Makalah Tentang "Monumen Nasional"
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
tanggal 17 Agustus 1961 dimulai pembangunan Monumen Nasional. Monumen
ini tidak hanya sekedar tugu yang menampilkan keindahan fisik, namun
menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang untuk mengenang
perjuangan merebut kemerdekaan serta sumber semanggat untuk tetap
mempertahankan kemerdekaan. Dan sebagai ungkapan rasa terima kasih
bangsa kepada perjuangan dan pengorbanan patriot bangsa yang telah
tiada,
Namun,
monument nasional (Monas) kurang menarik bagi generasi muda sekarang
padahal Monas merupakan symbol yang merefleksikan tentang sejarah
perjuangan bangsa yang harus terus dikenang. Monas merupakan identitas
bangsa Indonesia dan masyarakat seharusnya lebih mengenal monas. Atas
dasar permasalahan itulah, penulis akan menjabarkan tentang sejarah
monas dan solusi agar monas lebih dikenal oleh masyarakat sebagai objek
wisata sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembangunan Monas?
2. Bagaimana Pelaksanaan Penbangunan Tugu Monumen Nasional?
3. Apa saja Bagian-Bagian Monumen Nasional?
4. Apa Makna Simbol-Simbol Monumen Nasional?
5. Apa Kelebihan dari Monas?
6. Apa kekurangan dari Monas?
7. Solusi untuk mengembangkan Monas?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui penyebab berkurangnya minat masyarakat terutama para generasi muda untuk mengunjungi objek wisata bersejarah.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data untuk makalah ini adalah dengan:
- Metode observasi, mengamati pengunjung dan keadaan dikawasan objek wisata.
- Metode Interview, dengan mewawancarai pengunjung dan pengelola objek wisata bersejarah Monas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pembanguan Monumen Nasional
Guna
mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa
Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk
membangkitkan semanggat patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan
datang, maka dibangunlah suatu tanda peringatan yang bentuk tugu yang
Kemudian diberi nama Monumen Nasional.
Tugu atau Monumen Nasional memiliki cirri tersendiri. Arsitektur dan dimensinya melambangkan kias
kekhususan Indonesia. Bemtuk yang paling menonjol adalah menjulang
tinggi dan palataran cawan yang laus mendatar. Di puncak Tugu api
menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad dan semangat bangsa
Indonesia yang tak pernah surut berjuang sapanjang mas. Angka-angka
keramat bangsa Indonesia. 17-8-45 diabadikanpada Monumen ini.
Bentuk
dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri di
plaza bagian utama Taman Monumen Nasional, orang dapat menikmati
pemandangan indah sejuk yang mempesona, berupa taman dan kolam air
mancur. Disini orang dapat
memasuki terowongan sepanjang 95 meter, tiga meter di bawah jalan silang
Monas yang berpagar “Bambu Runcing”, mengingatkan pada model senjata
bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Lokasi
pembangunan Tugu Nasional disepakati didirikan di Lapangan Merdeka.
Mengingat Lapangan Merdeka terletak di jantung Ibukota Jakarta, seluas
cukup ideal dan dikelilingi oleh gedung-gedung Pemerintah. Selain itu
lapangan Merdeka mempunyai nilai sejarah, dimana Bangsa Indonesia
mengalami cobaab (testcase)
pada tanggal 19 september 1945 pada waktu mengadakan rapat raksasa di
lapangan IKADA (Sekarang Lapangan Merdeka) untuk menyatakan kebulatan
tejad menggalang persatuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terhadap
penjajah di bawah tekanan penjagaan Jepang yang oada waktu itu dengan
sangkur terhunus.
Demikian
pula halnya Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk
didirikan Tugu Nasional, karena Jakarta bukan saja sebagai Ibukota Pusat
Pemerintahan Republik Indonesia, tetapi sebagai kota Proklamasi. Di
Jakrtalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdakaan Indonesia. Di kota ini pula pada tanggal 19
september 1945 ratusan ribu rakyat Indonesia tanpa takut dan gentar
menghadapi todongan sangkur dan kepungan mobil berlapis baja tentara
Jepang menyatakan kebulatan tekad kepada dunia untuk merdeka dan hanya
mengakui Pemerintah Republik Indonesia di lapangan Merdeka.
Gagasan
awal pembangunan Monumen Nasional muncul setelah sembilan tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Atas dasar keinsyafan
beberapa orang, selang beberapa hari setelah perayaan Hari Ulang Tahun
Kemerdekan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah “ panitia Tugu
Nasional” yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas tersebut.
Panitia ini dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, S. Suhud selaku Penulis,
Sunali Prawirosudirjo selaku Bendahara dan dibantu oleh 4 orang anggota
masing-masing Supeno, K.S wijoto, E.F. Wenas dan Sudiro.
Tugas
panitia adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penbagunan Monumen Nasional yang akan didirikan di tengah-tengah
Lapangan Medan Merdeka Jakarta. Termasuk mengumplkan biaya pembangunan
yang harus dikumpulkan dari masyarakat sendiri.
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Monumen Nasional adalah:
- Memperingati dan mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang mewujudkan Revolusi Nasional;
- Mencerminkan jiwa dan perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi keagungan Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (Ditampilkan dalam bentuk Tuguyang menjulang ke angkasa dengan puncak api yang tak kunjung padam);
- Memberikan inspirasi dalam mendidik generasi sekarang dan akan datang mengenai arti kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan martabat Bangsa Indonesia;
- Memperkenalkan Tugu Nasional kepada dunia Internasional, secara keseluruhan sebagai salah unsur objek wiasata.
2.2 Pelaksanaan Penbangunan Tugu Monumen Nasional
Pembangunan Tugu Monumen Nasional dilaksanakan melalui tiga tahap sebagai berikut :
2.3 Bagian-Bagian Monumen Nasional
- Pintu Gerbang Utama.
Dengan berjalan di atas plaza di Taman Medan Merdeka Utara, para
pengunjung akan menikmati pemandangan taman dan air mancur yang ada
disana. Kemudian setelah melewati patung pangeran Diponegoro, turun
masuk kedalam terowongan yang melintas di jalan silang Monas dan keluar
tepat di halaman Tugu Monumen Nasional yang sekelilingnya berpagar besi
berbentuk “Bambu Runcing”
- Ruang Museum Sejarah
Ruangan
ini terletak 3 meter di bawah halaman Tugu Monumen Nasional, sedangkan
atap Museum terletak 5 meter di atas halaman Tugu. Luas ruangan ini 80 x
80 m dan tinggi langit-langit 8 m. seluruh dinding, tiang-tiang dan
lantai berlapis marmer. Pada keempat sisi dinding masing-masing terdapat
12 buah jendela kaca (diorama). Dari masing-masing jendela kaca itu
dipertunjukan adegan-adegan peristiwa Sejarah Bangsa Indonesia diawali
dengan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia purba sampai Orde Baru.
Konsepsi sejarah yang menelusuri adegan itu bahwa Perjuangan Nasional
Indonesia sejak masa awal hingga sekarang adalah kemerdekaan,
persatuan, kesejahteraan dan keadilan social. Adegan-adegan yang ada
disini menggambarkan tujuan itu.
- Ruang Kemerdekaaan
Ruang
Kemerdekaan berada di dalam Cawan Tugu Monumen Nasional. Ruang
kemerdekaan ini berbentuk amphitheater tertutup dimana para pengunjung
sambil duduk dengan tenang dan jhidmat dapat merenungkan dan meresapkan
hiknah Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada keempat dinding yang berada di
tengah ruangan ini terpasang empat buah atribut Kemerdekaan Bangsa
Indonesia, yaitu:
a. Pada dinding sebelah Timur : Teks Proklamasi Republik Indonesia.
b. Pada dinding sebelah Utara : peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbuat dari perunggu dan dilapis emas murni.
c.
Pada dindind sebelah Barat : terdapat lemari berbentuk pintu gapura
yang terbuat dari perunggu ukir dan dilapisi emas murni. Didalamnya
terdapat peti kaca untuk menyimpan naskah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
d.
Pada dinding sebelah Selatan : lambing Negara Kesatuan Republik
Indonesia berbentuk “ Bhineka Tunggal Ika “ yang mengandung ideologi
Negara Pancasila.
- Pelataran Cawan.
Peralatan
cawan berbentuk segi empat yang melingkari badan Tugu Monumen Nasional.
Pelataran cawan ini berukuran 45 m x 45 m dan berada di ketinggian 17
m. Dari pelataran cawan ini pengunjung dapat melihat keindahan Taman
Merdeka.
- Pelataran Puncak Tugu Monumen Nasional.
Pelataran
puncak Tugu Monumen Nasional terletak pada ketinggian 115 m yang
berukuran 11m x 11 m. dari pelataran ini pengunjung dapat menikmati
panorama Ibukota Jakarta.
Dengan menggunakan elevator berkapasitas 11 orang . pelataran puncak ini dapat dicapai dalam waktu beberapa detik saja.
Dalam keadaan darurat dapat dipergunakan anak tangga dari besi yang melingkari diseliling lift.
- Lidah Api Kemerdekaan
Lidah
Api kemerdekaan terletak di atas atap pelataran puncak Tugu terbuat
dari perunggu seberat 14,5 ton berbentuk kerucut dengan tinggi 14 m yang
dilapisi dengan 50 kg emas murni. Mesin lift ditempatkan didalam rongga
lidah api.
Ketinggian
Tugu dari halaman Tugu sampai titik puncak lidah api 132 m, sedangakan
tinggi dari peralatan puncak sampai titik puncak lidah api adalah 17m.
Untuk menjaga keamanan Tugu dari petir , pada titik puncak lidah api dipasang tiang penangkal petir.
Wujud
Tugu yang menjulang ke angkasa dengan Puncak Api yang Tak Kunjung Padam
mencerminkan jiwa perjuangan dalam menegakan semangat dan mempertinggi
keagungan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia.
- Kolam Pendingin
Kolam pendingin berukuran 45 m x 45 m merupakan bagian dari system pendinginan udara didalam bangunan Tugu.
Air mancur yang terdapat dalam kolam itu mempunyai dua fungsi, pertama untuk mendinginkan air yang telah dipakai untuk AC dan kedua sebagai fungsi penghias Taman Medan Merdeka
- Ruang Mesin
Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin udara (AC) dibuat gardu induk dalam bangunan tersendiri dibawah tanah (bunker) disisi utara Taman Medan Merdeka.
- Patung Diponegoro
Keberadaan
patung diponegoro dibagian Utara Taman Medan Merdeka menambah keagungan
dan keanggunan terdendiri terhadap bagunan Tugu Monumen Nasional.
Patung yang dibuat pemahat Italia Prof. Cobertaldo ini adalah sumbangan
Konsul Jendral Kehormatan Indonesia, Dr. Mario Pitto sebagai penghargaan
dan tanda terima kasih serta kekagumannya terhadap bangsa Indonesia.
2.4 Makna Simbol-Simbol Monumen Nasional
- Monumen Soekarno Hatta
Monument Soekarno-Hatta terdiri dari 4 (empat) bagian, yakni :
- Patung Bung Karno:
- Patung Bung Hatta:
- Naskah Proklamasi
- Eleman latar belakang
- Patung Bung Karno Dan Bung Hatta
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta dibuat dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
- Bung Karno dan Bung Hatta adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
- Keagungan dan Kebesaran Proklamasi yang mempunyai makna penting bagi Kemerdekaan Bangsa.
Penciptaan
Patung Bung Karno Dan Bung Hatta mencerminkan kedua pertimbangan
tersebut diatas. Suasana yang ingin dicapai adalah keagungan
Proklamasi,kebesaran cita-cita untuk Merdeka dan penghargaan bangsa
terhadap perjuangannya.
Patung
Bung Karno Dan Bung Hatta dengan ketinggian masing-masing 4,60 m dan
4,30 m dibuat dari perunggu dengan berat masing-masing 1,2 ton.
- Naskah Proklamasi
Naskah
Proklamasi di ukir pada perunggu seberat 600 kg dengan pembesaran 200
kali dari aslinya dan berukuran 290 cm x 196 cm. Naskah Proklamasi ini
dibuat ntiga dimensi dengan tekukan-tekukan yang mengesankan karakter
dari lipatan-lipatan kertas pada naskah asli.
- Elemen Latar Belakang
Dasar
bentuk elemen Latar Belakang adalah Segi Tiga merupakaan bentuk paling
sederhana tetapi kokoh karena ketiga sisinya saling bertumpu, mempunyai
dasar, sisi tegak dan puncak. Dalam kehidupan tradisional Indonesia
berbentuk segi tiga ini sangat popular, seperti bentuk tumpal,
pegunungan yang merupakan perwujudan dari gunung, pohon, atau api.
Selain
itu, bilangan tiga dinyatakan jiga pada tiang jalan tapak yang
menghubungkan Plaza dengan Gedung Perintis Kemerdekaan dan kedua jalan
besar. Dalam hubungan ini, bilangan tiga bias melambangan hubungan
antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan
penciptaNya.
Bilangan tiga mencerminkan sikap dasar manusia Indonesia seperti tercantum dalam Tri Dharma:
- Rumangsa Melu Handarbeni ( Merasa ikut memiliki)
- Melu Hangrukebi (ikut menbela)
- Mulat Sariro hHngroso Wani ( berani melihat diri sendiri/instropeksi)
Untuk
kseluruhan Elemen Latar Belakang merupakan susunan dari sirip-sirip
segitiga yang berbentuk satu massa segitiga dan mengembang kipas. Bentuk
ini jika dilihat dari samping berdiri condong kedepan menyerupai
jajaran bersifat ritmis serta melengkung kedalam.
Kesan
yang diungkapkan dari bentuk ini adalah suatu kekuatan yang agung dan
dinamis, suatu kesatuan yang kental serta kemampuan untuk melindungi dan
menjaga ruang lingkup yang ada disekitarnya. Kesan ini melambangkan
kekuatan perjuangan bangsa Indonesia yang manpu melahirkan Pancasila dan
Proklamasi Kemerdekaan, serta secara gigih dan dengan semanggat tinggi
mampu menbela dan melindungi.
Dalam
susunan ini, kelahiran Proklamasi Kemerdekaan digambarkan melalui lima
sirip bagian tengah, seakan-akan tangan perjuangan yang merentang
kedepan untuk mengantar dan mempersenbahkan Kemerdekaan Bangsa.
Perjuangan
juga tidak akan menbuahkan hasil yang baik jika tidak dilaksanakan
secara berkesinambungan dan gigih. Maka air terjun pada Monumen
dimaksudkan untuk melambangkan kegigihan dan kesinambungan perjuangan.
Elemen
Latar Belakang dibuat dari batu Onyx seluas 415 meter persegi, di
tambang dari Bojonegoro, Jawa timur yang di kerjakan oleh PT. Marmer
Indonesia, Tulung Agung.
Jumlah
dan ukuran unsur-unsur bentuk Elemen Latar Belakang tersebut dibuat
sedemikian rupa untuk melambangkan hari Proklamasi tanggal 17 Agustus
1945
- Sirip-sirip berjumlah 17 (tujuh belas).
- Tinggi sirip tengah 8 (delapan) meter.
- Jumlah gelombang pada tebing air terjun 45 buah.
Balok-balok yang merentang dari sirip-sirip tengah berjumlah 5 buah yang melambangkan Pancasila.
Monumen
Nasional sebagai museum yang menyimpan begitu banyak peinggalan
bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan para pahlawan dalam merebut
kemerdekaan, seharusnya menjadi tempat yang harus dikunjungi untuk
mengenang jasa para pahlawan. Namun kenyataannya karena globalisasi yang
berkembang pesat, kehidupan masyarakat menjadi berubah kearah gaya
hidup hedonism yang hanya mementingkan kesenangan hidup tanpa
memperdulikan sejarah yang merupakan bagian penting dari masa sekarang.
Jadi hedonism menyebabkan berkurangnya minat masyarakat terhadap objek
wisata bersejarah. Sebagai contoh banyak pemuda-pemudi yang datang
mengunjungi ‘Monas’ namun mereka hanya bertamasya dan tidak tertarik
untuk mengetahui nilai sejarah yang ada dibalik penbangunan Monumen
Nasional.
Banyak
event yang diselengarakan dikawasan ‘Monas’ namun hal tersebut tidak
ada kaitannya dengan nilai sejarah yang ada di ‘Monas’ jadi monas hanya
sebagai kawasan wisata yang dikomersilkan dan melupakan tujuan awal dari pembangunan ‘Monas’ sebagai sarana untuk menanamkan rasa nasionalisme.
Banyak
sekali referensi sejarah dari banyak tokoh proklamator. Selain itu ada
juga miniatur-miniatur 3 dimensi yang menunjukan bagaimana usaha para
pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga disini
kita bisa membayangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi.
Dalam
mengembangkan ‘Monas’ pemerintah harus ikut berpartisipasi. Event-event
yang diselenggarakan di ‘Monas’ harus lebih berkaitan dengan
sejarah-sejarah didirikannya ‘Monas’ dan agar tak membosankan seharusnya
pemerintah mampu mengemas acara sejarah itu dengan sangat menarik.
Mengadakan penyuluhan-penyuluhan ke berbagai sekolah agar sejak dini di
tanamkan pola pikir untuk mengenang dan mengetahui lebih banyak tentang
sejarah para pahlawan terdahulu.
BAB III
PENUTUP
Untuk
mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa
Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk
membangkitkan semanggat patriotisme generasi muda sekarang dan yang akan
datang, maka di angunlah suatu tanda peringatan yang bentuk tugu yang
Kemudian diberi nama Monumen Nasional.
1.Fasilitas lebih diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman.
2.Mengadakan
acara-acara yang bernilai sejarah namun dikemas secara menarik sehingga
menumbuhkan minat masyarakat terhadap sejarah.
0 komentar:
Posting Komentar