Makalah Tentang Krisis Pendidikan Islam

Contoh Makalah Tentang Krisis Pendidikan Islam

A.    Pendahuluan
Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi kompleks pula.
 Disadari bahwa ditengah-tengah masyarakat saat ini tengah berlangsung krisis multimensional dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, penindasaan, ketidakadilan disegala bidang, kemerosotan moral, Peningkatan tindak kriminal dan berbagai bentuk penyakit sosial menjadi bagian tek terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
     
Tugas Pendidikan Islam dalam proses pencapaian tujuannya tidak lagi dihadapi problema kehidupanyang simplitistis, melainkan sangat kompleks. Akibat permintaan yang bertambah (rising demand) manusia semakin kompleks pula, huidup kejiwaanya semakin tidak mudah diberi nafas agama.
Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan Islam khususnya adalah netralisasi nilai-nilai agama, atau upaya pengendalian dan mengarahkan nilai-nilai tradisional kepada suatu pemukiman yang Ilahi. Kokoh dan tahan banting. Baik dalam dimensi individual maupun sosiokultural.

B.     Pengertian Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina keribadiannya sesuai dengan nilai-niai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesesrta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,  pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan Islam adalah usaha yang berlandaskan al-islam guna membantu manusia untuk mengembangkan dan mendewasakan kepribadian peserta didik, baik jasmani maupun rohani dalam memikul tanggung jawab memenuhi tuntutan zaman dan masa depannya.
Menurut Ashraf mendenefisikan bahwa pendidikan islam adalah suatu pendidikan yang melatih peserta didik dengan sedemikian rupa, Sehingga prilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan pengambilan keputusan serta pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan dibimbing oleh nilai-nilai etis Islam.
Defenisi diatas menekankan bahwa pendidikan Islam tidak hanya sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual peserta didik atau hanya ingin memanfaatkan kebendaan yang bersifat duniawi semata, tetapi dengan semangat dan nilai-nilai etis yang islami peserta didik akan tumbuh dan berkambang sebagai mahluk rasional, berbudi luhur, yang menghasilkan kesejahteraan spiritual, moral dan fisik, untuk kepentingan diri pribadinya, keluarganya, masyarakat dan bagi seluruh umat manusia.

2. Krisis Pendidikan Islam
            Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat snagt erat sekali, maka dalam proses pengembangannya saling mempengaruhi. Masyarakat menggerakkan segenap komponen kehidupan manusia, dimana terdiri dari sektor-sektor sosial, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik dan agama. Masing-masing sektor ini bergerak dan berkembang saling mempengaruhi menuju ke arah yang telah ditetapkan.
            Bilamana gerakan masing-masing sektor ini berada di dalam pola yang harmonis dan serasi, maka masyarakat pun bergerak dan berkembang secara harmonis. Akan tetapi, jika salah satu beberapa sektornya mengalami ketidak harmonisan. Maka sector-sektor lainnya akan terpengaruh. Dari sinilah awal terjadinya krisis kehidupan masyarakat pada gilirannya melanda sekolah.
            Krisis pendidikan selalu sepadan intensitasnya dengan krisis yang melanda masyarakatnya. Dimensi-dimensi sosikultural mengelami perubahan dan pergeseran nilai-nilai, disebabkan oleh sumber-sumber kekuatan baru yang mempengaruhinya. Pada masa kini manusia sedang berada dalam krisis itu akibat pengaruh dari kekuatan ilmu dan teknologi modern yang melaju dengan cepatnya, meningkatkan sektor-sektor kehidupan lainnya.
         Fenomena sosial yang telah diteliti oleh para ahli perencanaan kebijakan pendidikan, misalnya kemajuan ilmu dan tekhnologi selalu membawa perubahan sosial yang mempunyai dampak positif dan negative terhadap kehidupan. Walaupun demikian kita tidak boleh menyalakan kemajuan teknologi, kerena iptek telah menjadi tumpuhan harapan manusia, dimana kita selalu mengharapkan kehidupan yang baik berkat kemajuan tekhnologi, namun pada gilirannya kita justru menanggung resiko yang mencemaskan batin kita, itulah peta kehidupan umat manusia kini dan masa depan yang hanya mengandalkan kemampuan intelektualitas dan logika, tanpa memperhatikan perkembangan mental, spiritual dan nilai-nilai agama.
        Dr. Fadhil al-djamidly menghimbau agar umat Islam menciptakan pendidikan yang didasari pada keimanan kepada Allah, kerena hanya iman yang benarlah yang menjadi dasar pendidikan yang benar dan memimpin kita kepada usaha yang mendalami hakikat dan menuntut ilmu yang benar.
          Pendidikan Islam yang diharapkan mencapai sukses menurut Syech Sayyid Quth, bila mengacu pada:
1.      Sistem kehidupan yang mengartiluaskan dan mengatualisasikan watak mansuia, dimana Islam diturunkan oleh Allah, untuk mengembangkan watak itu, karena Islam adalah agama fitrah manusia.
2.      Sistem kehidupan Islam menanamkan cita-cita untuk melepaskan diri dari segala bentuk penindasan oleh orang kuat terhadap yang lemah, membebaskan yang lemah, membebaskan manusia dari kebodohan dan keterbelakangan serta kemiskinan.
           Adapun makna Imabauan tersebut, yaitu bahwa pendidikan Islma adalah pendidikan yang diharapkan oleh umat Islam yang mampu menjadi obor yang menerangi kebingungan dan kegelapan hidup manusia masa kini. Sehingga secara maksimal dapat menjadi benteng moral bagi masyarakat teknologi yang pragmatis antimoralitas Ilahi yang absolut.

3.      Penyebab terjadiya krisis pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Krisis nilai-nilai
Krisi nilai berkaitan dengan masalah sikap menilai sesuatu perbuatan tentang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar salah dan sebagainya yang menyangkut prilaku etis individual dan sosial.
b.      Adanya Kesenjangan Kridabilitas
Dikalangan orang tua, guru, penghutbaan agama di mimbar, penegak hukum, dan sebagainya mengalami kegunjangan wibawa, dimana mulai diremehkan orang yang mestinya mentaati atau mengikuti petuah-petuahnya.
c.       Beban Institusi sekolah besar melebihi kemampuannya
Sekolah dituntut untuk memikul baban tanggung jawab moral dan sosiokultural yang termasuk program instruksional yang didesain, oleh kerenanya sekolah tidak siap memikul tanggung jawab tersebut.

d.      Kurangya sikap idealisme dan citra remaja tentang peranannya di masa depan
Sekolah dituntut untuk mengembangkan idealisme dan generasi muda untuk berwawasan masa depan yang realistis, sehingga mereka mau mempersiapkan diri untuk berperan serta dalam pembangunan bangsanya sesuai dengan keahlian, keterampilan dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang diperlukan Negara.
e.       Kurangnya sensitif terhadap kelangsungan masa depan
f.       Kurang relevansi program pendidikan di sekolah dengan kebutuhan pembangunan
Adanya kenaifan dalam pemanfaatan kekuatan tekchogi canggih. Kenaifan dalam
i.           Ledakan Pertumbuhan Penduduk
j.   Makin bergesernya sikap manusia dari arah pragmatisme kearah materialism dan individualisme. Kecenderungan manusia saat ini mulai melengahkan nilai-nilai agama
k.   Makin menyusutnya jumlah ulama tradisional.

3. Krisis Konseptual dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Alam
1). Sejarah munculnya krisis konseptual dalam ilmu sosial dan ilmu alam

Pada masa awal Islam, pengetahuan secara umum digolongkan kedalam dua kategori yaitu antara lain:
a)    Pengetahuan fundamental dasar yang  berasal langsung dari al-Qur’an dabn sunnah
b)   Pengetahuan yang didapatkan oleh manusia terutama dengan bantuan. Akal dan  pengalamannya, seperti para filsup. Tetapi keduannya selalu dipadukan dengan cara –cara yang berlainan diberikan oleh para filsup dan ahli pikir dari dunai muslim seperti al-Farabi dan al-ghazali.
Penggolongan ini disusun oleh Ibnu Khaldun dalam karyanya introduction to history. Dimana dia membagi pengetahuan itu mulai filsopos dan intelektual (yang dapat dipelajari oleh manusia dengan sendirinya melalui akal dan kecerdasan yang dimilikinya) dan yang diturunkan yaitu dapat dipelajari melalui penurunan wahyu.
Didunia barat pun ada sesuatu keterpaduan dalam pergolongan, pengetahuan oleh sains thormas Aquinas, tapi lambat laun pembagian dari cabang-cabang pengetahuan ilahi dan sekuler menjadi semakin menonjol dan kedua cabang tersebut mulai terpisah pada abad kelima belas dan enam belas. Menjelang akhir abad ketujuh belas cabang-cabang pengetahuan sekuler praktis terputus kaitannya dari yang ilahi, sehingga dari cabang-cabang sekuler dinyatakan sebagai akal manusia yang tidak perlu dihubungkan dengan ilham ilahi.
Sekulerisasi ini mendorong menculnya cabang-cabang pengetahuan yang dikategorikan pada tahun 1957 oleh para rektor universitas amerika, seperti ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. Pengelompokkan inilah yang menjadi populer di amerika, eropa dan juga di dunia muslim.
          Dalam mempelajari ilmu sosial, ilmu alam dan ilmu sastra terdapat adanya keterpisahan antara aspek-aspek spiritual dan intelektual serta material dari kepribadian manusia yang mengatur sistem pendidikan di dunia barat. Di sinilah timbulnya krisis konseptual dalam Ilmu-ilmu sastra, ilmu sosial, dan ilmu alam.
           Krisis di dunia muslim dikarenakan oleh menyebarluaskannya kedua pandangan itu, yang satu berasal dari agama dan yang satu lagi adalah sistem sekuler yang memisahkan dari keilahian. Sekuler ini datangnya dari dunia barat.

2). Ilmu Sosial
                        Menurut Dr. Ismail Rahji Faruqi dari Islamic Social Sciences mendefenisikan sosial sebagai berikut:
a). Semua pengetehuan, baik yang menyinggung individu maupun kelompok, mengenai manusia maupun alam, agama maupun ilmu, harus menata dirinya kembali bahwa prinsip tawhid, yaitu bahwa Allah itu ada dan esa.
b). Ilmu yang menelaah manusia dan hubungannya dengan manusia-manusia lainnya harus mengakui manusia sebagai yang berdiri di dalam bidang yang dikuasai oleh Allah secara metafisis dan aksiologis.
Sasaran dan tujuan sosial dan sastra.
1.      Memadukan ilmu dan teknologi dengan ideologi dan etos budaya islam, dan menempatkan mereka dalam perspektif dan teknologi muslim.
2.      Memadukan etika dan ideologi islam dengan ilmu-ilmu sastra dan ilmu-ilmu sosial.
3.      Ilmu Alam
Ketika mengalihkan perhatian kita dari ilmu sosial ke ilmu alam, maka kita akan kesulitan untuk memadukan teori ilmiah modern dengan teori ilahiah. Dimana dalam sosial penegasan aspek moral dan spiritual dapat dilihat, sementara dalam ilmu alam penegasan tentang tataan ilahi dan moral tidak tampak jelas.

4.      Solusi menerabas krisis pendidikan Islam
Adapun solusi untuk menerabas krisis pendidikan islam adalah membangun generasi bangsa yang beriman kepada Allah, hal yang pertama kita lakukan adalah membersihkan hati dari kotoran dendam, kemarahan serta permusuhan. Pembersihan hati yang sebenarnya tidak tercapai bila tidak dengan kesempurnaan iman kepada Allah, mengerjakan semua perintahnya dan menjauhi larangannya.
        Faktor terjadinya keterbelakangan ialah karena mengikuti ideologi yang di impor dari barat yaitu yang mengandung prinsip-prinsip yang mendorong kepada pemujaan materi dan pemecah belah kesatuan bangsa dan tanah air, serta tidak lagi menghormati harkat hidup di individual dan merampas kebebasan orang lain, itulah yang menjadi hakekat kemunduran.
        Orang mukmin yang meyakini kebebasan, persaudaraan, persamaan diantara umat manusia merupakan kemajuan yang hakiki. Sesunguhnya, keberhasilan hati yang benar-benar ikhlas itu merupakan buah hasil dari iman. Kepada Allah yaitu, iman yang mempersatukan segenap negara dan menjadikan sesame warganya menjadi satu umat yang bersatu.
        Untuk itu, hendaknya generasi penerus bangsa mampu menciptakan kehidupan teknologi dan peralatannya, serta menumbuhkembangkannya berdasarkan iman yang mensejahterakan umat manusia.
        Selain itu, harus dilakukan pula solusi strategis dengan menggagas suatu pola pendidikan alternatif yang bersendikan pada dua cara yang lebih bersifat fungsional, yakni: pertama, membangun lembaga pendidikan unggulan dengan semua komponen berbasis Islam, yaitu:
(1)   Kurikulum yang paradiqmatik.
(2)   Guru yang amanah dan kafaah
(3)   Proses belajar mengajar secara Islami
(4)   Lingkungan dan budaya sekolah yang optimal
   Dengan melakukan optimasi proses belajar mengajar, peserta didik di harapkan dapat menghasilkan nilai positif sejalan dengan arahan Islam. Selain itu, membuka lebar ruang interaksi dengan keluarga dan masyarakat agar dapat optimal dalam menunjang proses pendidikan.
Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkann bahwa dengan mewujudkan lembaga pendidikan Islam unggulan secara terpadu dalam bentuk Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT), Sekolah Dasar IslamTerpadu (SDIT), Sekolah Menegah Islam Terpadu (SMPIT), Sekolah Menengah Umum Terpadu (SMUIT) dan Perguruan Tinggi Islam Terpadu.

C.     Kesimpulan
Krisis pendidikan selalu sepadan intensitasnya dengan krisis yang melanda masyarakatnya. Dimensi-dimensi sosiokultural mengalami perubahan dan pergesaran nilai-nilai, disebabkan oleh sumber-sumber kekuatan baru yang mempengaruhinya. Pada masa kini dan teknologi modern yang melaju dengan cepatnya, meninggalkan sektor-sektor kehidupan lainnya.
Adapun penyebab terjadinya krisis pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Krisis nilai-nilai
2.      Adanya kesenjangan kridabilitas
3.      Beban institusi sekolah terlalu besar melebihi kemampuaanya
4.      Kurangnya sikap idealisme dan citra remaja tentang peranannya di masa depan
5.      Kurang sensitif terhadap kelangsungan masa depan
6.      Kurangnya relevansi proram pendidikan di sekolah dengan kebutuhan pembangunan
7.      Ledakan pertumbuhan pendudukan
8.      Makin bergesernya sikap manusia dari arah pragmatisme kearah materialisme dan individualism
9.      Makin menyusutnya jumlah ulama  tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Djamaly Fadhil, Menerabas Krisis Pendidikan Islam, Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1988
Arifin, kapita selekta pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Arifin Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007
Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008
http://www.rohim.net/2011/12/krisis-pendidikan-islam-dan-strategi.html
Saiful Akhyar Lubis, Dasar-dasar kependidikan, Jakarta: Citapustaka Media,
2006
Syed Sajjad Husain, Krisis Pendidikan Islam, Bandung: Persada, 1989

» Read More...

Makalah Tentang Kurikulum Pendidikan Islam

Contoh Makalah Tentang Kurikulum Pendidikan Islam


KATA PENGANTAR

       Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan dan shalawat bertangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita yang telah membeikan petunjuk bagi penulis bias menyusun makalah yang berjudul “KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM”. Terima Kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan arahan kepada penulis sehingga penulis sehingga penulis bisa menyusun makalah ini. 


         Penulis sadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan dari para audiens dan dosen pembimbing supaya karya ilmiah penulis ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua.

                                                                         DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..        i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...        ii
A.    PENDAHULUAN ……………………………………………………………….......        1
B.    Pengertian Kurikulum Menurut Islam …………………………………………….........        1
C.   Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam ……………………………………………..........        2
C.    Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam…………………………………………..........        3
D.    Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam ………………………………………..............       3
E.    Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam ……………………………………............       3
F.    Materi Kurikulum Pendidikan dasar Islam dan pendekatan dalam proses pembelajaran
Pembelajaran ……………………………………………………………………...............       5
G.    Kesimpulan ……………………………………………………………………….....        6
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………........       7


KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pendahulan
           Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu system pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

        Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik. Intelektual, emosional, dan social keagamaan dan lain sebagainya.

        Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu,  dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan system pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitasnya pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.

B.  Pengertian Kurikulum Menurut Islam

            Di dalam ajaran Islam, baik Al-Qur’an, Al-Sunnah maupun pendapat para pakar pendidikan Islam tidak dijumpai pengertian kurikulum sebagaimana yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan modern. Kurikulum dalam pandangan Islam lebih diartikan sebagai susunan mata pelajaran yang harus diajarkan kepada anak didik. Dengan kata lain bahwa pengertian kurikulum dalam Islam lebih bersifat tradional.

          Adapun pengertian kurikulum secara modern, J.G Sailor (1981) telah merangkum beberapa batasan mengenai pengertian kurikulum berdasarkan pengertian beberapa ahli diantaranya: Menurut Lewis dan Meil, kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, rumusan hasil belajar, penyediaan kesempatan belajar, kewajiban dan pengalaman rumusan hasil belajar, penyediaan kesempatan belajar, kewajiban dan pengalaman peserta didik. Taba berpendapat bahwa kurikulum tidak peduli bagaimana rancangan detailnya dan terdiri atas usur-unsur tertentu, ia member petunjuk tentang beberapa pilihan dan susunan isinya. Ia memerlukan suatu program pengevaluasian hasil-hasilnya. Menurut Stratemayer Sc. Kurikulum dianggap sebagai hal yang meliputi bahan pelajaran dan kegiatan kelas yang dilakukan anak dan pemuda keseluruhan pengalaman di dalam dan diluar sekolah atau kelas disponsori oleh sekolah. Dan seluruh pengalaman hidup murid. Adapun batasan yang diterima pendidikan harus menetapkan ke arah ilmu pengetahuan, pengertian-pengertian, kecakapan-kecakapan yang manakah pengalam-pengalaman yang baru akan dibimbing. Kebijakan ini menentukan scope dari kurikulum sekolah.

         Meskipun dalam Islam belum dijumpai pendapat para ulama tentang kurikulum, tetapi jika melihat pengetian dari kurikulum maka pengaplikasinya dalam kurikulum pendidikan Islam berfungsi sebagai pedoaman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi Insane Kamil yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.

          Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan sebagai serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarakan oleh pendidik kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya, akan tetapi segala kegiatan yang bersifat islami maupun bersifat umum.

C. Ciri-ciri Kurikulum Pendidik Islam

Diantara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagai berikut: Pertama, Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya. Kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorak agama dan akhlak berdasarkan pada Al-Qur,an, sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yang saleh. Kedua, Meluaskan cakupan dan menyuluruh kadungannya. Kurikulum yang memperhatikan pengembangan dan bimbinga terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi inteltual, psikologi, social dan spritual. Di samping menaruh perhatian kepada pengembangan dan bimbingan terhadap aspek spiritual bagi pelajar, dan pembinaan aqidah yang bentul padanya, menguatkan hunungan dengan tuhannya, menghaluskan akhlaknya melalui kajian terhadap ilmu-ilmu agama, latihan spiritual dan mengamalkan syiar-syiar agama dan akhlak islam. Kurikulum ini meliputi ilmu-ilmu Al-Qur’an termasuk tafsir, bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Ketiga bersifat menyeluruh dalam menatan seluruh mata pelajaran yang diperlukan anak didik, Keempat, kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.

D.    Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam    

Menurut Nasution, hendaknya kurikulum memiliki empat asas yaitu:
1.    Asas Filsafat berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan Islam sehingga susunan kurikulum mengandung kebenaran.
2.    Asas Sosiologi berperan untuk memberikan dasar dalam menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.    Asas Organisasi berfungsi untuk memberikan dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun dan penentuan luas urutan mata pelajaran
4.    Asas Psikologi tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspek, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dnegan tahap perkembangannya.
E.    Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam 
Sistem pendidikan Islam menuntut pengkajian kurikulum yang Islami yang tercermin dari sifat dan karakteristiknya. Kurikulum seperti itu hanya mungkin, apabila bertopang dari sifat dan karakteristik. Kurikulum seperti hanya mungkin, apabila bertopang dan mengacu pada dasar pemikiran yang Islami pula, serta bertolak dari pandangan tentang manusia (pandangan antropologis) serta diarahkan pada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islami.

       Agar kriteria kurikulum pendidikan tersebut diatas dapat terpenuhi , maka dalam penyusunannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.    Sistem dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras dengan fitrah insani, sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dari penyimpangan, dan menyelamatkan.
2.    Kurikulum yang dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, Yaitu Ikhlas, taat, dan beribadah kepada Allah. Disamping itu, untuk merealisasikan pelbagai aspek tujuan tidak lengkap seperti aspek psikis, fisik, social, budaya, maupun intelektual. Berbagai aspek tujuan pendidikan tidak lengkap ini, berfungsi dalam rangka meluruskan dan mengarahkan pola hidup yang selanjutnya bermuara pada tujuan tidak lengkap seperti aspek psikis, fisik, social, budaya, maupun intelektual. Berbagai aspek tujuan pendidikan tidak lengkap ini, berfungsi dalam rangka meluruskan dan mengarahkan pola hidup yang selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan asasi pendidikan.
3.    Penahan serta penghusan kurikulum hendaknya memperhatikan perioisasi perkembangan peserta didik maupun uninsitas (kekhasa) nya seperti karakteritik kekanakan, kepriaan dan kewanitaan. Demikian pula fungsi serta peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan sosial.
4.    Dalam berbagai pelaksaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dan tetap bertopang pada jiwa dan cita ideal Islaminya, seperti rasa syukur serta harga diri sebagai ummt islam serta tetap mendukung dengan kesadaran dan harapan akan pertolongan Allah, serta ketaatan kepada Rasul-Nya yang diutus untuk ditaati dengan izin Allah, seperti iklim tropis ataupun kondisi alam yang memungkinkan pola kehidupan agraris, industrial ataupun kondisi alam yang memungkinkan pola kehidupan agraris, industrial ataupun masyarakat dagang baik perdagangan laut maupun darat, dan seterusnya.
5.    Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak  bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya terarah pada pola hidup islami. Dengan kata lain kurikulum tersebut berpulang untuk menempuh kesatuan. Kepada mereka diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengalaman dalam menggali dan menyikapi rahasia segala yang ada serta keberadaannya, hokum aturan dan keteraturannnya serta kejadiannya.
6.    Hendaknya kurikulum itu realistik, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan situasinya dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat di Negara yang akan melaksanakannya.
7.    Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum itu bersifat luwes/fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi tempat, dengan mengingat pula faktor perbedaan individual yang menyangkut bakat, minat serta kemampuan siswa untuk menangkap, mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan.
8.    Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan menggungah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkat laku positif serta meningkatkan dampak efektif (sikap) yang positif pula dalam jiwa generasi muda. Untuk itu diperlukan pemanfaatan metode pendidikan yang memadai sehingga melahirkan dampak mendalam, berupa berbagai kegiatan Islam yang efisien. Dengan kata lain, metode pendidikan yang digunakan itu hendaknya memungkinkan pelaksanaannya, mudah ditangkap dan diserap siswa, serta membuahkan hasil yan manfaat.
9.    Kurikulum itu hendaknya, memperhatikan pula tingkat perkembangan siswa yang bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu diseleraskan dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan keagamaan dan pertumbuhan bahwa bagi fase tersebut.

F.    Materi Kurikulum Pendidikan Dasar Islam dan Pendekatan dalam proses pembelajaran
Materi kurikulum Islam dibagi menjadi dua bagian.Pertama, materi kurikulum potensial dan formal yang terdiri dari: 1) praktek keimanan; 2) praktek keibadahan; 3) Praktek Keikhlasan; 4) praktek keterampilan melakukan pekerjaan sehari-hari; 5) keterampilan membaca, menulis, dan menghitung secara sederhana. Kedua, Materi Kurikulum yang bersifat aktual, mewujudkan atmosfir lingkaran yang agamis dengan melaksanakan tradisi Islam sebagai disebut diatas.

    Adapun pendekatan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara berikut. Pertama,  menggunakan pendekatan tematik, yaitu dengan memilih tema-tema yang menarik sesuai dengan jiwa anak, yaitu jiwa yang suka meniru, banyak menggunakan panca indra dan gerak, bermain dan rekreatif. Kedua, dengan menggunakan beberapa permainan tradisional anak-anak yang ada di desa yang diciptakan para leluhur, atau menciptakan permainan baru yang memenuhi persyaratan psikis dan psikologis, Ketiga, menggunakan pendekatan pakem, yaitu pembelajaran partisipasi, aktif, kreatif dan menyenangkan, menggembirakan dan memuaskan. Keempat, menggunakan pendekatan pola asuh antar ibu dan bapak dan anak, yaitu pola yang didasarkan atas rasa cinta, kasih sayang, teladan yang baik, bimbingan yang jelas dan terarah.

G.    Kesimpulan
Dari tahun ke tahun kurikulum akan terus berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan pemikiran manusia. Namun bagaimana cara mengatasi perubahan tesebut, hal ini sangat tergantung kepada kecermatan pengembang kurikulum itu sendiri. Satu hal yang harus dan mesti diperhatikan adalah bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat mengantisipasi masalah ini, tanpa melupakan esensi ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri.

Daftar Pustaka
Hamdani, Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam: untuk fakultas Tarbiyah komponen
      MKK. Yogyakarta: Pustaka Setia, 2001
Jalaluddin, Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
    Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Nata Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2012
Nuryanti, Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Hunafa, Vol. 5, No.3, Desember
        2008.
Zuhairini dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994

» Read More...

Makalah Tentang Perkembangan Teori Sastra

Contoh Makalah Tentang Perkembangan Teori Sastra


Kata pengantar
 
        Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami selaku penulis makalah ini,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang perkembangan teori sastra.
       Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancarkan penyusunan makalah ini.terimakasih atas bimbingan dari bapak  Sahrial Hasibuan M.Pd selaku dosen yang membawakan pembelajaran Teori dan Sejarah Sastra
       Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
        Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang  perkembangan teori sastra salah satu landasan untuk memperbaiki pendidikan di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi sekali pun..
                                                                      PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Latar Belakang                                    
   Teori sastra dan sejarah sastra dalam kajian ini lebih mendekatkan pada pendekatan sejarah sastra yang tradisional, prinsip dasar sejarah sastra beberapa faktor yang relevan untuk sejarah sastra, penulisan sejarah sastra, dan sejarah sastra Indonesia.
   Sastra, khususnya sastra  Indonesia, sering diidentikan dengan seni dalam tulis menulis oleh masyarakat awam.Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena sebuah karya sastra yang dapat banyak aspek yang mendukung sebuah kesenian. Berbicara tentang seni, tidak dapat dilepaskan dari estetika. Seni memang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keindahan walau sebuah seni itu belum tentu indah, namun setiap karya itu sedikit hanya memiliki estetika dimata sebagian orang. Keindahan ada dimana-mana. Disetiap pandangan alam terdapat keindahan. Bahkan setiap benda sedikit banyak menyiratkan keindahan, walupun sedikit keindahan dapat ditangkap oleh setiap indera manusia. Dengan indera itulah, manusia menikmati setiap keindahan yang ada. Khususnya karya sastra, manusia dapat merasakan keindahan dari tulisan-tulisan yang mencerminkan pemikiran dari sang penulis.
2. Rumusan Masalah 
Penulis merumuskan masalah makalah ini adalah untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut tentang:
1.Perkembangan teori sastra
2.Macam-macam teori sastra
3. Tujuan 
  1. Mahasiswa / Mahasiswi penulisan ini dapat memberikan masukan tentang teori sastra dan sejarah sastra 
  2. Dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan proses belajar dan pembelajaran
SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI SASTRA
        Teoti sastra berasal dari kata theria(bahasa latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas,dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat penertian,konsep,proposisi yang mempunyai korelasi,yang telah teruji kebenarannya. Pada umumnya, teori dipertentangkan dengan praktik.setelah setelah suatu ilmu pengetahuan berhasil untuk mengabstraksikan keseluruhan konsepnya pada suatu rumusan ilmiah yang dapat diuji kebenarannya, yaitu teori itu sendiri,maka teori tersebut mesti dioperasikan secara praktis, sehingga cabang-cabang ilmu pengetahuan sejenis dapat dipahami secara lebih rinci dan mendalam.
      Teori berfungsi untuk mengubah dan membangun pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Menurut Fokkema dan Kumme-ibsch(1977:175), penelitian terhadap karya sastra pada umumnya memanfaatkan pada teori-teori yang sudah ada.tradisa seperti ini dianggap memiliki kelemahan sebagai akibat penyederhanaan,eklektisisme,dan penyimpulan yang salah. Keuntungan yang diperoleh jelas bahwa peneliti diberikan kemudahan,peneliti tinggal menguji kembali dan menyesuaikannya dengan sifat-sifat objek.kecenderungan ini disebabkan oleh beberapa kenyataan,sebagai berikut:
1. teori-teori yang sudah ada dengan sendirinya sudan teruji, yaitu melalui kritik sepanjang sejarahnya
2. teori dianggap sebagai unsure yang sangat penting, lebih dari semata-mata alat
3. belum terciptanya sikap-sikap percaya diri atas hasil-hasil penemuan sendiri, khususnya dalam bidang teori.
Secara genesis dengan demikian dalam proses penelitian teori,
diperoleh dua cara,yaitu:
1. peneliti memanfaatkan teori terdahulu, ada umumnya disebut sebagai teori formal, dengan pertimbangan bahwa teori tersebut secara formal sudah ada sebelumnya.teori formal seolah-olah bersifat deduksi dan apriori
2. peneliti memanfaatkan teori yang ditemukannya sendiri.teori yang diperoleh melalui manfaat,hakikat dan abstraksi data yang diteliti,pada umumnya disebut teori substansif sebab diperoleh melalui substansi data.
Kedua jenis reori masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kekurangannya adalah tidak adannya aktivitas untuk menemukan teori yang baru, sehingga tejadi stagnasi dalam bidang teori.kelemahan teori formal ini terpenuhi oleh usaha peneliti yang mencoba menemukan teori substansif.
Pemanfaatan teori formal menurut Vredenbreght, memiliki kelebihan dalam kaitannya dengan usaha peneliti sepanjang sejarahnya, untuk secara terus-menerus memperbaharui sekaligus mengujinnya melalui data yang berbeda-beda sehingga, teori makin lama makin sempurna. Teori ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sastra diadopsi melalui pemikiran para sarjana barat. Tradisi seperti ini sering menimbulkan perdebatan diantara para sarjana Indonesia antara yang tidak setuju dengan yang setuju. Kelompk yang pertama menginginkan agar khasanah Indonesia dianalisis dengan menggunakan teori sastra Indonesia, dengan konsekuensi agar sarjana Indonesia dapat menemukan teori-teori sastra yang lahir melalui sastra Indonesia sebagai teori indonesia asli , sebaliknya yang kedua tidak mempermasalahkanperbedaan diantarannya, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. tradisi ilmu pengetahuan berkembang dibarat,demikian pula tradisi sastra
2. karya sastra sekaligus bersifat local dan universal
3. globalisasi, termasuk paradigma postmodernisme menghapuskan perbedaan antara barat dengan timur.
Sebuah teori disebut baik apabila memilii sifat-sifat sebagai berikut:
1. mudah disesuaikan dengan cirri-ciri karya yang akan dianalisis
2. mudah disesuaikan dengan metode dan teori yang menyertainnya
3. dapat dimanfaatkan untuk menganalisis, baik ilmu sejenis maupun berbeda
4. memiliki formula-formula yang sederhana tetapi mengimplikasikan jaringan analisis yang kompleks
5. memiliki prediksi yang dapat menjangkau objek jauh kemasa depan
teori dan metode memiliki fungsi untuk membantu menjelaskan dua hubungan gejala atau lebih, sekaligus meramalan modol hubungan yang terjadi.
Teori dan metode disamping mempermudah memahami gejala yang akan diteliti yang lebih penting adalah kemampuannya untuk memotivasi,mengevokasi,sekaligua memodifikasi pikiran peneliti.artinya dengan memanfaatkan teori dan metode tertentu maka dalam pikiran pneliti akan timbul kemampuan untuk memahami gejala sebelumnya yang sama sekali belum tampak. Sebagai alat, teori berfungsi untuk mengarahkan suatu penelitian, sedangkan analisia secara langsung dilakukan melalui instrument yang lebih konkret yaitu melalui metode dan teknik.
Berbeda dengan objek, aspek kebaruan dalam teori dan metode merupakan syarat pokok.teori yang lama dengan sendirinya harus ditinggalkan, digantikan dengan teori dan metode yang baru.demikian seterusnya sehingga teori yang terakhirlah yang dianggap paling relevan. Intensitas terhadap kebaruan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. teori dan metode adalah alat dan cara penelitian
2. teori dan metode adalah hasil penemuan
3. teori dan metode adalah ilmu pengetahuan
karya sastra sebagai objek penelitian, metode dan teori sebagai cara untuk meneliti, berkembang bersama-sama dalam kondisi yang saling melengkapi. Dalam khasanah sastra Indonesia aktivitas penelitian dengan memanfaatkan teori dan metode intuisif ekspresif sudah dimulai sejak periode pujangga baru.pesatnya erkembangan teori sastra selama satu abad sejak awal abad ke-20 hingga awal abad ke-21 dipicu oleh beberapa indikator, sebagai berikut:
1. medium utama sastra adalah bahasa, sedangkan dalam bahasa itu sendiri sudah terkandung problematika yang sangat luas
2. satra memasukkan berbagai dimensi kebudayaan, sedangkan dalam budaya itu sendiri juga sudah terkandung permasalahan yang sangat beragam
3. teori-teori utama dalam sastra sudah berkembang sejak zaman plato dan aristoteles, yang dengan sendirinya telah dimatangkan dengan berbagai disiplin, khususnya filsafat
4. kesulitan dalam memahami gejala sastra memicu para ilmuan untuk mnemukan berbagai cara sebagai teori yang baru
5. ragam sastra sangat banyak dan berkembang secara dinamis, kondisi-kondisi sastra yang juga memerlukan cara pemahaman yang berbeda-beda

Macam-Macam Teori Sastra dan Pengertiannya
 
Membicarakan mengenai sastra, pastinya akan membicarakan teori sastra yang menunjang di dalamnya. Sebagai tonggak utamanya berdiri sebuah karya sastra, jelas kehadiran teori sastra menjadi bagian terpenting di dalamnya.
Dalam karya sastra yang menggunakan bahasa Inggris, baik sastra Inggris maupun Amerika masing-masing menganut teori yang sama dalam menjabarkan karya. Berikut akan dibahas tiga teori sastra yang sering digunakan dalam belajar bahasa Inggris melalui karya sastra.
Teori Psikoanalisis
 
Teori ini menganggap bahwa karya sastra selalu membahas peristiwa kehidupan manusia. Manusia yang memiliki perilaku yang beragam dipengaruhi oleh kondisi psikologis seseorang yang akan mempengaruhi kehidupannya. Secara langsung karya sastra adalah produk dari jiwa dan pemikiran pengarang yang berada dalam kondisi setengah sadar. Para pakar psikologis yang terkenal dalam pendekatan teori ini adalah Jung, Adler, Freud, dan Brill memberikan banyak kontribusinya terhadap teori ini..
Teori ini biasanya terbagi dalam tiga aspek yaitu Id, Ego dan Superego. Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka mempertahankan eksistensinya di muka bumi. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab dalam menangani sebuah realitas (memuaskan keinginan Id dengan cara yang realitas). Superego adalah pengendali Id dan Ego yang berasal bukan dari diri sendiri melainkan penyerapan standar aturan dan pranata dari pendidikan orang tua dan lingkungan sekitar.
Teori Struktural
 
Teori ini tidak memperlakukan karya sastra sebagai objek kajiannya karena yang menjadi kajiannya adalah sistem sastra itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Teori ini dapat dideskripsikan terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial.


Teori Feminisme
 
Teori ini adalah cerminan realitas sosial patriarki. Berawal dari gejolak para perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki, teori feminisme ini tidak berdiri di dalam satu aliran. Feminisme terdiri atas beberapa aliran seperti aliran liberalis, marxis, sosialis, eksistensialis, psikoanalitik, radikal, postmodern, dll. Tokoh-tokoh terkemuka dalam teori ini adalah Helena Cixous, Virginia Wolf, dan Kate Millet.
Dengan adanya teori ini, semakin banyak bermunculan sastrawati bahkan para wanita yang telah membuat karya sastra dengan menggunakan nama laki-laki mulai berani menunjukan siapa jati diri sebenarnya.
  
DAFTAR PUSTAKA
  • Teeuw Andries, Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya, 1988

» Read More...

Popular Posts

Pengikut