam lapangan hidup yang khusus, ialah Organisasi seko. Ada seka-seka yang fungsinya adalah menyelenggarakan hal-hal atau upacara-upacara yang berkenaan di desa, misalnya seka baris (perkumpulan tari baris), seka truna (perkumpulan para pemuda) seka daha (perkumpulan gadis-gadis). Seka dalam arti ini tentu sifatnya permanen, tetapi ada juga seka-seka yang bersifat sementara, ialah seka-seka yang didirikan berdasarkan atas suatu kebutuhan tertentu, seperti misalnya seka memula (perkumpulan menanam), seka manyi (perkumpulan menuai), seka gong (perkumpulan gamelan) dan lain-lain.
Dalam kehidupan berkomuniti dalam masyarakat desa di Bali, ada beberapa macam cara dan sistem gotong royong, ialah antara individu dan individu, atau antara keluarga dan keluarga. Gotong royong serupa itu disebut nguopin dan meliputi Lapangan-lapangan aktivitas disawah (seperti menanam, menyiangi, panen dsb).
Sistem pelapisan di masyarakat Bali didasarkan atas keturunan-keturunan, karena itu tak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai Kelompok-kelompok Kerabat yang bersifat patrilinear.
Susunan tinggi-rendah dari klen-klen di daerah dataran tampak pada gelar-gelar yang dipakai oleh warganya di depan nama mereka. Gelar itu digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan sistem pelapisan wangsa. Sistem ini terpengaruh oleh sistem kasta yang termaktub dalam kitab-kitab suci agama hindu kuno, ialah sistem keempat kasta : Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra. Di Bali wangsa-wangsa dalam sistem pelapisan mempunyai sebutan yang sama, ialah Brahmana, Satrya, Waisya dan Sudra, sedangkan ketiga lapisan yang pertama sebagai kesatuan disebut Triwangsa.
Gelar-gelar warga klen-klen Brahmana adalah Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk wanita, gelar bagi warga klen-klen Satria adalah Cokordo, dan bagi warga klen-klen Waisya adalah Gusti.

6.    AGAMA
Sebagin besar dari orang Bali menganut agama Hindu-Bali. Walaupun demikian, ada pula suatu golongan kecil orang-orang Bali yang menganut agama Islam, Kristen, dan Katolik.
Didalam kehidupan keagamannya, orang yang beragama hindu percaya akan adanya suatu Tuhan dalam bentuk Konsep Trimurti, Yang Esa, Trimurti ini mempunyai tiga wujud Wisnu yang melindungi serta memelihara, dan wujud Siwa. Agama Hindu juga menganggap penting Konsep mengenai roh abadi (atman) adanya buah dari setiap perbuatan (Karmapala), kelahiran kembali dari jiwa (punarbawa) dan Kebebasan jiwa dari Lingkaran Kelahiran kembali (moksa). Semua ajaran-ajaran itu termaktub dalam sekumpulan kitab-kitab suci yang bernama Weda.
Tempat melakukan ibadat agama di Bali pada umumnya disebut pura. Tempat ibadat ini berupa     
sekomleks bangunan-bangunan suci yang sifatnya berbeda-beda. Ada yang bersifat umum, artinya untuk semua golongan seperti Pura Besakih, yang ada hubungan dengan kelompok sosial setempat seperti Pura Desa (Kayangan Tiga), yang berhubungan dengan organisasi dan kumpulan-kumpulan khusus seperti Subak dan seka, kumpulan tari-tarian dan ada yang merupakan tempat pemujaan Leluhur dari klen-klen besar.
Di Bali dipakai dua macam tanggalan, yaitu tanggalan Hindu Bali dan tanggalan Jawa Bali. Sistem Kalender Hindu Bali bersdasarkan atas Purnama Tilem, dipakai pada perayaan pura-pura di berbagai daerah di Bali, tetapi di seluruh Bali di rayakan tahun baru saka yang jatuh pada tanggal 1 dari bulan Kesepuluh (kedasan) dan perayaan itu disebut Nyepi. Sehari sebelum hari tahun lama berakhir, pada kesembilan (tilem kesonga), diadakanlah upacara Karbon (pencaruan yang bersifat buta yaajna). Pada hari tahun barunya orang pantang melakukan api. Hari berikutnya, hari tahun baru kedua disebut ngembak geni. Orang boleh menyalakan api, tetapi masih pantang bekerja.
Sistem Tanggalan Jawa Bali terdiri dari 30 uku, masing-masing tujuh hari lamanya, sehingga jumlah seluruhnya adalah 210 hari raya Galungan dan Kuningan, yang jatuh pada hari Rabu dan Sabtu dari uku Galungan dan uku Kuningan.
Dilihat dari segi keseluruhannya di Bali terdapat lima macam upacara (panca yadna) yang masing-masing berdasarkan atas salah satu dari kedua sistem tanggalan tersebut diatas.
Pada umumnya apabila orang-orang menyelanggarakan upacara dan keagamaan yang terutama yang besar-besar, maka penuntun dan penyelesaian upacara itu, dilakukan oleh seorang pemimpin agama yang telah dilantik menjadi pendeta dan yang pada umumnya disebut Sulinggih. Mereka itu juga disebut dengan istilah-istilah khusus yang tergantung dari klen atau kasta mereka. Misalnya istilah pendenda adalah untuk pendeta dari kasta Brahmana, baik yang beraliran Siwa maupun Budha ; istilah resi adalah untuk pendeta dari kasta Satria dan sebagainya.
Kuil-kuil dan tempat-tempat pemujaan umum seperti Kuil Desa, Kuil Banjar, Kuil Subak dan sebagainya biasanya dipelihara oleh pejabat-pejabat agama yang disebut pemangku.


» Read More...

Makalah Tentang Bahaya Merokok Bagi Kesehatan

MAKALAH BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN TUBUH MANUSIA


Disusun Oleh:
Moh. Muqorrobin 3AV 21


Guru Pembimbing Dra. Dwi Emi R.

SMK Negeri I Sidoarjo
Tahun Pelajaran 2008 - 2009


KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini saya membahas “Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Tubuh”, suatu permasalahan yang sering dilupakan oleh banyak orang. Padahal dapat menimbulakan permasalahan yang cukup besar.
Makalah ini sengaja saya buat untuk kembali mengingatkan masyarakat bahwa merokok memiliki efek yang besar bagi kesehatan tubuh.Selain itu semoga setelah membaca makalah ini masyarakat tahu mengapa rokok tidak baik bagi kesehatan tubuh mereka.
Dalam proses pendalaman materi bahaya rokok ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya saya sampaikan pada :
• Dra. Dwi Emi R. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3AV
• Rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Demikian makalah ini saya buat semoga membawa manfaat,

Sidoarjo, 13 Januari 2009
Penyusun



Moh. Muqorrobin










DAFTAR ISI


Kata Pengantar ……………………………………………………………………. i
Daftar Isi ………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
2. Tujuan …………………………………………………………………….. 1
3. Batasan Masalah ………………………………………………………….. 1
4. Sistematika Penulisan …………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………. 3
1. Umum ……………………………………………………………………... 3
2. Zat – zat Beracun Yang Terdapat Dalam Rokok dan Dampaknya ……….. 3
3. Beberapa Penelitian Tentang Rokok ……………………………………… 4
4. Hambatan …………………………………………………………………. 5
5. Cara Mengatasi Permasalahan Yang Ada ………………………………… 5
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………. 6
1. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 6
2. Saran ………………………………………………………………………. 6
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 7

BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang

Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan. Mulai dari berolahraga, membaca, menulis, mengarang,dan sebagainya.Di antara sekian banyak kebiasaan manusia, ada salah satu kebiasaan manusia yang sangat merugikan bagi kesehatan mereka.Anehnya, kebiasaan yang tidak baik ini sering dilakukan oleh masyarakat kita, yakni kebiasaan merokok.
Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita,meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah.Hal ini sangat memprihatinkan, karena sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat beracun yang nantinya akan mengganggu kesehatan tubuh kita.
Untuk itu dengan dibuatnya makalah ini diharapkan warga masyarakat dapat sadar dan segera meninggalkan atau mengurangi kebiasaan mereka yang tidak baik.Karena bagaimanapun juga dampak rokok bagi kesehatan pelaku (perokok aktif) maupun kesehatan orang yang terkena paparan asap rokok perokok aktif (perokok pasif) sangat besar,karena zat beracun yang terkandung di dalamnya.

2. Tujuan

Melihat semakin banyaknya jumlah perokok setiap tahunnya, yang nantinya dampak negatifnya akan kita rasakan juga baik cepat ataupun lambat. Sehingga dengan dibuatnya makalah ini masyarakat diharapkan dapat:
a. Mengetahui tentang seluk beluk rokok dan zat racun yang dikandungnya
b. Mengetahui seberapa besar dampak rokok bagi kesehatan tubuh
c. Mengurangi bahkan berhenti merokok setelah mengetahui dampak yang di timbulkan

3. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah menjadi lebih fokus dan berbobot, di dalam makalah ini akan membahas “Bahaya rokok bagi kesehatan tbuh kita”.

4. Sistematika Penulisan

Adapun sitematika penulisan makalah ini yaitu:
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan penjelasan – penjelasan tentang “Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Kita” yang meliputi zat - zat beracun yang terdapat dalam rokok dan dampaknya,beberapa penelitian tentang rokok,hambatan, dan cara mengatasi permasalahan yang ada.

BAB III PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari isi makalah dan saran yang saya sampaikan kepada pembaca makalah ini.Semoga membawa manfaat

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

Uraian Umum

1. Umum

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari seconhandsmoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau bisa disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkeh dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan tambakau tanpa asap (tembakau kunyah).
Dari hari ke hari jumlah perokok kian bertamabah. Hal inilah yang nantinya akan membuat suatu malapetaka yang besar bagi kesehatan tubuh kita.

2. Zat - zat Beracun Yang Terdapat Dalam Rokok dan Dampaknya
Sebagaimana kita ketahui di dalam asap sebatang rokok yang dihisap oleh perokok, tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol,ortokresoldan perylene adalah sebaian dari beribu – ribu zat di dalam rokok. Tapi diantara zat – zat yang disebutkan tadi, ada 3 zat yang paling berbahaya yang terkandung di dalam sebatang rokok. Zat – zat itu adalah:

a. Tar
Zat berbahaya ini berupa kotoran pekat yang dapat menyumbat dan mengiritasi paru - paru dan sistem pernafasan, sehingga menyebabkan penyakit bronchitis kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus menyebabkan kanker paru - paru ( penyakit maut yang hampir tak dikenal oleh mereka yang bukan perokok ).Racun kimia dalam TAR juga dapat meresap ke dalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan di urine.TAR yang tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker kantung kemih. Selain itu Tar dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel - sel darah merah untuk membawa Oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap sistem peredaran darah.

b. Nikotin
Adalah suatu zat yang dapat membuat kecanduan dan mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung ( melebihi detak normal ) , sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung.Selain itu zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti orang, karena dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Selain itu Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi.

c. Karbon Monoksida (CO)
Zat ini dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel - sel darah merah untuk membawa Oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap sistem peredaran darah.Selain itu, karbonmonoksida memudahkan penumpukan zat - zat penyumbat pembuluh nadi, yang dapat menyebabkan serangan jantung yang fatal selain itu juga dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah di kaki.Efek terakhir ini membuat para wanita perokok lebih beresiko ( daripada wanita non perokok ) mendapat efek samping berbahaya bila meminum pil kontrasepsi ( pil KB).Karena itulah sebabnya mengapa para dokter kandungan ( ginekolog ) umumnya segan memberi pil KB pada wanita yang merokok.

3. Beberapa Penelitian Tentang Rokok
Menurut Menteri Kesahatan Indonesia Tahun 2004 Bapak Dr. Achmad Sujudi, kebiasaan merokok di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentase penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi (dibakar) pada tahun 2002 sebanyak 182 milyar batang rokok setiap tahunnya setelah Republik Rakyat China (1.697.291milyar), Amerika Serikat (463,504 milyar),Rusia (375.000 milyar) dan Jepang (299.085 milyar).
Selain itu, dalam laporan yang baru saja dikeluarkan WHO berjudul “Tobacco and Poverty : A Vicious Cycle atau Tembakau dan Kemiskinan : Sebuah Lingkaran Setan” dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tanggal 31 Mei 2004, membuktikan bahwa perokok yang paling banyak adalah kelompok masyarakat miskin. Bahkan di negara-negara maju sekalipun, jumlah perokok terbanyak berasal dari kelompok masyarakat bawah. Mereka pula yang memiliki beban ekonomi dan kesehatan yang terberat akibat kecanduan rokok. Dari sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya di negara – negara berkembang.
Hasil penelitian itu juga menemukan bahwa jumlah perokok terbanyak di Madras, India justru berasal dari kelompok masyarakat buta huruf. Kemudian riset lain membuktikan bahwa kelompok masyarakat termiskin di Bangladesh menghabiskan hampir 10 kali lipat penghasilannya untuk tembakau dibandingkan untuk kebutuhan pendidikan. Lalu penelitian di 3 provinsi Vietnam menemukan, perokok menghabiskan 3,6 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk pendidikan, 2,5 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan dengan pakaian dan 1,9 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk biaya kesehatan.


4. Hambatan
Dalam prakteknya di lapangan, tidak mudah untuk menerapkan peraturan yang melarang tentang merokok. Karena hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
- Masih minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya rokok bagi kesehatan tubuh mereka, sehingga sulit diadakannya pembinaan untuk mereka.
- Kurangnya sosialisasi dari instansi terkait mengenai bahaya merokok, sehingga masyarakat tidak tahu seberapa besar bahaya rokok bagi kesehatan mereka.
- Kurang ketatnya pengawasan terhadap peredaran rokok di negara kita, sehingga jumlah produsen rokok meningkat.

5. Cara Mengatasi Permasalahan Yang Ada
Beberapa cara yang dapat kita lakukan supaya kit adapt terhindar dari bahaya asap rokok adalah sebagai berikut :
a. Tarbiyah atau pedidikan keimanan yang sungguh – sungguh untuk setiap individu masyarakat agar mereka sadar betapa bahaynya menghisap rokok.
b. Adanya teladan yang baik bagi sang anak baik di rumah, di sekolah, maupun di sekitar lingkungannya.
c. Melarang Oknum guru untuk merokok di depan siswa saat mengajar.Mengapa? karena kita ketahui bahwa tugas guru adalah sebagai suri tauladan bagi siswanya di sekolah. Jadi wajar saja kalau guru harus memberi contoh yang baik bagi siswanya.
d. Penyuluhan yang gencar dan intensif dari Instansi terkait. Dengan jalan ini diharapkan jumlah perokok akan berkurang, karena mereka memperoleh pengetahuan langsung tentang bahaya rokok bagi kesehatan mereka.
e. Menciptakan Undang – Undang seperti yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentang larangan merokok di tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, taman bermain, dan sebagainya. Dan bagi yang melanggar akan dikenakan sangsi atau denda sejumlah 50ribu rupiah.
f. Menyebarluaskan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang haramnya rokok. Karena dengan jalan ini masyarakat akan berfikir lagi untuk merokok.


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Melihat kenyataan yang ada pada uraian sebelumnya, dapat dikatakan rokok itu lebih banyak mudharatnya (dampak negatifnya) dari pada dampak positifnya. Apabila hal ini dibiakan terus berlangsung, maka akan mengakibatkan permasalahan yang serius pada kesehatan tubuh manusia. Dan seharusnya masyarakat sadar akan bahaya merokok bagi kesehatan tubuh mereka.Namun hal itu masih sulit dilakukan di Indonesia.

2. Saran

Setelah membaca makalah ini, semoga masyarakat dapat tersadarkan akan bahaya rokok bagi kesehatan mereka dan segera meninggalkan kebiasaan merokoknya, supaya kesehatan mereka tetap terjaga dan nantinya menjadikan tubuh mereka sehat bugar dan terhindar dari penyakit yang mengancam jiwa mereka.


DAFTAR PUSTAKA

1. Amalia,http://www.pdgionline.com/web/index.php?option=content&task=view&id=310&Itemid=1
2. Tempo,Interaktif Jakarta
3. www.google.com

» Read More...

Popular Posts

Pengikut